Sabtu, 06 September 2008

Budak Angon - Hakikat Messianisme

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


HAKIKAT "MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN) DALAM AL-QURAN
&
MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" DAN "URANG SUNDA"
DALAM UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI


Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma


Mukadimah

Assalamu 'alaykum wr. wb.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sebelum kedatangan bangsa Eropa atau "kerbau bule" atau Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) ke wilayah Nusantara -- yang kemudian menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia – di wilayah Nusantara banyak terdapat kerajaan yang datang dan pergi silih berganti, yaitu seiring dengan kedatangan agama-agama yang menyebar di wilayah Nusantara, yakni agama Hindu, agama Buddha dan agama Islam.
Satu hal yang sangat menakjubkan dari bangsa Indonesia adalah bahwa walau pun bangsa Belanda (VOC) yang beragama Kristen berhasil menjajah bumi Nusantara selama 350 tahun, akan tetapi mayoritas bangsa Indonesia tetap memeluk agama Islam, dan hanya di wilayah-wilayah tertentu saja yang penduduknya memeluk agama Kristen.
Salah satu wilayah di Nusantara yang di dalamnya terdapat kerajaan-kerajaan Hindu, Buddha dan Islam tersebut adalah Jawa Barat atau Pasundan. Ada pun kerajaan-kerajaan di wilayah Pasundan yang tercatat dalam sejarah di antaranya adalah:
1. Kerajaan Salakanagara. Pemerintahannya berlangsung dari th. 130 M s/d th. 343 M.. Para rajanya disebut Dewawarman, mulai dari Raja Dewawarman I sampai dengan Raja Dewawarman VII.
2. Kerajaan Tarumanagara yang didirikan oleh Raja Jayasinghawarman, menantu dari Raja Dewawarman VII, kekuasaannya berlangsung dari th. 358 s/d th. 669 M. Tercatat ada sebanyak 11 orang raja yang menggantikan Raja Jayasinghawarman secara berturut-turut, dan yang paling terkenal di antaranya adalah Raja Purnawarman yang memerintah th. 395 s/d 434 M.
3. Kerajaan Kendan/Galuh (th. 536 s/d. th. 852 M) didirikan oleh Raja Manikmaya dan dilanjutkan oleh 13 orang raja pengganti berturut-turut.
4. Kerajaan Sunda Pakuan (th.669 s/d 1333 M) didirikan oleh Raja Tarusbawa, dilanjutkan oleh 27 orang raja pengganti berturut-turut.
5. Kerajaan Galuh/Kawali (th. 1333 s/d 1482 M) didirikan oleh Prabu Ajiguna Linggawisesa, dilanjutnya oleh 5 orang raja pengganti berturut-turut. Pewaris kerajaan raja yang ke-5, Niskala Wastu Kancana, adalah 2 orang putranya, yakni Prabu Susuktunggal (Sang Haliwungan) memerintah kerajaan Sunda Pakuan atau Pakuan Pajajaran, sedangkan Sunda Galuh diperintah oleh Prabu Dewa Niskala.
6. Kerajaan Pajajaran (1482 s/d 1579 M) diperintah oleh Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, cucu Raja Niskala Wastu Kencana dan putra dari Dewa Niskala. Setelah Prabu Siliwangi meninggal dunia pemerintahan Kerajaan Pajajaran dilanjutkan oleh 5 orang raja berturut-turut dari silsilah keturunan Prabu Susuktunggal melalui putrinya, Kentring Manik Mayang Sunda.
7. Pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi di kawasan wilayah Kerajaan Pajajaran berdiri 2 pemerintahan kerajaan Islam, yaitu (1) Kesultanan Cirebon yang didirikan oleh Pangeran Walangsungsang (Kian Santang), putra Prabu Siliwangi dari istri beliau yang bernama Ratu Subang Larang (Subang Karancang) -- yang dilanjutkan oleh keponakannya, Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) -- dan (2) Kesultanan Banten yang dipimpin oleh Maulana Hasanuddin, putra Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) -- dari Ratu Winaon, putri Bupati Banten. -- setelah berhasil mengalahkan Raja Kerajaan Pajajaran yang terakhir, Prabu Suryakancana yang berkedudukan di Banten Girang, di kaki gunung Pulasari.
Prabu Siliwangi dalam Uga Wangsitnya telah meramalkan perjalanan sejarah yang akan dialami oleh "Kerajaan Pajajaran" dan "penduduknya", yaitu mengenai kehancurannya dan kebangkitannya kembali berupa "Nagara Pajajaran Anyar" yang akan dipimpin oleh "RATU ADIL".
Banyak di antara tokoh "Urang Sunda" yang berusaha menafsirkan Uga Wangsit Siliwangi sesuai dengan pemahamannya masing-masing, sehingga di antara mereka pun yang mempersiapkan diri untuk menyongsong terwujudnya kembali "Nagara Pajajaran Anyar" dalam berbagai macam kegiatan, antara lain mendirikan berbagai paguyuban "Kasundaan" yang bergerak dalam bidang sosial dan kebudayaan.
Namun dalam seiring dengan berjalannya waktu, banyak di antara mereka kemudian mengalami "kekecewaan" demi "kekecewaan" terhadap sikap umumnya "Urang Sunda" sendiri, termasuk terhadap "tokoh-tokoh" Sunda, karena terbukti mereka bukan saja tidak mampu mempertahankan berbagai situs bersejarah peninggalan kerajaan-kerajaan yang pernah ada di wilayah Pasundan (Jawa Barat), bahkan di antara mereka pun ada yang ikut-serta (terlibat) dalam proses penghancuran situs-situs yang bersejarah tersebut. Contohnya adalah penghancuran situs bersejarah "Bukit Badigul" di desa Rancamaya – Bogor, yang dihancurkan demi untuk kepentingan para pengusaha Real Estate, yang didukung oleh pihak penguasa di masa itu.
Demikian pula ketika situs bersejarah "Batutulis" di kelurahan Batu Tulis – Bogor digali oleh oleh salah seorang Menteri Agama RI pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, reaksi yang dilakukan oleh kebanyakan "Urang Sunda" hanya sekedar melakukan protes belaka, dan akhirnya "kasus" tersebut mereda dengan sendirinya.
Walau pun benar bahwa penghancuran kedua situs yang sangat bersejarah tersebut telah menelan "korban", akan tetapi tidak mustahil penyebabnya karena mereka yang menjadi korban tersebut karena "katulah" oleh "supata" (kutukan) dari para "leluhur urang Sunda" -- yang telah bersusah-payah mendirikan berbagai kerajaan di Jawa Barat, termasuk kerajaan Pakuan Pajajaran -- bukan karena adanya upaya dari "Putra Sunda".
Penulis sempat bertemu dengan 2 orang "tokoh" Sunda yang juga mempercayai Uga Wangsit Prabu Siliwangi, bahkan salah seorang di antaranya yang dikenal dengan sebutan Ki Cepy Rancamaya, yang akibat menentang penghancuran situs bersejarah "Bukit Badigul" di Rancamaya -- ia harus mendekam 2 kali di dalam penjara Paledang – Bogor.
Dalam perbincangan dengan panulis pada bulan Juli 2007 di rumahnya ia mengemukakan kekesalan dan kekecewaan hatinya kepada para "inohong Sunda" bahwa, "Masa iya, beberapa juta orang Sunda di Jawa Barat tidak mampu menyelamatkan Situs Bersejarah "Bukit Badigul", yaitu membeli lokasi situs bersejarah tersebut seluas 1000 meter saja? Oleh karena itu Kang, sekarang mah saya "nyumput di nu caang" (bersembunyi di tempat terang) saja".
Kedua orang "tokoh" "Urang Sunda" tersebut sempat mengemukakan kekecewaan-berat mereka terhadap "Urang Sunda" yang pernah menempati berbagai posisi penting dalam pemerintahan RI tingkat Nasional maupun tingkat daerah, karena dalam kenyataannya mereka tidak mampu menjadi "panutan" dan tumpuan harapan warga Pasundan sebagaimana yang dikemukakan salah satu poin dari Uga Wangsit Prabu Siliwangi bahwa "Urang Sunda bakal disarambat".
Kekecewaan para tokoh "Urang Sunda" tersebut memang harus terjadi, sebab yang dimaksud oleh Uga Wangsit Prabu Siliwangi tentang "Nagara Pajajaran Anyar" dan "Urang Sunda" yang akan "disarambat", dalam kenyataannya berbeda dengan persepsi yang ada dalam pikiran dan sangkaan mereka tentang yang dimaksud dengan "Urang Sunda" oleh Prabu Siliwangi dalam Uga Wangsitnya..
Persepsi keliru yang ada dalam pikiran dan sangkaan para penafsir Uga Wangsit Siliwangi tersebut persis seperti kekeliruan persepsi umumnya umat beragama tentang kedatangan kedua kali para Rasul Allah -- misalnya Nabi Elia a.s., Yesus Kristus a.s. – demikian juga tentang kedatangan Rasul Akhir Zaman serta misi suci yang diembannya, sehingga akibatnya ketika Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta'ala tersebut benar-benar telah datang, mereka bukannya menyambutnya dengan penuh antusias disertai ucapan "AHLAN SAHLAN WA MARHABAN" melainkan dengan pendustaan dan berbagai bentuk penentangan dan penganiayaan keji, sebagaimana yang sangat disesalkan oleh Allah Ta'ala (Qs.36:31).
Penulis, dalam naskah buku ini berusaha menjelaskan makna-makna mendalam yang terkandung dalam Uga Wangit Prabu Siliwangi, khususnya mengenai makna "Nagara Pajajaran Anyar" yang akan dipimpin oleh RATU ADIL dan makna "Budak Angon" dan "Urang Sunda" yang akan "disarambat", sebab dengan peran-serta mereka itulah "Kehidupan Surgawi" di seluruh dunia akan terwujud, yakni terciptanya "bumi baru" dan "langit baru" atau "Yerusalem yang baru yang akan turun dari Surga", sebagaimana yang diharapkan oleh para penanti kedatangan RASUL AKHIR ZAMAN seperti yang telah diisyaratkan dalam Bible mau pun dalam Al-Quran.
Semoga Allah Ta'ala memberikan keberkatan kepada tulisan (makalah) yang sangat sederhana ini, dan semoga banyak orang yang memperoleh pencerahan jiwa, sehingga mereka benar-benar bukan saja akan mengenal RATU ADIL yang hakiki tetapi juga mereka akan bergabung menjadi warga masyarakat Muslim "Nagara Pajajaran Anyar" untuk bersama-sama mewujudkan terciptanya "Kehidupan Surgawi" di dunia ini berupa Kejayaan Islam yang kedua kali (Qs.61:10). Amin.

Wassalam

Ki Langlang Buana Kusumah



BAB I


Pengantar Umum

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ()يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ()كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ()إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
Bertasbih kepada Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Hai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Sangat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya berjajar-jajar, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun kokoh (Ash-Shaff, 2-5).

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa di kalangan umumnya para penganut agama-agama dewasa ini, terdapat kepercayaan tentang kedatangan kedua kali Rasul Allah yang sebelumnya pernah diutus kepada kaumnya masing-masing. Para Rasul Allah yang dipercayai kedatangannya yang kedua kali tersebut di antaranya adalah:
• Sri Krisyna a.s. dipercaya oleh umat Hindu akan datang lagi.
• Buddha a.s. dipercayai oleh umat Buddha akan datang lagi.
• Mesio Darbahmi dipercaya oleh para penganut ajaran Zoroaster a.s. di Fersia akan datang lagi,
• Nabi Elia (Ilyas) a.s. dipercayai oleh kaum Yahudi akan turun dari langit menjelang kedatangan Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. atau Yesus Kristus (Mal 4:5-6; Yoh 1:19-28).
• Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Mesiah atau Yesus Kristus dipercayai akan turun datang oleh kaum Yahudi, kaum Nashrani (Mat 24:29-36) mau pun oleh umat Islam (Bukhari bab nuzuli 'Isa Ibnu Maryam a.s.) – disamping mempercayai kedatangan Imam Mahdi a.s.
Kepercayaan mengenai kedatangan kedua kali para Rasul Allah tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah tanaasukh atau reinkarnasi (menitis kembali), yaitu kepercayaan di kalangan agama Hindu bahwa ruh orang yang mati (wafat) dapat berulang-kali melakukan penjelmaan kembali atau menitis ke dalam wujud manusia maupun hewan, sesuai dengan baik-buruknya amal perbuatan yang dilakukannya.

Kontroversi Mengenai "Ruh" &
Hilangnya "Ruh" Islam (Al-Quran)

Perlu diketahui pula bahwa kepercayaan tentang tanaasukh atau reinkarnasi (menitis kembali) tidak sama dengan peristiwa kesurupan (trance), sebab pada peristiwa kesurupan "energi-energi gaib" atau "ruh-ruh gaib" yang memasuki diri orang yang kesurupan dapat datang dan pergi atau dapat diundang kedatangannya dan dapat pula dikeluarkan lagi dari tubuh orang yang kesurusan atau dari tubuh mediator, sedangkan dalam kepercayaan reinkarnasi keadaannya tidak seperti itu, karena jiwa (ruh) dari orang yang "menitis" benar-benar bersatu dengan jiwa -- bahkan menjadi jiwa (ruh) -- orang-orang yang dianggap merupakan penjelmaan (reinkarnasi) dari orang lain atau leluhurnya yang telah meninggal dunia.
Mengenai kontroversi masalah ruh tersebut Allah Ta'ala telah berfirman dalam Al-Quran:
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا()وَلَئِنْ شِئْنَا لَنَذْهَبَنَّ بِالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ بِهِ عَلَيْنَا وَكِيلًا()إِلَّا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ إِنَّ فَضْلَهُ كَانَ عَلَيْكَ كَبِيرًا
Dan mereka bertanya kepada engkau, Rasulullah, mengenai ruh. Katakanlah, "Ruh diciptakan atas perintah Tuhan-ku, dan kamu tidak diberi ilmu mengenainya kecuali sedikit." Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami mengambil kembali apa yang telah Kami wahyukan kepada engkau, kemudian engkau tidak akan memperoleh penjaga bagi engkau dalam hal ini melawan Kami, kecuali jika ada rahmat dari Tuhan engkau. Sesungguhnya karunia-Nya kepada Engkau sangat besar (Bani Israil, 86-88).
Menurut ayat-ayat tersebut bahwa pengetahuan yang dimiliki manusia mengenai ruh sangat terbatas, sebab masalah ruh dan bagaimana caranya agar ruh tersebut dapat berkembang secara sempurna, hal tersebut sepenuhnya merupakan wewenang Allah Ta'ala, karena selain sangat erat kaitannya dengan sikap manusia terhadap perintah dan larangan yang telah ditetapkan Allah Ta'ala dalam syariat -- terutama syariat Islam – juga peran wahyu Allah Ta'ala pun sangat menentukan sekali, sebagaimana firman-Nya: قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا-- "Katakanlah, "Ruh diciptakan atas perintah Tuhan-ku, dan kamu tidak diberi ilmu mengenainya kecuali sedikit."
Kenapa demikian? Sebab kebanyakan manusia tidak dapat membedakan antara masalah kebatinan dengan masalah keroh
anian, yang cara menumbuh-kembangkannya selain sangat erat kaitannya dengan masalah keimanan yang benar terhadap Tauhid Ilahi juga berkaitan erat dengan kepatuh-taatan kepada hukum-hukum syariat sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasul Allah, sedangkan kebatinan adalah kemampuan jiwa manusia yang secara umum telah ditanamkan Allah Ta'ala dalam diri setiap orang -- tanpa memperbedakan agama dan kepercayaan yang mereka anut -- serta dapat ditumbuh-kembangkan melalui latihan-latihan tertentu.
Berkembangnya kegiatan "olah batin" (kebatinan) tersebut terjadi di setiap zaman, yaitu ketika umat manusia atau umat beragama telah semakin jauh dari masa kenabian yang penuh berkat, dan hal itu terjadi juga di lingkungan umat Islam. Merujuk kepada kenyataan itulah pertanyaan tentang ruh yang dikemukakan firman Allah Ta'ala tersebut.
Dengan demikian Firman Allah Ta'ala tersebut mengandung nubuatan (khabar gaib) bahwa akan datang suatu zaman ketika ilmu Al-Quran -- yakni pemahaman yang benar tentang Al-Quran – akan lenyap dari permukaan bumi (umat Islam), sebagaimana firman-Nya berikut ini:
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَاءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِي يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ أَلْفَ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
Dia mengatur urusan (perintah/peraturan) dari langit sampai bumi kemudian urusan itu akan naik kepada-Nya dalam satu hari yang hitungan lamanya seribu tahun dari apa yang kamu hitung (As-Sajdah, 6).
Pada saat Allah Ta'ala secara bertahap menarik kembali "ruh" Al-Quran -- yakni pemahaman yang benar tentang Al-Quran (agama Islam) -- itulah berbagai bentuk praktek "obah batin" (kebatinan) mulai bermunculan. Namun demikian pada saat yang bersamaan – agar umat Islam tidak semakin melantur jauh dari Tauhid Ilahi dan dari ajaran Islam -- Allah Ta'ala pun "membangkitkan" para wali Allah atau para shufi besar atau mujaddid (pembaharu rohani) yang dibangkitkan di setiap abad.

Para Mujaddid & Tantangan Allah Ta'ala

Berikut adalah nama-nama para mujaddid (pembaharu rohani) yang muncul di kalangan umat Islam di setiap abad:
1. Mujaddid abad pertama : Umar bin Abdul Aziz
2. Mujaddid abad kedua: Imam Syafi'i
3. Mujaddid abad ketiga: Abu Syarah – versi lain adalah Abdul Hasan Asysyari
4. Mujaddid abad keempat: Abu Ubaidullah Nisyapuri – versi lain adalah Abu Bakar Baqlani
5. Mujaddid abad kelima: Imam Ghazali
6. Mujaddid abad keenam: Sayyid Abdul Qadir Jailani
7. Mujaddid abad ketujuh: Imam Ibnu Taimiyah – versi lain adalah Khwaja Mu'inuddin Chisti
8. Mujaddid abad ke delapan: Hafiz Ibnu Hajar Asqalani – versi lain adalah Shalih bin Umar
9. Mujaddid abad kesembilan: Imam Suyuthi
10. Mujaddid abad kesepuluh: Imam Muhammad Tahir Gujrati
11. Mujaddid abad kesebelas: Mujaddid Alif Tsani Sirhindi
12. Mujaddid abad keduabelas: Syah Waliullah Muhaddats Dhelwi
13. Mujaddid abad ketigabelas: Sayyid Ahmad Brelwi
14. Mujaddid abad keempatbelas: Imam Mahdi a.s. & Masih Mau'ud a.s.
Nubuatan (khabar gaib) Allah Ta'ala dalam Al-Quran (Qs.17:86-89) tersebut sejalan dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. sebagaimana diriwayatkan oleh Mardawih, Baihaqi, dan Ibnu Majah, bahwa bahwa akan datang suatu zaman dimana
ruh (jiwa) Al-Quran akan hilang (dicabut) dari umat Islam (Qs.32:6), sehingga akibatnya akan bermunculan orang-orang yang dikenal sebagai ahli-ahli mistik dan para faqir (rahib/sufi) yang dipercayai memiliki kekuatan batin istimewa – seperti pula diakui oleh segolongan orang-orang Yahudi sebelumnya.
Menurut Allah Ta'ala, keberadaan mereka itu serta upaya-upaya kebatinan yang mereka lakukan tidak akan berhasil mengembalikan jiwa (ruh) ajaran Al-Quran, sekali pun mereka semuanya bergabung dalam mengupayakannya, firman-Nya:
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَى أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ هَذَا الْقُرْءَانِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا
Katakanlah, "Seandainya manusia dan jin berhimpun untuk mendatangkan yang semisal Al-Quran ini mereka tidak akan sanggup mendatangkan yang sama seperti ini, walau pun sebagian mereka sebagai penolong bagi sebagian yang lain " (Bani Israil, 89).
Tantangan Allah Ta'ala tersebut pertama-tama diajukan kepada mereka yang berkecimpung dalam praktek klenik, supaya mereka meminta pertolongan "ruh-ruh gaib", yang darinya para ahli kebatinan tersebut mengakui mengaku menerima "ilmu rohani"'.
Tantangan Allah Ta'ala dalam ayat inipun berlaku pula bagi semua orang yang menolak bahwa Al-Quran bersumber (berasal) dari Allah Ta'ala, tantangan ini berlaku sepanjang masa (Qs.2:24-25; Qs.10:39; Qs.11:14; Qs.17:89; Qs.52:35). Kenyataan membuktikan bahwa tidak ada seorang pun yang mampu mengembalikan "ruh" (jiwa) Al-Quran – yakni pemahaman yang benar dari Al-Quran serta pembukaan khazanah-khazanah rohaninya yang baru (Qs.15:22– kecuali orang-orang yang mendapat wahyu dari Allah Ta'ala sendiri, terutama Rasul Allah (Qs.2:31-35; Qs.3:180; Qs.72:27-29; Qs.56:76-83).

Kemunduran Parah Umat Islam Di Akhir Zaman

Itulah sebabnya Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda mengenai keadaan kemunduran hebat yang terjadi di kalangan umumnya umat Islam di Akhir Zaman ini dalam berbagai bidang kehidupan – termasuk kemunduran parah dalam bidang akhlak dan rohani serta pemahaman yang benar mengenai Al-Quran (ajaran Islam) – beliau saw. bersabda:
"Sudah dekat kedatangannya atas manusia (umat Islam) tatkala Islam hanya tinggal namanya saja dan Al-Quran hanya tinggal tulisannya saja, mesjid-mesjid mereka akan ramai (penuh) tetapi kosong dari petunjuk. Ulama mereka akan menjadi makhluk yang paling buruk di bawah langit ini, dari mereka akan keluar fitnah dan akan kembali kepada mereka" (Baihaqi).
Sebenarnya gambaran keadaan yang sangat memprihatinkan mengenai umat Islam di Akhir Zaman tersebut merupakan pengulangan keadaan yang senantiasa terjadi di setiap zaman yaitu pada saat Allah Ta'ala mengutus Bayyinnah (Tanda-tanda yang nyata) yakni Rasul-Nya, firman-Nya:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ()لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ()رَسُولٌ مِنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُطَهَّرَةً()فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ()وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ()وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ () إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ()إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ()جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang. Tidak akan pernah berhenti dari kekafiran (keingkaran) mereka orang-orang yang kafir (ingkar) dari Ahlikitab dan orang-orang musyrik sehingga datang kepada mereka bukti yang nyata, yaitu seorang Rasul dari Allah yang membacakan lembaran-lembaran suci, yang di dalamnya ada perintah-perintah abadi. Dan tidak berpecah-belah orang-orang yang diberi Kitab kecuali setelah datang kepada mereka bukti yang nyata (Rasul Allah), padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya beribadah hanya kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada-Nya dan dengan lurus, dan mendirikan shalat dan membayar zakat, dan itulah agama yang teguh. Sesungguhnya orang-orang yang kafir (ingkar) dari antara Ahlikitab dan orang-orang musyrik akan berada dalam api jahannam, mereka akan kekal di dalamnya. Mereka itu seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih mereka itu sebaik-baik makhluk. Ganjaran mereka ada di sisi Tuhan mereka, kebun-kebun abadi yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka akan kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah ganjaran bagi orang-orang yang takut kepada Tuhan-nya (Al-Bayyinah, 1-9).
Menurut Allah Ta'ala, pada masa kedatangan Bayyinah (Tanda-tanda yang nyata) atau Rasul Allah, orang-orang yang dinamakan Ahlikitab pun mereka tidak memahami Kitab suci mereka dengan benar, termasuk para pemimpin agama (ulama) mereka, itulah sebabnya yang muncul dari mereka bukan petunjuk yang benar yang mendapat bimbingan wahyu Ilahi melainkan semata-mata hanya mengandalkan keinginan hawa-nafsu mereka (Qs.2:79-80), sehingga mengakibatkan munculnya berbagai bentuk fitnah yang akan kembali kepada diri mereka, dan umat beragama pun menjadi terpecah-belah serta satu sama lain saling mengkafirkan¸ termasuk di lingkungan umat Islam (Qs.6:160; Qs.21:93-94; Qs.23:53-54; Qs.30:30-33).

Pemeliharaan Al-Quran Sepenuhnya Wewenang Allah Ta'ala &
"Pengutusan Kedua Kali" Para Rasul Allah

Merujuk kepada kenyataan itulah Allah Ta'ala telah berfirman mengenai wewenang-Nya melakukan pemeliharaan Al-Quran -- baik pemeliharaan kemurnian teks Al-Quran, pemeliharan makna-maknanya yang benar serta pembukaan khazanah-khazanah kerohanian yang baru dari Al-Quran sesuai kebutuhan zaman -- firman-Nya:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Sesungguhnya Kami Yang telah menurunkan Adz-Dzikr (Peringatan/Al-Quran) ini, dan sesungguhnya Kami-lah Pemelihara baginya" (Al-Hijr, 10).
Merujuk kepada kenyataan itulah maka Allah Ta'ala telah menubuatkan (mengkhabar-gaibkan) mengenai kedatangan kembali para Rasul Allah, termasuk Nabi Besar Muhammad saw.. Berikut ini adalah pernyataan Allah Ta'ala dalam Al-Quran tentang "pengutusan kedua kali" Nabi Besar Muhammad saw. di Akhir Zaman di kalangan "kaum lain" di lingkungan umat Islam, firman-Nya::
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ()هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ()وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ()ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Bertasbih kepada Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Maha Suci, Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dia-lah Yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang buta-huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walau pun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan membangkitkannya lagi pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar (Al-Jumu'ah, 2-5).
Ketika ayat-ayat Surah Al-Jumu'ah tersebut diwahyukan, Abu Hurairah r.a. – salah seorang sahabat yang saat itu ada bersama dengan beberapa orang sahabat lainnnya – bertanya kepada Nabi Besar Muhammad saw., "Ya Rasulullah, saya mengetahui bahwa Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan kaum yang buta-huruf adalah adalah engkau, akan tetapi apa yang dimaksudkan oleh ayat selanjutnya وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ yaitu bahwa engkau pun akan dibangkitkan lagi pada suatu kaum lain di antara kami akan tetapi antara kami dengan kaum tersebut belum pernah bertemu, apa maksudnya?"
Nabi Besar Muhammad saw. sama sekali tidak menyalahkan pendapat Abu Hurairah r.a. tentang "kedatangan kedua kali" beliau saw. tersebut, kenyataan tersebut membuktikan bahwa yang menginformasikan tentang kedatangan kedua kali para Rasul Allah tersebut bukan hanya Kitab-kitab suci yang diturunkan sebelum Al-Quran saja tetapi juga Al-Quran pun mengisyaratkan hal yang sama pula, firman-Nya:
وَإِذَا الرُّسُلُ أُقِّتَتْ(12)لِأَيِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ(13)لِيَوْمِ الْفَصْلِ(14)وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ(15)وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(16)أَلَمْ نُهْلِكِ الْأَوَّلِينَ(17)ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ الْآخِرِينَ(18)كَذَلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ(19)وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(20)...................وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(38)هَذَا يَوْمُ الْفَصْلِ جَمَعْنَاكُمْ وَالْأَوَّلِينَ(39)فَإِنْ كَانَ لَكُمْ كَيْدٌ فَكِيدُونِ(40)وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(41)
Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan, hingga hari manakah ditangguhkan? Hingga Hari Keputusan. Dan apa yang engkau ketahui tentang Hari Keputusan itu? Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Tidakkah Kami telah membinasakan kaum-kaum dahulu? Lalu Kami mengikutkan kepada mereka orang-orang yang datang belakangan. Begitulah Kami memperlakukan terhadap orang-orang yang berdosa. Celakalah pada Hari itu orang-orang yang mendustakan...........................
Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Inilah Hari Keputusan. Kami mengumpulkan kamu dan kaum-kaum terdahulu. Maka jika kamu mempunyai tipu-daya, lakukanlah tipu daya terhadapku. Celakalah pada Hari itu orang-orang yang mendustakan (Al-Mursalat 12-20 & 38-41)
Pendek kata, kebenaran kepercayaan umat beragama mengenai kedatangan kedua kali para Rasul Allah sulit dibantah atau dikatakan sebagai suatu kepercayaan yang dusta dan sesat, sebab selain sumbernya jelas dan qath'i (kuat), yaitu Kitab-kitab suci dan sabda para Rasul Allah -- bahkan didukung juga oleh berbagai Uga Wangsit yang terdapat di berbagai daerah, di antaranya Uga Wangsit Prabu Siliwangi tentang kedatangan RATU ADIL -- juga didukung oleh bukti lainnya, yaitu:
1. Semua umat beragama sepakat mempercayai bahwa kedatangan kedua kali para Rasul Allah tersebut akan terjadi di Akhir Zaman, sebagaimana dikemukakan sebelumnya.
2. Semua umat beragama sepakat mempercayai bahwa melalui perjuangan suci Rasul Allah yang kedatangannya sedang mereka tunggu-tunggu itulah maka agama mereka akan unggul atas agama-agama lain.
Mengenai hal tersebut berikut adalah firman Allah Ta'ala mengenai misi Rasul Akhir Zaman yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ(10)
Dia-lah Yang mengirimkan Rasul-Nya dengan petunjuk dan dangan agama yang benar supaya Dia memenangkannya atas semua agama, walaupun orang-orang musyrik membenci (Ash-Shaff, 10).
Umat Islam meyakini bahwa melalui kedatangan Rasul Akhir Zaman -- Al-Masih Mau'ud a.s. atau Imam Mahdi a.s. atau RATU ADIL itulah -- maka agama Islam dan umat Islam akan mengalami masa kejayaan mereka yang kedua kali, sehingga dengan demikian genaplah sabda Nabi Besar Muhammad saw. tentang adanya persamaan antara Bani Israil dengan Bani Ismail, yakni kedua keturunan Nabi Ibrahim a.s. melalui Nabi Ishaq a.s. dan Nabi Isma'il a.s. tersebut sama-sama mengalami 2 kali masa kejayaan.

Hakikat Empat Ekor "Burung" Nabi Ibrahim a.s.

Berikut adalah beberapa persamaan antara Bani Israil dan Bani Ismail (Umat Islam) dalam segi-segi kebaikannya:
(1) Allah Ta'ala telah berjanji kepada Nabi Ibrahim a.s. bahwa Dia akan menjadikan beliau a.s. dan anak-keturunannya – apabila mereka mentaati millat Nabi Ibrahim a.s. (Qs.2:131 & 136, Qs.3:96; Qs.4:126; Qs.12:39; Qs.16:124; Qs.22:79) -- akan dijadikan imam bagi manusia (Qs.2:125; Kej 17:1-27), firman-Nya:
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ(124)
Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhan-nya dengan beberapa kalimat (perintah) lalu dipenuhinya. Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku menjadikan engkau imam bagi manusia." Ia, Ibrahim, berkata, "Dan jadikan juga imam dari antara keturunanku". Dia berfirman, "Janji-Ku tidak sampai kepada orang-orang aniaya". (Al-Baqarah, 125).
Itulah sebabnya ketika Nabi Ibrahim a.s., memohon kepada Allah Ta'ala agar berkenan memperlihatkan "cara menghidupkan orang yang mati" maka Allah Ta'ala telah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s. untuk mengambil 4 ekor burung (Qs.2:261). Makna "burung" antara lain adalah keturunan, firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَى كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ(260)
"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata, "Wahai Tuhan-ku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan yang mati?" Dia berfirman, "Apakah engkau tidak percaya?" Ia berkata, "Ya, percaya, tetapi aku tanyakan hal ini supaya tentram hatiku,' Dia berfirman, "Maka ambillah empat ekor burung dan jinakkanlah mereka kepada engkau, kemudian letakkanlah setiap burung itu di atas tiap-tiap gunung, kemudian panggillah mereka, mereka dengan cepat akan datang kepada engkau. dan ketahuilah bahwasanya Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana (Al-Baqarah, 261).
(2) Permintaan Nabi Ibrahim a.s. tersebut erat kaitannya dengan pernyataan Allah Ta'ala bahwa sebagai akibat dari ketaatan sempurna yang diperagakan Nabi Ibrahim a.s. terhadap semua perintah Allah Ta'ala maka Dia akan menjadikan Nabi Ibrahim a.s. sebagai bapak banyak bangsa-bangsa (Kej 17:1-27; Qs.2:125).
Jadi, "4 ekor burung" Nabi Ibrahim a.s. berhubungan erat dengan 4 kali kejayaan yang dialami oleh keturunan beliau a.s. dari kalangan Bani Israil dan Bani Ismail (umat Islam), mereka masing-masing akan mengalami 2 kali kebangkitan dan kejayaan, yaitu 2 kali di kalangan Bani Israil dan 2 kali di kalangan Bani Ismail (umat Islam).
Kebangkitan dan kejayaan di kalangan Bani Israil yang pertama terjadi dengan perantaraan pengutusan Nabi Musa a.s., sedangkan kebangkitan dan kejayaan Bani Israil yang kedua kali adalah dengan perantaraan pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam Israli a.s. atau Al-Masih Musawi yakni Yesus Kristus.
Ada pun kebangkitan dan kejayaan di kalangan Bani Ismail – yang menggantikan kedudukan Bani Israil sebagai "bangsa terpilih" -- yang pertama adalah dengan perantaraan pengutusan Nabi itu atau Nabi yang seperti Musa (Qs.46:11) yakni Nabi Besar Muhammad saw., sedangkan kebangkitan dan kejayaan umat Islam yang kedua kali di Akhir Zaman ini adalah dengan pengutusan Nabi yang seperti Isa Ibnu Maryam Israili a.s. atau misal Isa Ibnu Maryam (Qs.43:58; Qs.11:18).
Dengan demikian genaplah jumlah 4 ekor burung Nabi Ibrahim tersebut, yakni (1) Nabi Musa a.s., (2) Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Isa Musawi), (3) Nabi yang seperti Musa atau misal Musa yakni Nabi Besar Muhammad saw., , (4) Misal Isa Ibnu Maryam a.s. Israili atau Nabi yang seperti Isa Ibnu Maryam a.s. Israli.
(3) Jumlah 4 ekor burung Nabi Ibrahim a.s. tersebut sesuai pula dengan perumpamaan yang dikemukakan dalam surah Ya Sin tentang 4 orang Rasul Allah yang diutus kepada penduduk sebuah kota, pertama Allah Ta'ala mengutus 2 orang Rasul Allah kemudian diperkuat oleh Rasul Allah yang ketiga, namun ketiganya didustakan. Lalu Allah Ta'ala mengirimkan Rasul Allah yang keempat yang digambarkan sebagai "seorang laki-laki yang berlari-lari dari bagian terjauh kota" tersebut (Qs. 36:14-33).

Maghdhub Dan Dhaaliin &
Makna "Akhir Zaman"

Ada pun alasan Allah Ta'ala memindahkan nikmat kenabian dari kalangan Bani Israil ke kalangan Bani Ismail tersebut adalah karena Bani Israil berulang kali melakukan kedurhakaan kepada Allah Ta'ala dan kepada para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka, sehingga sesuai dengan pernyataan Allah Ta'ala bahwa, "لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ -- Janji-Ku tidak sampai kepada orang-orang yang aniaya" maka Bani Israil sebagai "kaum yang terpilih" berubah menjadi "kaum yang dimurkai Allah Ta'ala" (maghdhuubi 'alayhim) dan "yang sesat" (dhalliin), sebagaimana yang diisyaratkan dalam Surah Al-Fatihah ayat 7, firman-Nya;
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ(5)اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ(6)صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ(7)
Hanya Engkau Yang Kami sembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan, tunjukillah kami pada jalan yang lurus, jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, bukan mereka yang kemudian Engkau murkai dan bukan pula yang sesat (Al-Fatihah 5-7).
Secara khusus yang dimaksud dengan maghdhuubi 'alayhim tertuju kepada orang-orang yang senantiasa mendustakan dan menentang Rasul Allah yang diutus di kalangan mereka, sehingga mengakibatkan Allah Ta'ala murka dan melaknat mereka serta menimpakan berbagai azab kepada mereka (Qs.2:62-67 & 88-92; Qs.3:22-23 & 113; Qs.5:61); sedangkan dhaalliin (yang sesat) adalah mereka yang melampaui batas dalam menghormati para Rasul Allah dan para Wali Allah yakni telah "mempertuhankan" mereka (Qs.9:30).
Dengan demikian jelaslah bahwa melalui surah Al-Fatihah Allah Ta'ala telah memperingatkan Bani Ismail (umat Islam) agar mereka tidak mengalami nasib malang yang telah dialami oleh Bani Israil (Yahudi dan Nashrani), yakni kedudukan mulia mereka sebagai "orang-orang yang mendapat nikmat" dari Allah Ta'ala berubah menjadi "orang-orang yang dimurkai" Allah Ta'ala dan "orang-orang yang sesat" dari Tauhid Ilahi.
Peringatan yang diabadikan oleh Allah Ta'ala di dalam surah Al-Fatihah tersebut sangat erat kaitannya dengan pernyataan Allah Ta'ala berikut ini mengenai kesinambungan pengutusan Rasul Allah sampai dengan Hari Kiamat, firman-Nya:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ(35)يَابَنِي ءَادَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَاتِي فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(36)وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(37)
Bagi tiap-tiap umat ada ajal (batas-waktu), maka apabila datang ajal (batas waktu) mereka, tidak dapat mereka mengundurkan barang sesaat pun dan tidak pula mereka memajukan. Wahai Bani Adam, jika datang Rasul-rasul di antara kamu yang membacakan kepada kamu Tanda-tanda-Ku maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati, sedangkan orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami dan berlaku takabbur terhadapnya, mereka itu penghuni api, mereka akan kekal di dalamnya (Al-A'raf, 35-37).
Dari firman Allah Ta'ala tersebut dapat diketahui makna "Akhir Zaman", yaitu ajal (batas waktu) setiap umat. Dengan demikian jelaslah bahwa Akhir Zaman atau as-Saa'ah (Kiamat) berkenaan dengan kedatangan Rasul Akhir Zaman yang dijanjikan Allah Ta'ala, tidak berarti hancur-luluhnya tatanan alam semesta jasmani berupa Kiamat Qubra (Kiamat Besar), melainkan merujuk kepada ajal (batas waktu) setiap umat yang telah ditetapkan oleh Allah Ta'ala bagi setiap umat (kaum). Yakni apabila ajal (batas waktu) suatu umat telah berakhir maka Allah Ta'ala akan menggantikan "kedudukan mulia" umat tersebut dengan "umat lainnya" melalui pengutusan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta'ala kepada mereka (Qs.7:35-37).
Sunnatullah (ketetapan Allah Ta'ala) mengenai ajal (batas waktu) tersebut berlaku pula bagi bagi Bani Ismail yang telah menggantikan kedudukan mulia Bani Israil, firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(55)إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ(56)وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ(57)
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya maka segera Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan mencintai-Nya, mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mukmin dan keras terhadap orang-orang kafir. Mereka akan berjuang-keras di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela. Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. Sesungguhnya penolong-penolong kamu hanyalah Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang mukmin yang senantiasa mendirikan shalat dan membayar zakat dan mereka taat kepada Allah. Dan barangsiapa menjadikan Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang mukmin sebagai penolong maka sesungguhnya HIZBULLAH (golongan Allah) pasti menang (Al-Maaidah, 55-57).
Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan Akhir Zaman sehubungan dengan kedatangan Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya sedang ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama dengan nama yang berlainan maksudnya adalah ajal (batas waktu) setiap umat, dalam hal ini adalah ajal (batas waktu) Bani Ismail sebagai "kaum terpilih" yang sebelumnya menggantikan kedudukan mulia Bani Israil.
Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa ada 3 macam Kiamat: (1) Kiamat Sughra (kiamat kecil), berupa kesedihan yang terjadi akibat meninggalnya seorang pemimpin besar kaum yang sangat dicintai kaumnya, (2) Kiamat Wustha (kiamat pertengahan), berupa azab Allah Ta'ala yang membinasakan suatu numat (kaum), dan (3) Kiamat Kubra (kiamat besar) yakni hancurnya alam semesta jasmani.
Merujuk kepada Kiamat Wustha (kiamat pertengahan) itulah Allah Ta'ala telah menyatakan dalam Al-Quran bahwa pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di kalangan Bani Israil maupun pengutusan misal Nabi isa Ibnu Maryam a.s. di kalangan Bani Ismail (umat Islam) merupakan as-Saa'ah (tanda Kiamat) bagi kedua keturunan Nabi Ibrahim a.s. tersebut, firman-Nya:
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ(58)وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ(59)إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ(60)وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ(61)وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ(62)
Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau ingar-bingar mengajukan bantahan terhadapnya, dan mereka berkata, "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak mengemukakan hal itu kepada engkau kecuali perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Tidaklah dia kecuali seorang hamba yang Kami telah menganugerahkan karunia kepadanya, dan Kami menjadikan dia (Isa Ibnu Maryam) suatu misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, dan sesungguhnya ia benar-benar merupakan ilmu (tanda) Saat maka janganlah kamu ragu-ragu tentang itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus (Az-Zukhruf, 58-62).

Seperti Persamaan Sepasang Sepatu

Jadi, sebagaimana halnya Allah Ta'ala telah memperingatkan Bani Israil dengan pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., demikian pula Bani Ismail pun telah diperingatkan Allah Ta'ala melalui pengutusan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., sebab menurut Nabi Besar Muhammad saw. Bani Ismail (umat Islam) akan melakukan perbuatan-perbuatan buruk seperti yang telah dilakukan oleh Bani Israil, sehingga keduanya memiliki persamaan seperti persamaan sepasang sepatu:
"Niscaya kamu (umat Islam) akan mengikuti jejak mereka yang telah mendahului kamu dalam setiap langkahnya, sedemikian rupa sehingga apabila ada di antara mereka yang terperosok ke lubang kadal (biuawak) kamu pun akan berlaku sama". Para sahabat menanyakan kepada Nabi saw., "Ya Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan kaum Yahudi dan Kristen?" Beliau bersabda, "Siapa lagi?" (Bukhari dan Muslim).
Kemudian beliau saw. bersabda lagi:
"Niscaya akan datang kepada umatku seperti yang dialami Bani Israil. Mereka (kaum Muslimin dan Bani Israil) akan demikian persamaannya satu sama lain seperti persamaan sepasang sepatu. Bani Israil telah terpecah dalam 72 golongan dan kaumku akan terpecah dalam 73 golongan. Semuanya akan dilemparkan ke dalam api, kecuali satu golongan". Para sahabat menanyakan kepada Rasulullah saw., "Golongan manakah itu?" Beliau bersabda, "Golongan yang akan menjalankan sunnahku dan amal perbuatan sahabat-sahabatku" (Tirmidzi).
Itulah sebabnya ketika Nabi Ibrahim a.s. memohon kepada Allah Ta'ala agar dari keturunan beliau a.s. pun ada yang dijadikan imam sebagaimana halnya beliau a.s. dijadikan imam, terhadap permintaan tersebut Allah Ta'ala menjawab: "لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ -- Janji-Ku tidak sampai kepada orang-orang yang aniaya", firman-Nya:
وَإِذِ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ(124)
Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhan-nya dengan beberapa kalimat (perintah) lalu dipenuhinya. Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku menjadikan engkau imam bagi manusia." Ia, Ibrahim, berkata, "Dan jadikan juga imam dari antara keturunanku". Dia berfirman, "Janji-Ku tidak sampai kepada orang-orang aniaya" (Al-Baqarah, 125).
Tentu saja adanya persamaan antara Bani Ismail (umat Islam) dengan Bani Israil bukan hanya dalam hal keburukan saja tetapi juga dalam hal kebaikan, di antaranya adalah tentang kedatangan misal Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.43:58) yang diutus Allah Ta'ala dari kalangan umat Islam (minhum/minkum), sehingga genaplah persamaan "2 ekor burung" Nabi Ibrahim a.s. yang terdapat di kalangan Bani Israil – yakni Nabi Musa a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. – dengan "2 ekor burung" Nabi Ibrahim a.s. yang dibangkitkan di kalangan Bani Ismail, yaitu Nabi Besar Muhammad saw. (Nabi yang seperti Musa a.s. – Qs.46:11) dan misal Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.43:58), yakni Al-Masih Mau'ud a.s. atau Imam Mahdi a.s..

Menghina Kemuliaan Nabi Besar Muhammad saw.
dan Menghina Kesempurnaan Al-Quran

Mempercayai bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus Kristus) benar-benar akan datang kedua kali secara jasmani, hal itu tidak sesuai dengan jumlah "4 ekor burung" Nabi Ibrahim a.s., sebab jumlahnya bukan "4 ekor burung" melainkan hanya "3 ekor burung" karena Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. datang dua kali, pengutusan yang pertama terjadi di kalangan Bani Israil dan pengutusan yang kedua kali adalah di kalangan Bani Ismail (umat Islam).
Jika kepercayaan tersebut benar maka dipindahkan-Nya nikmat kenabian dari Bani Israil kepada Bani Ismail (umat Islam) merupakan perbuatan yang sia-sia saja, sebab dalam kenyataannya yang akan memperbaiki kerusakan akhlak dan rohani Bani Ismail (umat Islam) di Akhir Zaman ini adalah seorang Rasul Allah dari Bani Israil, yakni Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus Kristus). Benarkan demikian?
Bukankah Allah Ta'ala telah berfirman bahwa yang akan abtar (terputus keturunannya) bukan Nabi Besar Muhammad saw. melainkan para penentang beliau saw. (Qs.108:1-4) -- termasuk Yahudi dan Nashrani? Itulah sebabnya Allah Ta'ala telah menyatakan dalam Al-Quran bahwa yang Rasul Allah yang akan datang di Akhir Zaman ini bukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus Kristus) melainkan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili.
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah bahwa sebagaimana Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. merupakan as-Saa'ah (tanda Kiamat) bagi Bani Israil demikian pula kedatangan misal Isa Ibnu Maryam a.s. yang dibangkitkan dari kalangan umat Islam pun merupakan as-Saa'ah (tanda Kiamat) bagi Bani Ismail. Dan merujuk kepada kenyataan itu pulalah ketika Nabi Besar Muhammad saw. menjawab pertanyaan Abu Hurairah r.a. tentang surah Al-Jumu'ah ayat 3-4 sebelum ini sehubungan dengan pengutusan kedua kali beliau saw. di kalangan kaum "aakhariina minhum", beliau saw. sambil memegang tubuh Salman al-Farsi r.a. – seorang sahabat yang berkebangsaan Farsi (Iran) – bersabda:
"Apabila iman telah terbang ke bintang Tsurayya, seorang laki-laki dari mereka ini akan menemukannya" (Bukhari).
Artinya, sebagaimana halnya hubungan darah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili dengan Bani Israil hanya melalui ibu (wanita) – sebab beliau a.s. tidak memiliki ayah seorang laki-laki Bani Israil -- demikian pula hubungan darah misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. pun hubungan darahnya dengan Bani Ismail (bangsa Arab) hanya melalui ibu (wanita) – yakni Siti Fatimah r.a. – sebab semua putra laki-laki Nabi Besar Muhammad saw. wafat pada waktu masih kecil.
Orang-orang Islam yang mempercayai bahwa Rasul Akhir Zaman adalah benar-benar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Isralili (Yesus Kristus) berarti mereka itu telah menuduh dan telah menghina Nabi Besar Muhammad saw. sebagai seorang abtar (yang terputus keturunannya) -- baik keturunan jasmani maupun keturunan rohani – sehingga pernyataan Allah Ta'ala bahwa agama Islam (Al-Quran) merupakan agama (Kitab suci) terakhir dan tersempurna (Qs.5:4) dan umat Islam merupakan "umat yang terbaik" (Qs.2:144; Qs.3:111) menjadi sia-sia saja, karena menurut mereka Rasul Akhir Zaman tidak dapat datang dari kalangan Bani Ismail (umat Islam) melainkan dari kalangan Bani Israil. Benarkah demikian?

Khitan Sebagai Tanda Perjanjian Allah Ta'ala Dengan Nabi Ibrahim a.s.

Jadi, kembali kepada makna 4 ekor "burung" Nabi Ibrahim a.s. sebelum ini, sebagai tanda perjanjian antara Allah Ta'ala dengan Nabi Ibrahim a.s. dan seluruh keturunan beliau a.s. Allah Ta'ala telah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim a.s. melakukan khitan, berupa pemotongan kulup kemaluan laki-laki seluruh keturunan Nabi Ibrahim a.s. (Kej 15:1-18 & Kej 17:26).
Itulah sebabnya seluruh kaum laki-laki Bani Israil maupun Bani Ismail semuanya dikhitan. Demikian pula Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) pun dikhitan guna melaksanakan tanda perjanjian antara Allah Ta'ala dengan Nabi Ibrahim a.s. dan dengan seluruh keturunan beliau a.s. tersebut (Lukas 2:21).
Merujuk kepada kenyataan itulah ketika Hiraclius, kaisar kerajaan Romawi, mengundang Abu Sufyan bin Harb r.a. ke istananya -- sebelum beliau beriman kepada Nabi Besar Muhammad saw. -- untuk mencari keterangan tentang beliau saw. -- maka setelah mendengar keterangan dari Abu Sufyan bin Harb r.a. dan setelah mengetahui bahwa kaum laki-laki bangsa Arab semuanya dikhitan maka Kaisar Hiraclius berkesimpulan bahwa "raja khitan" -- yakni Nabi yang seperti Musa (Ul 18:18-19) atau Nabi Besar Muhammad saw. (Qs.46:11) -- telah lahir di dunia (Bukhari).
Namun bertentangan dengan kenyataan tersebut, Paulus dalam surat-surat kirimannya telah mengajarkan pemahaman yang keliru tentang tanda perjanjian antara Allah Ta'ala dengan Ibrahim a.s. dan seluruh keturunan beliau a.s., berupa khitan tersebut. Ia menyatakan bahwa memotong kulup kemaluan laki-laki tersebut tidak penting dan bukan merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh keturunan Nabi Ibrahim a.s., karena menurut Paulus yang penting adalah melakukan khitan secara rohani (Lihat Roma fs 2 s/d fs 5).
Kenyataan sejarah seluruh keturunan Nabi Ibrahim a.s. membuktikan kedustaan ajaran Paulus tentang khitan tersebut, sebab selama keturunan Nabi Ibrahim a.s. tersebut tetap berpegang teguh pada millat beliau a.s. (Qs.2:136; Qs.16:124; Qs.22:79) – termasuk Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) pun melakukan khitan (Lukas 2:21)-- maka selama itu pula keimaman (nikmat kenabian) tetap berada di kalangan mereka.
Tetapi ketika mereka telah berbuat durhaka kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya maka keimaman (nikmat kenabian) tersebut dicabut dari mereka lalu diserahkan kepada keturunan Nabi Ibrahim a.s. yang lainnya, -- yakni kepada kaum lain -- dalam hal ini adalah kepada Bani Ismail, firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ أَنْجَاكُمْ مِنْ ءَالِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ وَيُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلَاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ(7)وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ(8)وَقَالَ مُوسَى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ(9)
Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Ingatlah kamu sekalian akan nikmat Allah atas kamu, ketika Dia menyelamatkan kamu dari kaum Fir'aun, yang menimpakan kepada kamu azab yang buruk, dan menyembelih anak-anak laki-laki kamu dan membiarkan hidup perempuan-perempuan kamu. Dan dalam hal itu bagi kamu ada cobaan yang besar dari Tuhan kamu. Dan ingatlah ketika Tuhan kamu mengumumkan, "Jika kamu bersyukur niscaya Aku akan menambah lebih banyak karunia kepada kamu, sedangkan jika kamu ingkar sesungguhnya adzab-Ku benar-benar amat keras". Dan Musa berkata, "Jika kamu ingkar, kamu dan orang-orang yang ada di bumi semua, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha terpuji (Ibrahim, 7-9).

Untaian Nikmat Allah Ta'ala & Azab Allah Ta'ala

Selanjutnya Nabi Musa a.s. mengingatkan Bani Israil tentang untaian nikmat Allah Ta'ala yang dianugerahkan kepada mereka, setelah mereka mengalami penderitaan selama 400 tahun di bawah penindasan para Fir'aun di Mesir (Qs.28:4-7), firman-Nya lagi:
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَءَاتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ(21)
Dan ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu, ketika Dia menjadikan nabi-nabi di antara kamu dan menjadikan kamu raja-raja dan Dia memberikan kepada kamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di antara bangsa-bangsa (Al-Maidah, 21).
Untaian nikmat Allah Ta'ala tersebut telah dianugerahkan pula kepada Bani Ismail (umat Islam), yaitu ketika mereka dipilih oleh Allah Ta'ala untuk menggantikan kedudukan Bani Israil sebagai "kaum pilihan-Nya", dengan demikian genaplah persamaan antara Bani Ismail dengan Bani Israil dalam semua seginya – termasuk dalam hal keburukan yang dilakukan oleh kedua keturunan Nabi Ibrahim a.s. tersebut, sehingga Allah Ta'ala telah menimpakan kepada mereka masing-maisng 2 kali azab besar sebagai hukuman kepada mereka, firman-Nya:
وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إسْرائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا(5)فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا(6)ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا(7)إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَافَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا(8)عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا(9)
Dan Kami telah tetapkan kepada Bani Israil dalam Kitab Taurat itu, "Niscaya kamu akan melakukan kerusakan di bumi dua kali, dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan sangat besar." Maka apabila datang janji pertama dari kedua peristiwa itu Kami bangkitkan untuk menghadapi kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat maka mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah. Dan itu suatu janji yang pasti akan terjadi. Kemudian Kami kembalikan kepada kamu kekuatan untuk mengalahkan mereka, dan Kami bantu kamu dengan harta dan anak-anak, dan Kami menjadikan kamu kelompok yang lebih besar dari sebelumnya. Jika kamu berbuat baik, kamu berbuat baik untuk diri kamu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk maka itu untuk diri kamu sendiri. Maka apabila datang janji kedua itu supaya mereka mendatangkan kesusahan pada wajah-wajah kamu, dan supaya mereka memasuki mesjid seperti pernah mereka memasukinya pada pertama kali, dan supaya mereka menghancurkan segala yang telah mereka kuasai. Boleh jadi Tuhan kamu akan menaruh kasihan kepada kamu, tetapi jika kamu kembali kepada kejahatan Kami pun akan kembali menimpakan azab, dan Kami jadikan jahannam sebagai penjara bagi orang-orang yang ingkar (Bani Israil, 5-9). Lihat pula Bible: Ulangan 28:15, 49-53, 63-64 & 30:15 tentang berkat dan kutuk.

Peringatan Allah Ta'ala Kepada Umat Islam &
Menyebarnya Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj)

Kedua azab besar yang pernah ditimpakan Allah Ta'ala kepada Bani Israil melalui serbuan bangsa-bangsa kafir yang memiliki kekuatan tempur yang sangat hebat tersebut, terjadi juga pada umat Islam. Azab yang pertama adalah ketika kota Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan umat Islam Kekhalifahan Bani Abbas dan pusat ilmu pengetahuan dihancur-luluhkan oleh serbuan dahsyat balatentara Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku Khan pada tahun 1258 M, konon sebanyak 1.800.000 orang Islam terbunuh pada peristiwa penyerbuan yang sangat dahsyat tersebut.
Ada pun azab Allah Ta'ala yang kedua kali telah ditimpakan kepada umat Islam di Akhir Zaman ini berupa penyerbuan dahsyat bangsa-bangsa yang disebut Ya'juj (Gog) dan Ma'juj (Magog), yakni bangsa-bangsa Kristen dari Barat mulai abad ke 16 (Qs.18:95-102; Qs.21:97), firman-Nya:
وَحَرَامٌ عَلَى قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَنَّهُمْ لَا يَرْجِعُونَ(96)حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ(97)وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَاوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ(98)
Dan diharamkan bagi suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwasanya mereka tidak akan kembali, sehingga ketika dibukakan penjara Ya'juj dan Ma'juj dan mereka akan tersebar luas dari setiap tempat yang tinggi, dan sudah dekat janji yang benar maka tiba-tiba akan terbelalak mata orang-orang yang telah ingkar, mereka berseru, "Aduhai celaka kami! Sungguh Kami dalam kelalaian mengenai ini, bahkan kami adalah orang yang aniaya (Al-Anbiyaa, 96-98).
Berikut adalah penglihatan rohani (ru'ya) yang dialami oleh Yohanes di pulau Patmos tentang "pemenjaraan" Iblis atau Satan yakni Naga si Ular Tua dan "pelepasannya" kembali dari "pemenjaraannya" selama 1000 tahun dalam wujud bangsa-bangsa Kristen Eropa yang disebut Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) yang telah merajalela di Akhir Zaman ini:
Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu iblis dan satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya........
Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, iblis akan dilepaskan dari penjaranya, dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, yaitu Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah mereka sama dengan banyaknya pasir di laut. Maka naiklah mereka ke seluruh dataran bumi, lalu mengepung perkemahan tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu. Tetapi dari langit turunlah api menghanguskan mereka, dan iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya (Wahyu 20:1—3 & 7-10).

Kebangkitan "Fir'aun" Di Akhir Zaman

Sehubungan dengan pelepasan kembali Iblis atau Satan yakni Naga si Ular Tua yakni Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) dari "pemenjaraannya selama 1000 tahun" tersebut, bangsa Indonesia pun mengalami penjajahan bangsa Belanda selama 350 tahun, melalui missi perdagangan mereka yang disebut VOC, hampir sama dengan lamanya masa tertindasnya Bani Israil di Mesir selama 400 tahun oleh para Fir'aun (Qs.28:4-7). Demikian pula bangsa-bangsa lainnya yang dijajah oleh bangsa-bangsa Kristen dari Barat – yakni Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) – sekitar 3 s/d 4 abad lamanya.
Persamaan lainnya antara lamanya penjajahan yang dilakukan oleh para Fir'aun di Mesir dengan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Kristen dari Barat adalah bahwa para penjajah tersebut sama-sama menjalankan politik "devide et impera", yakni politik "memecah belah dan menjajah", firman-Nya:
طسم(2)تِلْكَ ءَايَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ(3)نَتْلُوا عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ(4)إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ(5) وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ(6)وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ(7)
Tha Sin Mim. Inilah ayat-ayat Kitab Al-Quran yang terang. Kami bacakan kepada engkau kisah Musa dan Fir'aun dengan sebenarnya untuk kaum yang beriman. Sesungguhnya Fir'aun berlaku takabbur di atas bumi, dan ia menjadikan penduduknya berkelompok-kelompok, ia berusaha melemahkan sekelompok dari mereka dengan membunuh anak-anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup perempuan-perempuan mereka. Sesungguhnya ia termasuk orang-orang yang berbuat kerusuhan. Dan Kami berkehendak memberikan karunia kepada orang-orang yang dianggap lemah di bumi, dan menjadikan mereka pemimpin-pemimpin dan menjadikan mereka ahli waris karunia-karunia Kami, dan Kami teguhkan mereka di bumi dan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman dan lasykar keduanya di antara mereka, apa yang mereka khawatirkan (Al-Qashash, 2-7).

"Kedatangan" Kedua Kali Para Rasul Allah

Dengan demikian jelaslah bahwa sejarah kaum-kaum purbakala yang tercantum dalam Bible mau pun di dalam Al-Quran bukan hanya sekedar merupakan informasi atau berupa dongeng tentang kaum-kaum purbakala belaka (Qs.8:32; Qs.16:25; Qs.68:16; Qs.83:14-16) melainkan selain sebagai peringatan juga di dalamnya mengandung nubuatan (khabar-gaib) yang akan terulang kembali di dalam kehidupan manusia dengan pelaku dan zaman yang berbeda.
Berikut adalah firman Allah Ta'ala mengenai akan terulangnya kembali berbagai perbuatan buruk yang telah dilakukan oleh kaum-kaum purbakala, yang untuk memperingatkan mereka itu Allah Ta'ala telah membangkitkan para Rasul-Nya di kalangan mereka, firman-Nya:
وَإِذَا الرُّسُلُ أُقِّتَتْ(12)لِأَيِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ(13)لِيَوْمِ الْفَصْلِ(14)وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ(15)وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(16)أَلَمْ نُهْلِكِ الْأَوَّلِينَ(17)ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ الْآخِرِينَ(18)كَذَلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ(19)وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(20)...................وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(38)هَذَا يَوْمُ الْفَصْلِ جَمَعْنَاكُمْ وَالْأَوَّلِينَ(39)فَإِنْ كَانَ لَكُمْ كَيْدٌ فَكِيدُونِ(40)وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(41)
Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan, hingga hari manakah ditangguhkan? Hingga Hari Keputusan. Dan apa yang engkau ketahui tentang Hari Keputusan itu? Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Tidakkah Kami telah membinasakan kaum-kaum dahulu? Lalu Kami mengikutkan kepada mereka orang-orang yang datang belakangan. Begitulah Kami memperlakukan terhadap orang-orang yang berdosa. Celakalah pada Hari itu orang-orang yang mendustakan...........................
Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Inilah Hari Keputusan. Kami mengumpulkan kamu dan kaum-kaum terdahulu. Maka jika kamu mempunyai tipu-daya, lakukanlah tipu daya terhadapku. Celakalah pada Hari itu orang-orang yang mendustakan (Al-Mursalat 12-20 & 38-41)
Oleh karena itu sungguh tidak adil, apabila di masa yang lalu jika ada suatu kaum yang melakukan syirik dan melakukan hanya satu dua macam keburukan saja lalu Allah Ta'ala sebelum mengazab mereka terlebih dulu mengutus seorang Rasul Allah kepada kaum tersebut, sedangkan di Akhir Zaman ini tatkala semua jenis keburukan yang telah dilakukan oleh kaum-kaum purbakala tersebut telah dilakukan oleh umat manusia akan tetapi Allah Ta'ala tidak akan pernah mengutus seorang Rasul-Nya.
Benarkah demikian? Bukankah Allah Ta'ala dalam surah tersebut dengan tegas telah menyatakan bahwa bangsa-bangsa (umat manusia) di Akhir Zaman ini akan memperagakan kembali semua perbuatan buruk kaum-kaum purbakala? Firman-Nya:
وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(16)أَلَمْ نُهْلِكِ الْأَوَّلِينَ(17)ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ الْآخِرِينَ(18)كَذَلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ(19)
Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Tidakkah Kami telah membinasakan kaum-kaum dahulu? Lalu Kami mengikutkan kepada mereka orang-orang yang datang belakangan. Begitulah Kami memperlakukan terhadap orang-orang yang berdosa. Celakalah pada Hari itu orang-orang yang mendustakan...(Al-Mursalat 16-1).

Uga Wangsit Prabu Siliwangi Tentang Merajalelanya
"Kerbau Bule" Dan "Kera" Di Indonesia

Berikut adalah Uga Wangit Prabu Siliwangi sehubungan dengan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Kristen dari Eropa (Yajuj/Gog dan Majuj/Magog) di wilayah Indonesia -- khususnya bangsa Belanda -- selama 350 tahun, dan masa penjajahan bangsa Jepang selama 3 1/2 tahun.
Dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi kedatangan bangsa Eropa di wilayah Nusantara disebut "munding bule" (kerbau bule) atau "jalma jangkung" (orang tinggi), sedangkan bangsa Jepang disebut "kunyuk" (kera), sebab perawakan mereka yang relatif lebih kecil (pendek) dibandingkan dengan umumnya perawakan bangsa Asia Timur dan Asia Tenggara, termasuk bangsa Indonesia:
(31) Laju nitis mindah sukma. Dawuhan eyang Prabu geura ieu darengekeun: "Nu kiwari ngamusuhan jadi raja nepi ka mangsa tanah bugel cibuntaeun,
(32) dijieun kandang munding dongkol. Tah di dinya sanagara bakalan jadi sampalan, sampalan munding barule, diangon ku jalma jangkung, tutunjuk di alun-alun.
(33) Ti harita raja dibelenggu, munding bule nyekel bubuntut, turunan urang narik wuluku ngan narikna teu kawasa sabab murah jaman seubeuh hakan. Ti dinya wuluku ditarik ku kunyuk.
(34) Lajuna turunan urang aya nu lilir, tapi lilirna jiga nu hudang ngimpi. Ti nu leungit tambah loba manggihanana, tapi loba nu pahili.
(35) Nu lain kudu dibawa teu arengeuh turunan urang yen jaman ganti lalakon. Ti dinya geger sanagara, panto nutup digedoran ku nu nganteur pamuka jalan.
(36) Tapi jalan nu pasingsal. Nu tutunjuk nyumput jauh, alun-alun jadi suwung, munding bule kalabur, sampalan diranjah kunyuk, ngareunah seuri turunan urang,
(37) tapi henteu anggeus seurina sabab warung beak ku kunyuk, sawah ge beak ku kunyuk, kebon ge beak ku kunyuk, huma diacak-acak ku kunyuk, cawene reuneuh ku kunyuk.
(38) Saniskara diranjah kunyuk, turunan upama sieun ku kunyuk, panarat ditarik ku kunyuk bari diuk dina bubuntut, ari wuluku ditariknya masih ku turunan urang.
(39) Loba nu paeh kalaparan. Ti dinya turunan urang ngarep-ngarep pelak jagong, sabari nyanyahoanan maresek caturrangga, teu arengeuh yen jaman ganti lalakon.
(40) Laju aya hawar-hawar ti tungtung sagara kaler, ngaguruh jeung ngageleger GARUDA megarkeun ENDOGNA, genjlong saamparan jagat, di urang rame nu mangpring.
(41) Prangpring sabulu-bulu gading, kumpul kunyuk ting rumpuyuk turunan urang ngaramuk, ngaramuk teu jeung aturan, loba nu paraeh pisan, nu paraeh tanpa dosa.
(42) Musuh dijarieun batur, batur dijarieun musuh, mengadak lobana pangkat marentah siga nu edan, nu bingung tambah baringung, budak satepak jaradi bapa.
(43) Nu ngaramuk tambah rosa, ngaramuk teu pilih bulu, nu barodas dibuburak, nu hideung disieuh saheng buana urang ku sabab nu ngaramukna. Teu beda reujeung tawon du dipalengpeng sayangna, sanusa dijieun jagal, tapi kaburu disapih, nu nyapihna urang sebrang, laju ngadegna deui RAJA .......

Terjemahannya:

(31) Laju nitis mindah sukma. Perkataan eyang Prabu coba dengarkan selanjutnya: "Yang sekarang memusuhi menjadi raja sampai kepada waktu "tanah bugel cibuntaeun" (wilayah keraton yang memiliki perbawa mistis),
(32) dijadikan kandang "munding dongkol" (kerbau yang tanduknya melengkung ke bawah). Nah di sana (di masa itu) seluruh negara bakal menjadi "sampalan" (tempat penggembalaan), "sampalan (tempat penggembalaan) kerbau bule (albino), digembalakan oleh orang berperawakan tinggi, memberi berbagai perintah di "alun-alun" (lapangan di tengah kota).
(33) Dari sejak saat itu raja di belenggu, kerbau bule (albino) memegang "bubuntut" (kendali bajak), keturunan kita menarik bajak hanya saja menariknya tidak berkuasa sebab "murah jaman seubeuh hakan" (serba dicukupi/dininabobokan). Setelah itu alat bajak ditarik oleh kera.
(34) Kemudian keturunan kita kita dan yang mendusin, akan tetapi mendusinnya seperti yang bangun dari mimpi. Dari yang hilang bertambah banyak menemukannya, akan tetapi banyak yang tertukar,
(35) Yang bukan seharusnya dibawa, keturunan kita tidak mengetahui bahwa jaman sudah berganti cerita. Setelah itu seluruh negara menjadi gempar, pintu yang tertutup "digedoran" (dipaksa supaya dibuka)) oleh yang mengantar pembuka jalan,
(36) akan tetapi jalan yang "pasingsal" (tidak teratur/berantakan). Yang "tutunjuk" (memberi perintah) bersembunyi jauh, lapangan menjadi sunyi dan mencekam, kerbau bule (albino) melarikan diri, sampalan (padang gembalaan) diserbu kera, keturunan kita enak tertawa.
(37) tetapi tertawanya tidak sampai selesai sebab warung habis [diseru] oleh kera, sawah juga habis oleh kera, kebun juga habis oleh kera, "huma" ladang diobak-abraik oleh kera, cawene (anak gadis) dihamili oleh kera.
(38) Segala sesuatu diserbu oleh kera, keturunan takut oleh kera, "panarat" ditarik oleh kera sambil duduk pada "bubuntut" (kemudi bajak), tetapi bajak ditariknya masih oleh keturunan kita.
(39) Banyak yang Mati kelaparan. Dari sana (setelah itu) keturunan kita mengharapkan tanaman jagung sambil "sok tahu" membuka "caturrangga" (cerita legenda kuno), mereka tidak mengetahui bahwa jaman sudah bergAnti cerita.
(40) Kemudian terdengar sayup-sayup di ujung lautan sebelah utara "ngaguruh jeung ngageleger" (bersuara gemuruh dan menggelegar) burung garuda menetaskan telornya, gempar seluruh dunia, di [kawasan] kita ramai yang "mangpring" (mengamuk/melawan penjajah).
(41) Prang-pring sabulu-bulu gading (mengamuk/melawan penjajah), kumpulan kera berjatuhan lemas, keturunan kita semuanya mengamuk, mengamuk tidak dengan aturan, sehingga banyak yang mati, yang mati tanpa dosa.
(42) Musuh dijadikan teman, teman dijadikan musuh, mendadak banyak pangkat (jabatan), memerintah seperti orang gila, yang bingung menjadi semakin bingung, "budak satepak jaradi bapa" (anak masih ingusan menjadi bapak/penguasa).
(43) Yang mengamuk bertambah hebat, mengamuk dengan tanpa pilih bulu, "nu barodas" (orang-orang yang putih/benar) diusir-usir, yang hitam (tidak benar/jahat) "disieuh saheng buana urang" (diusir), sebab yang mengamuknya,
(44) tidak berbeda dengan tawon yang sarangnya dilempar, senusa (tanah air) dijadikan jagal (tempat pembantaian), tetapi keburu dilerai, yang melerainya bangsa seberang (asing), kemudian berdirinya lagi raja....

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa yang dimaksud dengan "munding bule" (kerbau bule) merujuk kepada pelepasan kembali Iblis atau Satan yakni Naga si Ular Tua Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) dari pemenjaraannya selama 1000 tahun, yakni bangsa-bangsa Kristen berkulit putih yang datang dari Eropa, khususnya bangsa Belanda, yang menjajah bangsa Indonesia selama 350 tahun.
Ada pun yang dimaksud dengan "kunyuk" (kera) merujuk kepada bangsa Jepang yang berperawakan kecil jika dibandingkan dengan bangsa Indonesia, apalagi jika dibandingkan dengan bangsa Eropa. Namun demikian penderitaan yang dialami oleh bangsa Indonesia akibat penjajahan bangsa Jepang selama 3 1/5 tahun tidak kalah oleh penderitaan selama 350 tahun dalam masa penjajahan bangsa Belanda.
Ungkapan "burung garuda yang menetaskan telornya di ujung lautan sebelah utara" mengisyaratkan kepada dijatuhkannya bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki oleh pesawat pembom angkatan udara Amerika Serikat, sehingga menyebabkan berakhirnya Perang Dunia II, dan juga berakhirnya penjajahan yang dilakukan bangsa Jepang atas bangsa-bangsa di Asia Timur dan Asia Tenggara, temasuk di Indonesia.
Penjelasan selengkapnya mengenai Wangsit Prabu Siliwangi ini telah dibuat berupa naskah yang berjudul "Kitab Suci Al-Quran (Induk Sejarah Hakiki), Hubungan Firman Allah Ta'ala Dalam Kitab-kitab Suci, Sabda Para Nabi Allah, Para Wali Allah, dan Wasiyat Para Leluhur Dengan Uga Wangsit Prabu Siliwangi".
Penjelasan lainnya dari Uga Wangsit Prabu Siliwangi tersebut sehubungan makna dari "Nagara Pajajaran Anyar" dan makna "Urang Sunda", dibahas secara dalam Bab XV: Tafsir Uga Wangsit Prabu Siliwangi


BAB II

Hizbullaah Hakiki &
Hubungan Kata Shaffan Dengan "Pajajaran"

Sunnatullah (perlakuan Allah Ta'ala) tentang "pencabutan nikmat-nikmat Allah Ta'ala" yang terjadi pada Bani Israil -- sebagaimana yang dikemukakan pada bagian Pengantar tulisan ini -- berlaku pula bagi Bani Ismail (umat Islam), yaitu ketika mereka pun telah berbuat durhaka kepada Allah Ta'ala dan kepada Nabi Besar Muhammad saw., dan Allah Ta'ala pasti akan mendatangkan "kaum lain" sebagai pengganti mereka (Qs.4:134; Qs.6:7, 134; Qs.21:12; Qs.23:32, 43; Qs.44:29; Qs.62:3-4), firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(55)إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ(56)وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ(57)
Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya maka pasti Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia akan mencintai mereka dan mereka pun akan mencintai-Nya, mereka akan bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mukmin dan keras terhadap orang-orang yang ingkar. Mereka akan berjuang di jalan Allah dan tidak takut akan celaan seorang pencela. Itulah karunia Allah, Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. Sesungguhnya Pelindung (sahabat) kamu hanyalah Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang dawam mendirikan shalat dan membayar zakat dan mereka taat kepada Allah. Dan barangsiapa menjadikan Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebagai pelindung (sahabat) maka sesungguhnya HIZBULLAAH (partai/golongan/jamaah Allah) pasti menang (Al-Maidah, 55-57).
Mengenai "kaum pengganti" yang dinamakan Hizbullaah (partai/golongan/jamaah Allah Ta'ala) tersebut dalam Surah lain Allah Ta'ala berfirman:
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا ءَابَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ(23)
Engkau tidak akan mendapatkan suatu kaum yang menyatakan beriman kepada Allah dan Hari Akhir tetapi mereka mencintai orang-orang yang memusuhi Allah dan Rasul-Nya walaupun mereka itu bapak-bapak mereka atau anak-anak mereka atau saudara-saudara mereka atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang di dalam hati mereka Allah telah menanamkan iman dan Dia telah meneguhkan mereka dengan ruh (wahyu) dari Dia sendiri. Dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam kebun-kebun yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Mereka akan kekal di dalamnya. Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada-Nya. Mereka itulah HIZBULLAH (partai/golongan/jamaah Allah), sesungguhnya HIZBULLAH (partai/golongan/jamaah Allah) mereka itulah orang-orang yang menang (Al-Mujaadilah, 23).
Merujuk kepada jama'ah orang-orang beriman yang disebut Hizbullaah itulah firman Allah Ta'ala pada awal Pengantar uraian ini, sebab hanya suatu jamaah orang-orang beriman yang didirikan oleh Rasul Allah sajalah yang keadaannya sesuai dengan firman-Nya berikut ini:
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(2)يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ(3)كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ(4)إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
Bertasbih kepada Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Hai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Sangat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa pun yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya berjajar-jajar, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun kokoh (Ash-Shaff, 2-5).

Hubungan Kata Shaff Dengan Kata Pajajaran &
Makna "Bertasbih"

Dari zaman ke zaman HIZBULLAH (partai/golongan/jamaah Allah Ta'ala) yang hakiki senantiasa dipimpin oleh seorang IMAM yang datang dari Allah Ta'ala, yakni dipimpin oleh seorang Rasul Allah, dan setelah Rasul Allah tersebut wafat lalu HIZBULLAH tersebut dipimpin oleh para Khalifah Rasul-Nya, sehingga keadaan HIZBULLAH tersebut tetap merupakan sebuah "JAMA'AH".
Keadaan mereka adalah benar-benar seperti orang yang shalat berjama'ah, mereka berdiri bershaf-shaf (berjajar-jajar) di belakang seorang imam shalat, dan mereka mengikuti semua gerakan yang dilakukan oleh imam shalat. Kata shaffan artinya berjajar-jajar, bukan berbaris-baris. Demikian pula makna dari kata "Pajajaran" pun merujuk kepada sesuatu yang "berjajar-jajar".
Kenapa demikian? Sebab dalam shalat berjamaah, sebelum shaff (jajaran) pertama di belakang imam shalat penuh maka ma'mum tidak boleh membuat shaf (jajaran) yang kedua, begitu seterusnya dengan shaf-shaf (jajaran-jajaran) seterusnya, sedang dalam baris berbaris keadaannya tidak harus merupakan jajaran-jajaran yang panjang seperti shaf-shaf (jajaran-jajaran) dalam shalat berjama'ah.
Sehubungan dengan arti shaff (jajaran) tersebut, berikut firman Allah Ta'ala tentang para malaikat atau tentang keadaan orang-orang yang beriman yang tergabung dalam Hizbullaah yang hakiki:
وَمَا مِنَّا إِلَّا لَهُ مَقَامٌ مَعْلُومٌ(165)وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ(166)وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ(167)
Dan tiada di antara kami kecuali baginya maqam (martabat) yang ditentukan, dan sesungguhnya kami benar-benar berdiri bershaf-shaf (berjajar-jajar), dan sesungguhnya kami adalah benar-benar orang-orang yang bertasbih (Ash-Shaffat, 165-167).
Kata musabbahuun (orang-orang yang bertasbih) berasal dari kata sabaha, ungkapan "Sabbaha fii hawaa'ijihii" artinya "menyibukkan diri dalam mencari nafkah," atau "ia sibuk dalam urusannya". Sabh berarti: "mengerjakan pekerjaan" atau "mengerjakannya dengan usaha sekeras-kerasnya serta secepat-cepatnya". Dan ungkapan "Subhanallaah" menyatakan "kecepatan pergi berlindung kepada Allah Ta'ala dan kesigapan melayani dan mentaati perintah-Nya".
Sehubungan makna kata sabh tersebut, mengenai Nabi Besar Muhammad saw. pun Allah Ta'ala telah menggunakan ungkapan "sabhan-thawiila" (kesibukan yang panjang), firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ(2)قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا(3)نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا(4)أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا(5)إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا(6)إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا(7)إِنَّ لَكَ فِي اَلنَّهَارِ سَبْحًا طَوِيلًا(8)وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا(9)
Hai orang yang berselimut, berdirilah untuk shalat waktu malam, kecuali sedikit, setengahnya atau kurangilah sedikit darinya, atau tambahkan atasnya dan bacalah Al-Quran dengan pembacaan yang baik. Sesungguhnya Kami akan segera melimpahkan kepada engkau firman yang berbobot. Sesungguhnya bangun di waktu malam untuk shalat adalah lebih kuat untuk menguasai diri dan lebih ampuh dalam berbicara. إِنَّ لَكَ فِي اَلنَّهَارِ سَبْحًا طَوِيلًا -- sesungguhnya engkau di waktu siang mempunyai kesibukan yang panjang. Maka ingatlah selalu nama Tuhan engkau dan baktikanlah diri engkau kepada-Nya dengan sepenuh kebaktian (Al-Muzzammil, 2-9).

Hakikat "Sayap" Malaikat

Selain para Rasul Allah, makhluk Allah Ta'ala lainnya yang senantiasa bertasbih kepada Allah Ta'ala adalah para malaikat, yang telah ditugaskan oleh Allah Ta'ala untuk mengelola (mengendalikan) tatanan alam semesta ini. Itulah sebabnya berkenaan dengan kepatuh-taatan sempurna para malaikat (Qs.66:7) dalam melaksanakan berbagai tugas yang mereka pikul, Allah Ta'ala telah menggunakan kata sabbaha atau yusabbihu, firman-Nya:
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(2)لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(3)هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ(4)
Bertasbih bagi (kepada) Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan bumi, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Kepunyaan Dia-lah kerajaan seluruh langit dan bumi, Dia menghidupkan dan Dia mematikan, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Dia-lah Yang Awwal, dan Yang Akhir dan Yang Nyata dan Yang tersembunyi, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (Al-Hadiid, 2-4).
Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman mengenai adanya perbedaan tugas di antara para malaikat – yang digambarkan dengan perbedaan jumlah "sayapnya" – sehingga mereka menyatakan dalam ayat sebelum ini bahwa: "Kami adalah benar-benar yang berjajar-jajar" (Ash- Shaffat, 165-167), firman-Nya lagi:
الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَى وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(2)
Segala puji kepunyaan Allah Yang menciptakan seluruh langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat-malaikat sebagai utusan yang bersayap dua dan tiga dan empat. Dia menambahkan dalam ciptaan apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Al-Faathir, 2).
Ajnihah artinya sayap yakni melambangkan "kekuatan dan kemampuan" yang dianugerahkan Allah Ta'ala kepada para malaikat, sebab kepada para malaikat dipercayakan menjaga, mengatur, dan mengawasi segala urusan yang berlaku di alam jasmani (Qs.79:6). Itulah tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepada mereka.
Tugas mereka yang lain dan yang lebih berat adalah melaksanakan perintah dan kehendak Allah Ta'ala kepada para Rasul-Nya. Malaikat-malaikat pembawa wahyu menampakkan serentak dua, tiga, atau empat Sifat Ilahi, dan ada pula malaikat lain yang bahkan menjelmakan lebih banyak lagi Sifat-sifat Ilahi.
Karena ajnihah (sayap) merupakan lambang kekuatan dan kemampuan maka ayat ini mengandung arti bahwa malaikat-malaikat memiliki kekuatan dan sifat yang berbeda-beda derajatnya, sesuai dengan kepentingan pekerjaan yang dipercayakan Allah Ta'ala kepada mereka masing-masing.
Sebagian malaikat dianugerahi kekuatan-kekuatan dan sifat-sifat yang lebih besar daripada yang lain. Malaikat Jibril a.s. adalah Penghulu semua malaikat, oleh karena itu pekerjaan mahapenting -- yakni menyampaikan wahyu Ilahi kepada para Rasul Allah Qs.2:98-100; Qs.26:193-198) -- diserahkan kepadanya serta dilaksanakan di bawah asuhan dan pengawasannya.
Pendek kata, penggunaan kata shaffan (berjajar-jajar) berkenaan dengan para malaikat dalam firman-Nya berikut ini, mengisyaratkan kepada kesempurnaan tatanan alam semesta ciptaan Allah Ta'ala yang pelaksanaannya dibawah tanggungjawab para malaikat:
وَمَا مِنَّا إِلَّا لَهُ مَقَامٌ مَعْلُومٌ(165)وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ(166)وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ(167)
Dan tiada di antara kami kecuali baginya maqam (martabat) yang ditentukan, dan sesungguhnya kami benar-benar berdiri bershaf-shaf (berjajar-jajar), dan sesungguhnya kami adalah benar-benar orang-orang yang bertasbih (Ash-Shaffat, 165-167).
Allah Ta'ala pun menginginkan agar orang-orang yang beriman melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh para malaikat, yakni bergabung ke dalam suatu JAMAAH yang dipimpin oleh seorang RASUL ALLAH dan para KHALIFAH RASUL yakni HIZBULLAH yang hakiki, FIRMAN-Nya:
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(2)يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ(3)كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ(4)إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
Bertasbih kepada Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Hai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Sangat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa pun yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah mencintai ORANG-ORANG YANG BERPERANG DI JALAN-NYA BERJAJAR-JAJAR, mereka itu seakan-akan suatu BANGUNAN YANG TERSUSUN KOKOH (Ash-Shaff, 2-5).

Berbagai Pendapat Tentang Makna Kata "Pajajaran"

Hampir secara umum penduduk Bogor mempunyai keyakinan bahwa Kota Bogor mempunyai hubungan lokatif dengan Kota Pakuan, ibukota Pajajaran. Asal-usul dan arti Pakuan terdapat dalam berbagai sumber. Di bawah ini adalah hasil penelusuran dari sumber-sumber tersebut berdasarkan urutan waktu:
"Naskah Carita Waruga Guru (1750-an). Dalam naskah berbahasa Sunda Kuna ini diterangkan bahwa nama Pakuan Pajajaran didasarkan bahwa di lokasi tersebut banyak terdapat pohon Pakujajar.
1. K.F. Holle (1869). Dalam tulisan berjudul De Batoe Toelis te Buitenzorg (Batutulis di Bogor), Holle menyebutkan bahwa di dekat Kota Bogor terdapat kampung bernama Cipaku, beserta sungai yang memiliki nama yang sama. Di sana banyak ditemukan pohon paku. Jadi menurut Holle, nama Pakuan ada kaitannya dengan kehadiran Cipaku dan pohon paku. Pakuan Pajajaran berarti pohon paku yang berjajar ("op rijen staande pakoe bomen").
2. G.P. Rouffaer (1919) dalam Encyclopedie van Niederlandsch Indie edisi Stibbe tahun 1919. Pakuan mengandung pengertian "paku", akan tetapi harus diartikan "paku jagat" (spijker der wereld) yang melambangkan pribadi raja seperti pada gelar Paku Buwono dan Paku Alam. "Pakuan" menurut Fouffaer setara dengan "Maharaja". Kata "Pajajaran" diartikan sebagai "berdiri sejajar" atau "imbangan" (evenknie). Yang dimaksudkan Rouffaer adalah berdiri sejajar atau seimbang dengan Majapahit. Sekalipun Rouffaer tidak merangkumkan arti Pakuan Pajajaran, namun dari uraiannya dapat disimpulkan bahwa Pakuan Pajajaran menurut pendapatnya berarti "Maharaja yang berdiri sejajar atau seimbang dengan (Maharaja) Majapahit". Ia sependapat dengan Hoesein Djajaningrat (1913) bahwa Pakuan Pajajaran didirikan tahun 1433.
3. R. Ng. Poerbatjaraka (1921). Dalam tulisan De Batoe-Toelis bij Buitenzorg (Batutulis dekat Bogor) ia menjelaskan bahwa kata "Pakuan" mestinya berasal dari bahasa Jawa kuno "pakwwan" yang kemudian dieja "pakwan" (satu "w", ini tertulis pada Prasasti Batutulis). Dalam lidah orang Sunda kata itu akan diucapkan "pakuan". Kata "pakwan" berarti kemah atau istana. Jadi, Pakuan Pajajaran, menurut Poerbatjaraka, berarti "istana yang berjajar"(aanrijen staande hoven).
4. H. Ten Dam (1957). Sebagai Insinyur Pertanian, Ten Dam ingin meneliti kehidupan sosial-ekonomi petani Jawa Barat dengan pendekatan awal segi perkembangan sejarah. Dalam tulisannya, Verkenningen Rondom Padjadjaran (Pengenalan sekitar Pajajaran), pengertian "Pakuan" ada hubungannya dengan "lingga" (tonggak) batu yang terpancang di sebelah prasasti Batutulis sebagai tanda kekuasaan. Ia mengingatkan bahwa dalam Carita Parahyangan disebut-sebut tokoh Sang Haluwesi dan Sang Susuktunggal yang dianggapnya masih mempunyai pengertian "paku". Ia berpendapat bahwa "pakuan" bukanlah nama, melainkan kata benda umum yang berarti ibukota (hoffstad) yang harus dibedakan dari keraton. Kata "pajajaran" ditinjaunya berdasarkan keadaan topografi. Ia merujuk laporan Kapiten Wikler (1690) yang memberitakan bahwa ia melintasi istana Pakuan di Pajajaran yang terletak antara Sungai Besar dengan Sungai Tanggerang (disebut juga Ciliwung dan Cisadane). Ten Dam menarik kesimpulan bahwa nama "Pajajaran" muncul karena untuk beberapa kilometer Ciliwung dan Cisadane mengalir sejajar. Jadi, Pakuan Pajajaran dalam pengertian Ten Dam adalah Pakuan di Pajajaran atau "Dayeuh Pajajaran".
Sebutan "Pakuan", "Pajajaran", dan "Pakuan Pajajaran" dapat ditemukan dalam Prasasti Batutulis (nomor 1 & 2) sedangkan nomor 3 bisa dijumpai pada Prasasti Kebantenan di Bekasi. Dalam naskah Carita Parahiyangan ada kalimat berbunyi:
"Sang Susuktunggal, inyana nu nyieunna palangka Sriman Sriwacana Sri Baduga Maharajadiraja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran nu mikadatwan Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, inyana pakwan Sanghiyang Sri Ratu Dewata" (Sang Susuktunggal, dialah yang membuat tahta Sriman Sriwacana (untuk) Sri Baduga Maharaja Ratu Penguasa di Pakuan Pajajaran yang bersemayam di keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, yaitu pakuan Sanghiyang Sri Ratu Dewata).
Sanghiyang Sri Ratu Dewata adalah gelar lain untuk Sri Baduga. Jadi yang disebut "pakuan" itu adalah "kadaton" yang bernama Sri Bima dan seterusnya. "Pakuan" adalah tempat tinggal untuk raja, biasa disebut keraton, kedaton atau istana.
Jadi tafsiran Poerbatjaraka lah yang sejalan dengan arti yang dimaksud dalam Carita Parahiyangan, yaitu "istana yang berjajar". Tafsiran tersebut lebih mendekati lagi bila dilihat nama istana yang cukup panjang tetapi terdiri atas nama-nama yang berdiri sendiri. Diperkirakan ada 5 bangunan keraton yang masing-masing bernama: Bima, Punta, Narayana, Madura dan Suradipati. Inilah mungkin yang biasa disebut dalam peristilahan klasik "panca persada" (lima keraton). Suradipati adalah nama keraton induk. Hal ini dapat dibandingkan dengan nama-nama keraton lain, yaitu Surawisesa di Kawali, Surasowan di Banten dan Surakarta di Jayakarta pada masa silam."
Itulah beberapa pendapat tentang kata "Pajajaran" yang identik dengan kata shaff dalam bahasa Arab yang artinya jajaran-jajaran atau berjajar-jajar.

Hakikat Berpegang-teguh Pada "Tali Allah"

Jadi, kembali lagi kepada hubungan erat antara kata shaff (jajaran) dalam dengan kata "Nagara Pajajaran Anyar" dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi, hal itu mengandung makna yang sangat dalam, karena memiliki kedua kata tersebut hubungan erat dengan Hizbullah (Jemaat Ilahi) di Akhir Zaman ini, yang keadaannya digambarkan oleh firman Allah Ta'ala di awal Pengantar uraian ini:
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(2)يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ(3)كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ(4)إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
Bertasbih kepada Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Hai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Sangat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa pun yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya berjajar-jajar, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun kokoh (Ash-Shaff, 2-5).
Dan juga dalam firman-Nya berikut ini:
وَمَا مِنَّا إِلَّا لَهُ مَقَامٌ مَعْلُومٌ(165)وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ(166)وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ(167)
Dan tiada di antara kami kecuali baginya maqam (martabat) yang ditentukan, dan sesungguhnya kami benar-benar berdiri bershaf-shaf (berjajar-jajar), dan sesungguhnya kami adalah benar-benar adalah orang-orang yang bertasbih (Ash-Shaffat, 165-167).
Merujuk kepada pentingnya seluruh umat Islam bergabung ke dalam satu "Jama'ah" itu pulalah peringatan Allah Ta'ala kepada seluruh umat Islam berikut ini:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ(103)وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ(104)وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ(105) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ(106)يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ(107)وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَةِ اللَّهِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(108)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan menyerahkan diri kepada-Nya. Dan BERPEGANG-TEGUHLAH KAMU SEKALIAN KEPADA TALI ALLAH, dan JANGANLAH KAMU BERCERAI-BERAI, dan ingatlah akan nikmat Allah atas kamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, lalu DIA MENYATUKAN HATI KAMU dengan KECINTAAN DI ANTARA SATU SAMA LAIN, sehingga dengan NIKMAT-NYA itu KAMU MENJADI BERSAUDARA, dan kamu dahulu berada di jurang api lalu Dia menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menjelaskan Tanda-tanda-Nya kepada kamu supaya kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan yang mengajak manusia kepada kebajikan dan menyuruh kepada kebaikan dan melarang terhadap keburukan, dan mereka itulah orang-orang yang berjaya. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang berpecah-belah dan berselisih sesudah Tanda-tanda yang nyata datang kepada mereka, dan mereka itulah yang bagi mereka azab yang besar. Pada hari ketika wajah-wajah akan menjadi putih dan wajah-wajah akan menjadi hitam, lalu ada pun orang-orang yang wajah-wajah mereka hitam dikatakan kepada mereka, "Adakah kamu ingkar sesudah beriman? Maka rasakanlah azab ini disebabkan keingkaran kamu." Dan ada pun orang-orang yang wajah-wajah mereka putih mereka akan berada di dalam rahmat Allah, mereka akan kekal di dalamnya (Aali 'Imran, 103-108).
Adapun yang dimaksud dengan "tali Allah" dalam ayat tersebut adalah Rasul Allah, sebab dengan perantaraan pengutusan Rasul Allah itulah Allah Ta'ala dari zaman ke zaman telah membangun suatu "persaudaraan rohani" yang hakiki di kalangan umat manusia, yang berlandaskan keimanan kepada Allah Ta'ala dan keimanan kepada Rasul-Nya, firman-Nya:
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ(64)يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ(65)
Dan Dia telah menanamkan kecintaan di antara hati mereka. Seandainya engkau membelanjakan apa pun yang ada di bumi ini seluruhnya, engkau tidak akan dapat menanamkan kecintaan di antara hati mereka, tetapi Allah telah menanamkan kecintaan di antara mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa, Maha Terpuji. Hai Nabi, Allah cukup bagi engkau dan bagi orang-orang yang mengikuti engkau di antara orang-orang beriman (An-Anfaal, 64-65).

Kesatuan dan Persatuan Umat &Tauhid Ilahi

Kenyataan membuktikan, bahwa bagaimana pun hebatnya penderitaan di jalan Allah Ta'ala yang dialami oleh para sahabat Nabi Besar Muhammad saw., akan tetapi mereka tidak pernah mau memisahkan diri dari sisi Nabi Besar Muhammad saw. -- sebagaimana harapan sia-sia orang-orang munafik pimpinan Abdullah bin bin Ubayy bin Salul di Madinah -- firman-Nya:
هُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ لَا تُنْفِقُوا عَلَى مَنْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ حَتَّى يَنْفَضُّوا وَلِلَّهِ خَزَائِنُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَفْقَهُونَ(8)يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ(9)
Mereka itulah orang-orang yang berkata, "Janganlah kamu membelanjakan harta bagi orang-orang yang di sisi (bersama) Rasul Allah, supaya mereka bubar karena kelaparan. Padahal kepunyaan Allah khazanah-khazanah seluruh langit dan bumi, akan tetapi orang-orang munafik itu tidak mengerti. Mereka berkata, "Jika kembali ke Medinah niscaya orang yang paling mulia akan mengeluarkan (mengusir) orang yang paling hina darinya." Padahal kemuliaan hakiki itu kepunyaan Allah dan Rasul-Nya dan kepunyaan orang-orang beriman, akan tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui (Al-Munaafiquun, 8-9).
Pendek kata, kepatuh-taatan sempurna para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. kepada Allah Ta'ala dan kepada beliau saw. bagaikan kepatuh-taatan sempurna para malaikat dalam mengemban amanat-amanat Allah Ta'ala yang telah dipikulkan kepada mereka, firman-Nya:
وَمَا مِنَّا إِلَّا لَهُ مَقَامٌ مَعْلُومٌ(165)وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّافُّونَ(166)وَإِنَّا لَنَحْنُ الْمُسَبِّحