Sabtu, 06 September 2008

TANGGAPAN BUKU HJ. IRENA HANDOKO

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Babakan “Pajajaran Anyar”, 27 Maret 2007

Kepada Yth.
Hj. Irena Handoko
di Bekasi

Hal: Tanggapan Buku MEMPERTANYAKAN KEBANGKITAN &
KENAIKAN ISA AL MASIH.

Assalamu 'alaykum wr. wb.

Yth. Hj. Irena Handono,

Terlebih dulu saya mengucapan MUBARAK atas rahmat dan karunia Allah Ta'ala yang telah dianugerahkan-Nya kepada Anda, karena Anda telah beriman kepada Nabi itu atau Nabi yang seperti Musa (Ul 18:18-20) atau "Nabi yang akan datang" (Yoh 1:19-23) atau "Dia yang datang dalam nama Tuhan" (Mat 23:37-39) atau Roh Kebenaran, yang akan menceritakan seluruh kebenaran (Yoh 16:12-13) – yakni Nabi Besar Muhammad saw. (Qs.11:18; Qs.46:11 ), sehingga Anda termasuk “golongan Ahlikitab” yang beruntung telah beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw., sebagaimana yang dikemukakan Allah Ta'ala dalam Al-Quran berikut ini, firman-Nya:
Orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi Ummi, yang mereka dapati tercantum di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka. Ia, Rasulullah, menyuruh mereka kepada yang makruf dan melarang mereka dari yang munkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang thayyib (baik) dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan menyingkirkan dari mereka beban mereka dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang telah beriman kepadanya, dan mendukungnya, dan menolongnya, dan mengikuti cahaya, Al-Quran, yang telah diturunkan bersamanya, mereka itulah orang-orang yang akan sukses. Katakanlah, hai Rasulullah, "Hai manusia, sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu sekalian dari Tuhan Yang Mempunyai kerajaan seluruh langit dan bumi. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Dia menghidupkan dan mematikan." Maka berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi Ummi yang beriman kepada Allah dan Kalimat-kalimat-Nya. Maka ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk (Al-A’raf [7]:158-159).

Yth. Hj. Irena Handono,

Saya juga mengucapkan MUBARAK atas keaktifan Anda berupaya menyelamatkan umat manusia – khususnya kalangan umat Islam -- dari ajaran yang diada-adakan oleh Paulus, TRINITAS dan PENEBUSAN DOSA, yaitu suatu ajaran dusta akibat digelincirkan oleh kemisteriusan peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus Kristus – Qs.4:158-159).
Kenapa demikian? Sebab pada hakikatnya kemisteriusan peristiwa penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut merupakan makar tandingan dari Allah terhadap makar buruk yang dilancarkan oleh para pemuka agama Yahudi – berupa upaya membunuh beliau a.s. melalui penyaliban, untuk membuktikan bahwa pendakwaan beliau sebagai Rasul Allah adalah dusta, na'udzubillâh min dzâlik, sebab menurut hukum Taurat "barangsiapa yang matinya tergantung di atas tiang salib membuktikan bahwa orang tersebut dikutuk Allah Ta'ala" ( Ul 18:20 & Ul 21:22-23). Firman-Nya:
Maka ketika Isa menyadari adanya keingkaran pada mereka ia berkata, "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku di jalan Allah?" Berkata para hawari, "Kamilah penolong-penolong Allah, kami beriman kepada Allah, dan jadilah saksi bersaksilah bahwasanya kami adalah orang-orang yang taat. Hai Tuhan kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi." Dan mereka (musuh Al-Masih) membuat makar buruk dan Allah pun membuat makar [tandingan] dan Allah adalah Pemakar (Perencana) yang terbaik. (Ali ‘Imrân [3]:53-55).
Berikut firman Allah Ta'ala tentang makar tandingan yang dilancarkan-Nya Ta'ala terhadap makar buruk para pemimpin kafir Quraisy terhadap Nabi Besar Muhammad saw.:
Dan ingatlah ketika orang-orang yang ingkar merancangkan makar buruk terhadap engkau, supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau [dari Mekkah]. Dan mereka membuat makar [buruk] dan Allah pun membuat makar [tandingan], dan Allah adalah Perancang makar (Perencana) yang paling baik (Al Anfâl [8]:31).
Demikian luar biasa makar-makar tandingan yang dirancang oleh Allah Ta'ala tersebut, sampai-sampai Yesus Kristus a.s. sendiri "merasa bingung", hal itu terbukti dari "rasa putus asa" yang dirasakan oleh beliau a.s. ketika berdoa di taman Getsemani agar Allah Ta'ala berkenan "melepaskan cawan" – yakni kematian terkutuk di atas tiang salib -- dari diri, namun seakan-akan Allah Ta'ala tidak menjawab permohonan Yesus Kristus yang dipanjatkan oleh beliau a.s. dengan penuh kegundahan hati tersebut. Bahkan pada kesempatan doa yang kedua Yesus Kristus a.s. berkata:
"Ya Bapaku, jika cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila aku meminumnya, jadilah kehendakMu!"
Doa tersebut dipanjatkan lagi untuk yang ketiga kalinya, tetapi Allah Ta'ala kembali seakan-akan tidak memberikan tanggapan, sehingga akhirnya dengan penuh kesedihan beliau a.s. berkata kepada murid-muridnya:
"Tidurlah sekarang dan istirahatlah. Lihat saatnya sudah tiba, bahwa anak manusia diserahkan ke tangan orang-orang berdosa. Bangunlah, marilah kita pergi. Dia yang menyerahkan aku sudah dekat" (Matius 26:36-46).

Yth. Hj Irena Handono,

Benarlah pernyataan Allah Ta'ala di dalam Kitab suci Al-Quran, bahwa tidak ada seorang pun manusia yang berakal yang merasa aman dari makar Allah Ta'ala kecuali orang-orang yang ingkar kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya (Qs.7:95-100).
Firman-Nya lagi:
Maka sungguh mereka telah melakukan makar buruk mereka, padahal makar buruk mereka ada di sisi yakni dalam kekuasaan Allah, dan sekali pun makar buruk mereka dapat menggerakkan gunung-gunung. Maka janganlah engkau sekali-kali menyangka bahwasanya Allah akan menyalahi janji-Nya kepada Rasul-rasul-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Pemilik pembalasan (Ibrahim [14]:47-48).
Betapa hebatnya akibat buruk yang ditimbulkan makar tandingan yang dilancarkan oleh Allah Ta'ala bagi orang-orang yang "berhati bengkok" dan "berpenyakit", sebab orang-orang Yahudi yang sebelumnya sebagai "bangsa pilihan" Allah Ta'ala (Qs.2:48, 123, Qs.3:34; Qs.5:21; Qs.6:87; Qs.7:141; Qs.45:17) akibat kedurhakaan mereka kepada Allah Ta'ala dan Rasul-rasul-Nya yang dibangkitkan di kalangan mereka (Qs.2:88-89; Qs.5:79-81; Mat 23:136) maka telah Allah Ta'ala menghinakan menjadi maghdhûb (orang-orang yang dimurkai) dan dhâllîn (orang-orang yang sesat (Qs.1:7; Qs.2:66-67; Qs.5:61; Qs.7:168-169).), bahkan Allah Ta’ala telah menyatakan mereka sebagai kera, babi, dan penyembah thaaghuut (Qs.2:66, Qs.5:61, Qs.7:167).
Mereka mendapat kutukan Allah Ta'ala melalui lidah Nabi Daud a.s. dan lidah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.5:79-81; Qs.7:168-170; Qs.17:5-11; Im 26:14-46; Ul 28:15-68). Padahal kedatangan Al-Masih (Mesiah/Mesias) atau Kristus tersebut sedang ditunggu-tunggu oleh mereka dengan penuh harap, disamping menunggu-nunggu kedatangan Nabi itu atau Nabi yang seperti Musa (Ul 18:15-19 & Ul. 32:2; Qs. 46: Qs.11:18; Qs.46:11) dan menunggu-nunggu kedatangan Nabi Elia a.s. kedua kali dari langit biru, yang menurut kepercayaan orang-orang Yahudi beliau a.s. akan turun menjelang kedatangan Kristus (Qs.Mal 4:4-6), dimana sebelumnya dipercayai bahwa Nabi Elia a.s. telah naik ke atas langit hidup-hidup dengan menunggang kereta berapi dan kuda berapi (II Raj 2:2-12).
Berikut ini adalah pernyataan Allah Ta'ala tentang kebiasaan buruk yang senantiasa berlangsung di kalangan para pemuka orang-orang Yahudi, yakni kebiasaan mempertuhankan orang-orang suci di kalangan mereka, sebagaimana yang dilakukan oleh Paulus terhadap Yesus Kristus a.s., firman-Nya:
Dan berkata orang-orang Yahudi, "Uzair itu anak Allah", dan orang-orang Nashrani berkata, "Al-Masih itu anak Allah." Demikian itulah perkataan mereka dengan mulut mereka. Mereka hanya meniru-niru perkataan orang-orang yang ingkar (kafir) yang terdahulu. Allah membinasakan mereka, betapa jauh mereka berpaling. Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan sembahan selain Allah, dan begitu juga Al-Masih Ibnu Maryam telah dipertuhankan, padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya mereka menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan. Mereka berkehendak memadamkan Nur (Cahaya) Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak bahkan menyempurnakan Nur-Nya (Cahaya-Nya), walau pun orang-orang yang ingkar (kafir) membenci. Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia mengunggulkannya atas semua agama, walau pun orang-orang musyrik membenci (Qs.7:30-33).
Kecenderungan umumnya Bani Israil (kaum Yahudi) kepada kemusyrikan digambarkan oleh Nabi Yehezkiel a.s. sebagai perempuan (istri) yang suka berzina dengan banyak laki-laki yang bukan suaminya (Yeh 16:1-52 & 23:1-49). Oleh karena itu Allah Ta'ala telah menimpakan azab besar 2 kali kepada Bani Israil, yang pertama akibat kutukan Nabi Daud a.s. maka kota Yerusalem dihancurluluhkan oleh sebuan dahsyat bala tentara raja Nebukadnezar dari Babilonia pada th. 556 sM. (II Raj 25:21). Sedangkan akibat kutukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pada th. 70 M. kembali kota Yerusalem dihancurluluhkan melalui serbuan balatentara Panglima Titus dari kerajaan Romawi (Mat 23:1-39 & 24:1-28).
Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa terdapat persamaan antara Bani Israil (Yahudi Nasrani) dengan Bani Isma'il (umat Islam), beliau saw. menyatakan bahwa persamaan kedua keturunan Nabi Ibrahim a.s. tersebut sedemikian rupa keadaannya sehingga seperti persamaan sepasang sepatu.
Persamaan tersebut meliputi segi-segi kebaikannya mau pun segi-segi keburukan. Dengan demikian apa yang saya kemukakan di atas terjadi juga di kalangan umat Islam. Sebab Kitab suci Al-Quran bukan merupakan kumpulan kisah-kisah kaum purbakala, sebab di dalamnya selain terdapat petunjuk juga mengandung berbagai nubuatan.
Merujuk kepada kenyataan itulah maka Allah Ta'ala di dalam Kitab suci Al-Quran telah mencantumkan 2 kali kedurhakaan besar Bani Israil tersebut sebagai peringatan bagi umat Islam (Qs. 17:5-11), dan sejarah umat Islam membuktikan kebenaran peringatan tersebut, yakni hukuman Allah Ta'ala yang pertama adalah ketika kota Baghdad, pusat ilmu pengetahuan dan pusat kekuasaan umat Islam, dihancur-luluhkan oleh serbuan balatentara Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku Khan pada th. 1258 M.. Konon pada peristiwa penyerbuan dahsyat tersebut 1.800.000 orang Islam terbunuh.
Ada pun hukuman Allah Ta'ala yang kedua kepada umat Islam adalah melalui serbuan dahsyat Yajuj dan Majuj atau Gog dan Magog (Qs.18:95-102; Qs.21:96-98; Wahyu 20:1-10) -- yakni bangsa-bangsa Kristen dari Barat penganut ajaran Paulus – mulai abad 15 dan penghinaan Allah Ta'ala terhadap umat Islam tersebut mencapai puncaknya dengan berdirinya "negara sementara" Israel pada th. 1948 melalui Deklarasi Balfour yang mendapat dukungan penuh negara-negara Barat, yakni Jajuj (Gog) dan Majuj (Magog), dan pada tahun yang sama juga kekuasaan umat Islam di kerajaan Turki Usmani pun berakhir.
Merujuk kepada kenyataan pahit itu pulalah Nabi Besar Muhammad saw. telah memperingatkan umat Islam bahwa agar mereka selamat dari fitnah Dajjal – si pendusta besar yang matanya buta sebelah -- yang menyebar kembali bersama Yajuj (Gog) dan Majuj (Magog) maka mereka harus membaca – yakni memahami – 10 ayat pertama dan 10 ayat terakhir Surah Al-Kahfi (Lihat Qs.18:95-102; Qs.21:96-98; Wahyu 20:1-10).

Yth. Hj. Irena Handono,

Sehubungan dengan buku yang Anda terbitkan yaitu MEMPERTANYAKAN KEBANGKITAN & KENAIKAN ISA AL MASIH, secara umum saya setuju dengan pendapat Anda tentang telah wafatnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus), namun mengenai lokasi kuburan beliau a.s. dan ibunda beliau a.s., Siti Maryam r.a., di wilayah Timur Tengah, di sebuah dataran tinggi di pinggir Laut Mati, yakni Bukit Qumran, tidak memenuhi firman Allah Ta'ala yang telah Anda kutip dalam buku Anda tersebut, yakni:
Dan Kami telah jadikan Isa putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi kekuasaan Kami, dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber mata air bersih yang mengalir (Qs.23:51).
Menghubungkan firman Allah Ta'ala tersebut dengan Lembah Qumran tidak tepat, dengan beberapa alasan berikut ini:
• Sebutan Al-Masih atau Mesiah atau Mesias bagi Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israli selain merupakan pembelaan Allah Ta'ala kepada kesucian beliau a.s. -- yang dituduh oleh para pemuka agama Yahudi sebagai "anak haram" (Qs.4:157; Qs.19:29-35), bahwa beliau a.s. adalah orang yang diberkati sekali pun dilahirkan tanpa ayah -- kata masaha pun dalam bahasa Arab selain berarti meminyaki (mengurapi dengan minyak), mengusap (membersihkan, memberkati dll.), juga mengandung arti berkelana atau melancong atau orang yang banyak melakukan perjalanan di muka bumi.
• Gelar tersebut sesuai dengan pernyataan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus Kristus) sendiri, bahwa dikarenakan beliau a.s. merupakan penggembala yang baik (Yoh 10:1-20) maka beliau a.s. berkewajiban mencari 10 domba-domba (suku-suku) Israil yang tersesat di luar kandang atau di luar wilayah Palestina (Yoh 7:34-35; Yoh 10:16), karena sejak penyerbuan raja Salmaneser dari kerajaan Asyur (II Raj 18:9-11), dan penyerbuan raja Nebukadnezar dari kerajaan Babel (Babilonia), sebanyak 10 suku-suku Israil telah diboyong sebagai tawanan ke Babel di wilayah Irak (II Raj 25:1-21; Qs. 2:260), dan selanjutnya mereka tersebar ke berbagai wilayah lainnya, antara lain ke Iran, kemudian ketika bangsa Iran di bawah pimpinan raja Darius dan Sirus (Cyrus/Koresy) memperluas jajahannya ke wilayah timur – yakni ke Afghanistan dan India – maka suku-suku Bani Israil tersebut berhijrah bersama-sama dengan mereka ke negeri-negeri tersebut, termasuk ke Kasymir, yang letaknya di wilayah pegunungan Himalaya, yang merupakan pegunungan tertinggi di dunia.
• Sebagai sebuah pegunungan yang tertinggi di dunia maka sudah pasti banyak sekali sungai-sungai besar dan sungai-sungai kecil yang hulunya terdapat di pegunungan Himalaya, sedangkan keadaan "Lembah Qumran" di wilayah Timur Tengah tidak seperti itu keadaannya.
Dengan demikian, dugaan bahwa "Lembah Qumran" adalah tempat yang dimaksudkan oleh firman Allah Ta'ala berikut ini, sama sekali pendapat tersebut tidak dapat memenuhi makna dari gelar Al-Masih (Mesiah/Mesias) yang diberikan Allah Ta'ala kepada beliau a.s. – yakni "orang yang banyak melakukan perjalanan" – untuk mencari domba-domba (suku-suku) Israil yang tercerai-berai di luar wilayah Palestina:
Dan Kami telah jadikan Isa putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi kekuasaan Kami, dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber mata air bersih yang mengalir (Al-Mukminun [23]:51).
Tetapi tidak demikian halnya jika yang dimaksudkan dengan firman Allah Ta'ala tersebut adalah Kasymir yang terletak di kawasan pegunungan Himalaya di India, dengan alasan:
1. Tempat tersebut terletak di kaki pegunungan tertinggi di dunia, yakni pegunungan Himalaya. Sedangkan "Lembah Qumran" terletak di dataran tinggi biasa saja.
2. Letak Kasymir di wilayah India, karena jaraknya yang sangat jauh dari Palestina sehingga sangat layak dihubungkan dengan gelar Al-Masih (Mesiah/Mesias) yang berarti "orang yang banyak melakukan perjalanan" dalam rangka tugas mencari "10 domba-domba (suku-suku) Israil yang hilang". Sedangkan "Lembah Qumran" selain masih berada di wilayah Timur Tengah, juga tidak terbukti bahwa di sana terdapat "10 suku Israil yang hilang".
3. Kenyataan membuktikan bahwa penduduk Afghanistan dan penduduk Kasymir adalah keturunan dari "10 suku-suku Israil yang hilang", dan di desa Khan Yar, Srinagar - Kasymir, terdapat sebuah makam Nabi Yus Asap a.s. yang dipercayai oleh penduduk setempat sebagai seorang Nabi Allah yang datang dari wilayah barat, yakni Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus). Di kota Muree -- dibaca Mari -- terdapat makam Siti Maryam, ibunda Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus Kristus).
4. Sehubungan dengan sangat panjangnya perjalanan yang harus dilakukan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., dan sangat luasnya wilayah yang harus dikunjungi oleh beliau dalam rangka mencari "10 domba-domba Israel yang hilang", maka Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa usia Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. adalah 120 tahun, yakni 2 kali panjang usia Nabi Besar Muhammad saw, dan akhirnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili wafat di Khan Yar, Srinagar – Kasymir, dan jezanah beliau a.s. dikuburkan di sana.
5. Keadaan wilayah Kasymir memenuhi gambaran yang dikemukakan oleh firman Allah Ta'ala sedangkan "Lembah Qumran" tidak, sebab dalam kenyataannya wilayah tersebut sangat gersang:
Dan Kami telah jadikan Isa putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi kekuasaan Kami, dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber mata air bersih yang mengalir (Al-Mukminun [23]:51).
Demikianlah tanggapan saya tentang lokasi kuburan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israli (Yesus Kristus).

Yth. Hj. Irena Handono,

Hal kedua yang perlu mendapat tanggapan adalah kesimpulan Anda nomor 3, tentang kepercayaan kedatangan Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) kedua kali berdasarkan Hadits-hadits Nabi Muhammad saw. . Anda menulis:
Bahwa Hadits-hadits Nabi saw. yang melukiskan akan tibanya suatu periode dimana Isa akan mengoreksi keislaman bani Israil yang menyeleweng dari syariat Nabi Musa, atau menyebut Isa Al Masih berada di langit atau masih hidup hingga kini, tidak bisa dijadikan pedoman yang kokoh. Kesimpulan tersebut diambil dari beberapa fakta di bawah ini:
Pertama, Hadits-hadits tersebut termasuk hadits ahad, sehingga tidak bisa dijadikan pedoman soal aqidah.
Kedua, walau pun menurut Bukhari sanadnya shahih tetapi karena matannya mungkin bersinggung balik dengan Al-Quran yang dengan tegas mengatakan bahwa Isa Al Masih telah wafat maka untuk menghindari kesalahfahaman seperti yang terjadi pada jama'ah Ahmadiyah Qadian, hadits tersebut lebih baik ditinggalkan saja.
Ketiga, hadits-hadits tersebut bermuara pada dua orang saja, yang keduanya bekas penganut agama Kristen, yaitu Ka'ab Al Akhbar dan Wahab bin Munabbih (yang masih punya keterkaitan pada kepercayaan lamanya).

Yth. Hj. Irena Handono,

Saya setuju dengan pendapat Anda bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tidak mungkin sampai saat ini masih hidup di atas langit dengan jasad kasarnya sebagaimana kepercayaan para penganut ajaran Paulus dan pemahaman umum umat Islam akibat telah menyalah-artikan makna ayat: Bal rafa'allâhu ilaihi – akan tetapi Allah mengangkatnya (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.) kepada-Nya" (Qs.4:159).
Penafsiran keliru dari umumnya para pemuka agama Islam – Non Ahmadiyah – tentang kata rafa'a tersebut mirip dengan pernyataan Injil Markus 16:19 berikut ini:
"Sesudah Tuhan Yesus berkata demikian kepada mereka, terangkatlah ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah."
Perbedaannya dengan penafsiran umumnya para pemuka agama Islam hanyalah dalam segi posisi Yesus Kristus a.s., yakni Injil Markus menyatakan posisi Yesus Kristus a.s. adalah duduk di sebelah kanan Allah; sedangkan menurut umumnya para pemuka Islam adalah "bal- rafa'allâhu ilayhi – bahkan Allah mengangkatnya kepada-Nya", yakni hanya dikatakan ilaihi (kepada-Nya), tidak dijelaskan posisinya yang pasti, sedangkan dalam Injil Markus 16:19 posisi Yesus Kristus di sisi Allah Ta'ala sangat jelas, yakni "duduk di sebelah kanan Tuhan".
Adanya kemiripan antara pendapat umumnya umat Islam tentang pengangkatan hidup-hidup Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israil ke atas langit oleh Allah Ta'ala dengan pernyataan Injil Markus 16:19 tersebut merupakan salah satu bukti benarnya sabda Nabi Besar Muhammad saw. bahwa keadaan umat Islam sepeninggal beliau saw. akan memiliki persamaan itikad dan tingkah laku dengan Yahudi dan Nashrani, seperti persamaan sepasang sepatu.
Oleh karena itu sebaiknya Anda jangan terburu-buru mencela sabda-sabda Nabi Besar Muhammad saw. berkenaan dengan "akan turunnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s." di Akhir Zaman ini, karena beliau saw. tidak pernah bersabda bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. akan turun dari langit:
Kayfa antum idzaa nazala- bnu maryam fiikum wa iimamukum minkum? (bagaimana keadaan kamu, hai umat Islam, jika turun ibnu Maryam fiikum (di kalangan/di antara kamu) dan menjadi imam kamu di antara kamu?" (Bukhari, bab nuzul (turun) Isa Ibu Maryam) .
Terlebih lagi di Akhir Zaman umat beragama yang sedang menunggu-nunggu kedatangan seorang Rasul Allah – yang dipercayai akan memenangkan agama mereka atas agama-agama lainnya (Qs.61:10) -- tersebut bukan hanya umat Yahudi, umat Nashrani dan umat Islam saja, tetapi juga para penganut agama lainnya pun, seperti umat Hindu, umat Buddha, orang-orang Majusi pun masing-masing sedang menunggu kedatangan kedua kali Sri Krisyna a.s., Buddha a.s., dan Mesio Darbahmi a.s. , selain kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Imam Mahdi a.s..
Oleh karena itu 3 point kesimpulan yang Anda tulis dalam buku Anda bertentangan dengan kenyataan yang ada, sebab Allah Ta'ala pun telah berfirman di dalam Al-Quran bahwa para Rasul Allah Ta'ala yang sebelumnya telah diutus akan "didatangkan" kembali dalam wujud seorang Rasul, sebab dalam kenyataannya di Akhir Zaman ini semua perbuatan buruk yang dilakukan oleh kaum-kaum purbakala telah dilakukan kembali oleh umat manusia, seakan-akan kaum-kaum purbakala tersebut telah dibangkitkan lagi (Qs.77:1-20), firman-Nya:
Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan, hingga hari manakah ditangguhkan? Hingga Hari Keputusan. Dan apa yang engkau ketahui tentang Hari Keputusan itu? Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Tidakkah Kami telah membinasakan kaum-kaum dahulu? Lalu Kami mengikutkan kepada mereka orang-orang yang datang belakangan. Begitulah Kami memperlakukan terhadap orang-orang yang berdosa. Celakalah pada Hari itu orang-orang yang mendustakan...........................
Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Inilah Hari Keputusan. Kami mengumpulkan kamu dan kaum-kaum terdahulu. Maka jika kamu mempunyai tipu-daya, lakukanlah tipu daya terhadapku. Celakalah pada Hari itu orang-orang yang mendustakan (Al-Mursalât [77]:12-20 & 38-41)
Sungguh tidak adil, apabila di masa yang lalu jika ada suatu kaum yang melakukan syirik dan melakukan satu dua macam keburukan maka Allah Ta'ala sebelum mengazabnya terlebih dulu mengutus seorang Rasul Allah kepada kaum tersebut, sedangkan di Akhir Zaman ini tatkala semua jenis keburukan yang telah dilakukan oleh kaum-kaum purbakala telah dilakukan oleh umat manusia tetapi Allah Ta'ala tidak mengutus seorang Rasul-Nya. Benarkah demikian?

Yth. Hj. Irena Handono,

Sehubungan dengan penggunaan kata nazala (turun) oleh Nabi Besar Muhammad saw. tentang Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dalam hadits, Allah Ta'ala pun telah menggunakan kata nazala (turun) berkenaan dengan besi dan binatang ternak (Qs.57:26; Qs. 39:7), walau pun dalam kenyataannya benda-benda tersebut berada di permukaan bumi dan besi berasal dari dalam bumi. Oleh karena itu hendaknya Anda jangan terburu-buru memvonis bahwa hadits-hadits Nabi Besar Muhammad saw. tentang kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sebaiknya ditinggalkan saja.
Oleh karena itu penggunaan kata nazala (turun) dalam Al-Quran berkenaan dengan besi, binatang ternak mau pun penggunaan kata nazala dalam hadits oleh Nabi Besar Muhammad saw. mengenai kedatangan kembali Isa Ibnu Maryam a.s. di Akhir Zaman ini mengandung makna yang dalam. Begitu juga halnya dengan pernyataan Yesus Kristus mengenai kedatangan anak manusia dalam awan-awan (Mat 13:24-37), tidak perlu diartikan turun dari langit, sehingga dengan demikian kita tidak perlu menghapuskan nubuatan kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang kedua kali, baik yang disabdakan Yesus Kristus a.s. sendiri maupun yang telah disabdakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam Hadits Bukhari. Sebab kebiasaan hapus-menghapus atau menyembunyikan dan mensalah-tafsirkan ayat-ayat Kitab suci yang berisi nubuatan (khabar gaib) adalah merupakan kebiasaan para ulama Yahudi (Qs.2:41-45; Qs.2:76-78; Qs.2:147; Qs.3:72).
Sabda Nabi Besar Muhammad saw. tentang turunnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di kalangan umat Islam tersebut, yang dimulai dengan kalimat bernada pertanyaan: kayfa antum idzaa.... bagaimana keadaan kalian apabila", hal itu mengisyaratkan bahwa umat Islam pun akan bersikap sama buruknya dengan sikap buruk orang-orang Yahudi – terutama para pemuka agama Yahudi -- ketika Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israil (Yesus Kristus) mendakwakan diri beliau sebagai Al-Masih (Mesiah/Mesias) atau sebagai Kristus yang kedatangannya sedang ditunggu-tunggu oleh kaum Yahudi dengan penuh harap, sehingga dengan demikian genaplah persamaan antara kedua keturunan Nabi Ibrahum a.s. melalui Nabi Ishaq a.s. (Bani Israil) dan Nabi Isma'il a.s. (Bani Ismail) tersebut seperti persamaan sepasang sepatu. Persamaan tersebut mencakup segi-segi kebaikannya dan juga keburukannya, firman-Nya:
Dan apabila Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau, Rasulullah, ingar-bingar mengajukan sanggahan terhadapnya (Az-Zukhruf [43]:58).
Ketika Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah, atas perintah Allah Ta'ala mendakwakan sebagai misal Isa Ibnu Maryam a.s. maka reaksi buruk umumnya para pemuka agama Islam adalah sama dan sebangun dengan reaksi buruk para pemuka agama Yahudi.

Yth. Hj. Irena Handono,

Berikut adalah beberapa persamaan lainnya antara Bani Israil dan Bani Ismail (Umat Islam) dalam segi-segi kebaikannya:
1. Ketika Nabi Ibrahim a.s, memohon kepada Allah Ta'ala agar berkenan memperlihatkan "cara menghidupkan orang yang mati" maka Allah Ta'ala telah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk mengambil 4 ekor burung (Qs.2:261. Makna "burung" antara lain adalah keturunan.
2. Permintaan Nabi Ibrahim a.s. tersebut erat kaitannya dengan pernyataan Allah Ta'ala bahwa Nabi Ibrahim a.s. akan menjadi bapak banyak bangsa-bangsa (Kej.........Qs.2:125). Sehubungan dengan "4 ekor burung" erat kaitannya dengan Bani Israil dan bani Ismail (umat Islam). Yakni keturunan Nabi Ibrahim a.s. akan mengalami 4 kali kebangkitan dan kejayaan, yaitu 2 kali di kalangan Bani Israil dan 2 kali di kalangan Bani Ismail (umat Islam).
3. Kebangkitan di kalangan Bani Israil adalah melalui Nabi Musa a.s. dan melalui Nabi Isa Ibnu Maryam Israli atau melalui Al-Masih Musawi yakni Yesus Kristus, sedangkan di kalangan Bani Ismail – yang menggantikan kedudukan Bani Israil sebagai "bangsa terpilih" -- kebangkitan dan kejayaan tersebut adalah dengan perantaraan Nabi itu atau Nabi yang seperti Musa atau Roh Kebenaran, yakni Nabi Besar Muhammad saw. dan dengan perantaraan Nabi yang seperti Isa Ibnu Maryam a.s. Israil atau misal Isa Ibnu Maryam (Qs.43:58; Qs.11:18), dengan demikian genaplah jumlah 4 ekor burung Nabi Ibrahim tersebut, yakni (1) Nabi Musa a.s., (2) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Isa Musawi), (3) Nabi yang seperti Musa atau misal Musa yakni Nabi Besar Muhammad saw., , (4) Misal Isa Ibnu Maryam a.s. Israili atau Nabi yang seperti Isa Ibnu Maryam a.s. Israli.
Jadi, apabila umat Islam menganggap bahwa Nabi Isa ibnu Maryam a.s. yang akan datang lagi di Akhir Zaman ini adalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili maka berarti Allah Ta'ala -- Na'udzubillâhi min dzâlik -- telah berbuat tidak adil kepada Nabi Ismail a.s. (Bani Ismail), sebab di kalangan Bani Israil Allah Ta'ala telah mengutus 2 orang Rasul yang menyebabkan terjadinya 2 kali kebangkitan dan kejayaan Bani Israil yaitu Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili, sedangkan di kalangan Bani Ismail (umat Islam) hanya Nabi yang seperti Musa a.s. saja, yakni nabi Besar Muhammad saw., sebab yang akan mengembalikan kejayaan umat Islam di Akhir Zaman ini adalah kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israil dari langit.

Yth. Hj. Irena Handono,

Jika, pendapat umumnya umat Islam tersebut benar maka jumlah "burung Nabi Ibrahim a.s." bukan 4 ekor burung melainkan hanya 3 ekor burung saja, karena Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili datang dua kali, pertama untuk kepentingan Bani Israil dan yang kedua untuk kepentingan Bani Ismail (umat Islam).
Benarkah demikian? Alangkah malangnya nasib umat Islam sebagai "umat terbaik" (Qs.2:144; Qs.3:111), alangkah sia-sianya agama Islam dan Kitab suci Al-Quran sebagai agama dan Kitab suci terakhir dan tersempurna (Qs.5:4) karena keadaan akhlak dan ruhani umat Islam yang telah rusak harus diperbaiki oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., padahal menurut Allah Ta'ala beliau khusus diutus untuk kaum Bani Israil (Qs.3:50; Qs.43:60; Qs.61:7).
Begitu juga pendapat Anda, bahwa sebaiknya umat Islam jangan mempercayai sabda Nabi Besar Muhammad saw. tentang kedatangan lagi Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di Akhir Zaman pun, telah lebih memperparah lagi kemalangan nasib Bani Ismail (umat Islam), padahal dengan tegas Allah Ta'ala telah menyatakan bahwa yang akan mewujudkan kebangkitan dan kejayaan Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini adalah melalui pengutusan Rasul Allah, firman-Nya:
Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya mengunggulkannya atas semua agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai (Ash-Shaf [61]:10).
Rasul Akhir Zaman tersebut tidak lain adalah "burung Nabi Ibrahim a.s." yang ke-4 yakni misal Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.43:58) – yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah -- yang pada hakikatnya adalah kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. secara rohani di kalangan umat Islam di Akhir Zaman ini, yakni dari kaum âkharîna minhum lammâ yakhaqû bihim Qs.62:3-4).
Jumlah 4 ekor burung Nabi Ibrahim a.s. tersebut sesuai dengan perumpamaan yang dikemukakan dalam surah Ya Sin tentang 4 orang Rasul Allah yang diutus kepada penduduk sebuah kota, pertama diutus 2 orang Rasul Allah kemudian diperkuat oleh Rasul Allah yang ketiga, namun ketiganya didustakan. Lalu Allah Ta'ala mengirimkan Rasul Allah yang keempat yang digambarkan sebagai "seorang laki-laki yang berlari-lari dari bagian terjauh kota" tersebut (Qs,36:14-33), Rasul yang keempat atau "burung Nabi Ibrahim a.s. yang keempat" itu adalah misal Isa Ibnu Maryam a.s., Mirza Ghulam Ahmad a.s., yang dibangkitkan di luar wilayah jazirah Arabia, yaitu di Qadian yang terletak di wilayah Punjab – India, sedangkan 3 orang Rasul Allah sebelumnya berasal dari wilayah Timur Tengah.
Kenapa demikian? Sebab menurut Allah Ta'ala yang abtar (terputus keturunan jasmani dan rohaninya) bukan nabi Besar Muhammad saw. melainkan para penentang beliau saw. (Qs.108:1-4). Hanya agama Islam dan kerohanian Nabi Besar Muhammad saw. sajalah yang akan hidup selama-lamanya sampai Hari Kiamat nanti (Qs.3:86; Qs.5:4), hanya saja penjelmaan kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. tersebut secara jasmani adalah melalui murid-murid terpilih beliau saw. di kalangan umat Islam, yaitu yang mendapat anugerah kenabian ummati (Qs.3:32; Qs.4:70), firman-Nya:
Dia-lah Yang telah membangkitkan (mengutus) di tengah-tengah bangsa yang buta-huruf seorang Rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walau pun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan membangkitkannya lagi pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Al-Jumu’ah [62]:3-5).
Mengenai kedatangan "kaum lain" yang akan menggantikan kedudukan mulia umat Islam dari kalangan Bani Ismail tersebut Allah Ta'ala berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya maka pasti Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan mencintai-Nya, mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mukmin dan keras terhadap orang-orang kafir. Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela. Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui (Al-Mâidah [5]:55). Lihat pula Qs.3:145; Qs.9:38-40.

Yth. Hj. Irena Handono,

Dikarenakan Nabi Besar Muhammad saw. bukan seorang Rasul Allah yang abtar (terputus keturunan jasmani dan keturunan rohaninya), oleh karena itu seluruh nikmat-nikmat kerohanian yang telah Allah Ta'ala anugerahkan kepada beliau saw. akan terus berlangsung sampai hari Kiamat, dan nikmat-nikmat kerohanian tersebut akan diwarisi oleh para pengikut sejati beliau saw. (Qs.3:32-33; Qs.33:22), firman-Nya:
Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul (Rasulullah) maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah memberikan nikmat, yakni: nabi-nabi dan shiddiq-shiddiq dan syuhada (saksi-saksi) dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah sahabat yang sejati. Itu karunia dari Allah, dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui (An-Nisâ [4]:70-71).
Di luar keempat golongan yang mendapat nikmat keruhanian dari Allah Ta'ala tersebut adalah munafiqin dan kafirin atau maghdhûbi 'alayhim dan dhâllîn, yakni orang-orang yang dimurkai Allah Ta'ala dan yang sesat dari Tauhid (Qs.1:7), firman-Nya:
Maka apakah orang yang berdiri di atas dalil yang nyata dari Tuhan-nya, yakni Rasulullah, dan ia akan disusul oleh seorang saksi dari-Nya, misal Isa Ibnu Maryam, dan sebelumnya telah didahului oleh Kitab Musa sebagai pimpinan dan rahmat. Mereka itu beriman kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar kepadanya di antara golongan-golongan maka api akan menjadi tempat yang dijanjikan baginya. Maka janganlah engkau ragu-ragu mengenainya, sesungguhnya itu adalah kebenaran dari Tuhan engkau, akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (Hûd [11]:18).
4. Di dalam Al-Quran Allah Ta'ala telah memerintahkan agar orang-orang yang beriman, khususnya umat Islam, supaya bersikap seperti para hawari Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili, firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam berkata kepada para hawari, "Siapakah penolong-penolongku di jalan Allah?" Para hawari itu berkata, "Kamilah penolong-penolong Allah". Maka segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lagi ingkar lalu Kami membantu orang-orang yang beriman terhadap musuh–musuh mereka maka mereka menjadi orang-orang yang menang (Ash-Shaf [61]:15).
Di Akhir Zaman ini dari hanya umat Islam dari kalangan Jemaat Ahmadiyah sajalah yang telah melaksanakan perintah Allah Ta'ala tersebut, sedangkan umumnya umat Islam di luar Jemaat Ahmadiyah telah bersikap seperti para pemuka agama Yahudi memperlakukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili dengan sangat buruk, bahkan mereka berusaha membunuh beliau a.s. melalui penyaliban.
Bandingkan firman Allah Ta'ala tersebut dengan firman-Nya sebelum ini tentang makar buruk yang dilakukan para penentang Isa Ibnu Maryam a.s. Israili:
Maka ketika Isa menyadari adanya keingkaran pada mereka ia berkata, "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku di jalan Allah?" Berkata para hawari, "Kamilah penolong-penolong Allah, kami beriman kepada Allah, dan jadilah saksi bersaksilah bahwasanya kami adalah orang-orang yang taat. Hai Tuhan kami, kami beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan kami mengikuti Rasul ini maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi." Dan mereka, musuh Al-Masih, membukat makar buruk dan Allah pun membuat makar tandingan, dan Allah adalah Pemakar yang terbaik. (Âli ‘Imran [3]:53-55).

Yth. Hj. Irena Handono,

• Bukankah perlakuan buruk para pemuka umat Islam di Akhir Zaman ini terhadap Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah -- yang atas perintah Allah Ta'ala mendakwakan sebagai misal Isa Al-Masih Ibnu Maryam a.s., yakni sebagai Al-Masih Mau'ud (Al-Masih yang dijanjikan) dan juga sebagai Imam Mahdi a.s. – sama seperti yang dilakukan oleh para pemuka agama Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus Kristus)?
• Bukankah pada th.70 M setelah peristiwa penyaliban Nabi isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus Kristus) maka orang-orang Yahudi untuk yang kedua kalinya secara nista telah diusir oleh Allah Ta'ala dari kota suci Yerusalem melalui serbuan dahsyat Titus dari kerajaan Romawi (Mat 24:1-28)?
• Bukankah kekuasaan umat Islam Turki Osmani pun jatuh setelah setelah Allah Ta'ala membangkitkan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Isa Al-Masih Akhir Zaman a.s. (Masih Mau'ud a.s.) dan sebagai Imam Mahdi a.s.?
• Bukankah di Akhir Zaman ini pun Palestina -- "negeri yang dijanjikan" (Qs.21:106-107) -- pun terlepas kembali dari kekuasaan umat Islam pada th. 1948 terjadi setelah Allah Ta'ala membangkitkan Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai Isa Al-Masih Akhir Zaman a.s. (Masih Mau'ud a.s.) dan sebagai Imam Mahdi a.s.?
• Bukankah Allah Ta'ala menyatakan bahwa Dia tidak akan pernah menurunkan azab kepada umat manusia sebelum terlebih dulu mengutus Rasul-Nya (Qs.17:16; Qs.20:135-136; Qs.28:60; Qs.4:148; Qs.14:8)? Perang Dunia I dan Perang Dunia II serta azab-azab dahsyat lainnya yang melanda seluruh umat manusia – termasuk pada saat ini berbagai bentuk kemurkaan Allah Ta'ala yang melanda bangsa Indonesia -- semua itu terjadi setelah terjadi penentangan terhadap Mirza Ghulam Ahmad a.s., Pendiri Jemaat Ahmadiyah.
Benarlah pernyataan Allah Ta'ala berikut ini bahwa hanya uulil-albaab (orang-orang yang berakal) sajalah yang mampu membaca Tanda-tanda Allah Ta'ala yang terkandung di dalam Kitab-kitab Suci mau pun membaca Tanda-tanda alam serta Tanda-tanda Zaman, firman-Nya:

Sesungguhnya dalam penciptaan seluruh langit dan bumi, dan pertukaran malam dan siang benar-benar ada Tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang selalu mengingat Allah ketika berdiri dan duduk dan dan ketika berbaring atas rusuk mereka, dan mereka merenungkan tentang penciptaan seluruh langit dan bumi lantas berkata, "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab api. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam api maka sesungguhnya Engkau telah menghinakannya. Dan tidak ada bagi orang-orang aniaya seorang penolong pun. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mendengar seorang Penyeru memanggil kami kepada keimanan bahwa, "Berimanlah kepada Tuhan kamu", maka kami telah beriman. Wahai Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami, dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami dan wafatkanlah kami termasuk dalam golongan abraar (orang-orang yang baik). Wahai Tuhan kami, berikanlah kepada kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau, dan janganlah Engkau hinakan kami pada Hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji (Âli ‘Imran [3]: 191-195).
Bandingkan firman Allah Ta'ala tersebut dengan keterangan Injil Matius berikut ini:
Kemudian datanglah orang-orang Farisi dan Saduki hendak mencobai Yesus. Mereka meminta supaya ia memperlihatkan suatu tanda dari sorga (mukjizat – pen.) kepada mereka. Tetapi jawab Yesus: "Pada petang hari karena langit merah, kamu berkata: Hari akan cerah, dan pada pagi hari, karena langit merah dan redup, kamu berkata: Hari buruk. Rupa langit kamu tahu membedakannya tetapi tanda-tanda zaman tidak. Angkatan (generasi) yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus". Lalu Yesus meninggalkan mereka dan pergi. (Matius 16:1-4). Lihat pula Matius 12:38-42 tentang tanda Nabi Yunus.
Allah Ta'ala menyatakan di dalam Al-Quran bahwa orang-orang yang tidak mampu membaca Tanda-tanda Allah Ta'ala yang terdapat di dalam Kitab suci maupun yang terdapat di alam semesta – termasuk mereka yang tidak mampu membaca Tanda-tanda zaman -- sebagai orang-orang yang buta mata ruhaninya (Qs.22:46-48), serta menyatakan bahwa mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih buruk lagi (Qs.7:180).
Itulah sebabnya para penggembala yang baik dalam mengajar binatang-binatang ternak yang digembalakannya supaya mengerti kepada perintahnya tidak pernah dengan cara memberikan nasihat melalui ucapan melainkan melalui pukulan.
Demikian pula Allah Ta'ala telah menamakan para Rasul Allah – termasuk Nabi Besar Muhammad saw. -- sebagai basyiir (pemberi kabar suka) dan nadziir (pemberi peringatan – Qs.33:46-478). Yakni apabila manusia tidak juga mau mengerti melalui dalil-dalil yang dikemukakan oleh para Rasul Allah maka selanjutnya Allah Ta'ala akan memberi pengertian kepada para penentang Rasul Allah melalui azab-azab dahsyat (Qs.17:16; Qs.20:135-136; Qs.28:60; Qs.4:148; Qs.14:8).
Benar pulalah firman Allah Ta'ala tentang misal keledai pemikul sepemuatan buku-buku agama berikut ini, firman-Nya:
Misal (perumpamaan) orang-orang Yahudi yang dipikulkan kepada mereka Taurat kemudian mereka tidak memikulnya yakni tidak mengamalkannya, adalah semisal keledai yang memikul kitab-kitab. Sangat buruk misal kaum yang mendustakan Tanda-tanda Allah. Dan Allah tidak akan memberi petunjuk kaum yang aniaya (Al-Jumu’ah [62]:6).
Selain terkenal sebagai binatang yang dungu, keledai pun terkenal pula sebagai binatang penakut, yang memiliki suara yang sangat buruk (Qs.31:20), dan seburuk-buruk suara manusia adalah suara penentangan yang dilakukan oleh para pemuka agama dan para pemuka kaum terhadap para Rasul Allah dari zaman ke zaman, termasuk suara penentang terhadap Mirza Ghulam Ahmad a.s. di Akhir Zaman ini, yang atas perintah Allah Ta'ala telah mendakwakan sebagai Al-Masih Mau'ud a.s. dan Imam Mahdi a.s., firman-Nya:
Maka apakah yang terjadi dengan mereka hingga mereka berpaling dari nasihat (peringatan)? Seolah-olah mereka itu keledai-keledai yang ketakutan, lari dari singa? Bahkan setiap orang dari mereka menghendaki supaya dia diberi lembaran-lembaran terbuka. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya Al-Quran itu adalah nasihat (peringatan). Maka barangsiapa menginginkan hendaklah ia memperhatikannya. Dan mereka tidak akan memperhatikan kecuali jika Allah menghendaki. Dia memberi ketakwaan dan Dia memberi ampunan kepada siapa yang Dia kehendaki (Al-Muddatstsir [74]:50-57).
Di Akhir Zaman ini Mirza Ghulam Ahmad a.s. adalah "Singa Allah" yang diutus untuk mengunggulkan agama Islam atas semua agama-agama lainnya (Qs.61:10). Namun sayang, para penentang beliau a.s. daripada bersikap jantan (ksatria) lebih suka memilih sikap seperti keledai yang melarikan diri ketakutan dari "Singa Allah" sambil mengeluarkan suara buruk yang sangat gaduh, menghujat dan memfitnah Mirza Ghulam Ahmad a.s. dan Jemaat Ahmadiyah.

Yth. Hj. Irena Handono,

Demikianlah tanggapan saya atas buku Anda, semoga dapat menambah wawasan pemahaman Anda tentang Bible dan Al-Quran, sebab tidak pernah ada Kitab-kitab suci yang merupakan "lembaran-lembaran terbuka" yang dapat dimengerti begitu saja. Terlebih lagi Yesus Kristus a.s. banyak berbicara dengan menggunakan bahasa perumpamaan (kiasan) sehingga akibatnya banyak orang yang berhati bengkok dan berpenyakit tergelincir dari kebenaran yang dikemukakan oleh beliau a.s. (Mat 13:1-52). Demikian juga halnya dengan Kitab suci Al-Quran (Qs.2:27; Qs.3:8-9), Allah Ta'ala telah menyatakan bahwa hanya orang-orang yang disucikan Allah Ta'ala sajalah yang mampu "menyentuh" khazanah-khazanah kerohanian yang terkandung di dalam Kitab suci Al-Quran (Qs.56:76-83).
Saya mohon maaf jika dalam surat tanggapan ini ada hal-hal yang kurang berkenan, sebab sebagaimana halnya pepatah Arab Alhaqqu murrun – kebenaran itu pahit, demikian pula hanya penjelasan dan tanggapan terhadap buku yang Anda terbitkan MEMPERTANYAKAN KEBANGKITAN & KENAIKAN ISA AL MASIH.
Perlu juga saya kemukakan supaya tidak menjadi "batu sandungan", bahwa penomoran ayat-ayat Al-Quran dalam surat tanggapan ini dimulai dengan ayat Bismillâhirrahmannirahîm sebagai ayat pertama kecuali surah At-Taubah, sebab ayat Bismillâhirrahmânnirahîm merupakan bagian dari wahyu Al-Quran, yang merupakan ciri pengenal dari Nabi yang seperti Musa (Nabi Besar Muhammad saw.) atau Roh Kebenaran yang Yesus Kristus mengisyaratkan dengan ungkapan kalimat: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan" (Mat 23:39), dan ayat Bismillaah pun artinya "Dengan nama Allah". Inilah salah satu alasan kenapa ayat-ayat Al-Quran yang diterbitkan oleh Jemaat Ahmadiyah penomoran ayat-ayatnya dimulai dengan Bismillâhirrahmânnirahîm.

Wassalam,


Ki Langlang Buana Kusuma
(Budak Angon “Babakan Pajajaran Anyar”)

Tidak ada komentar: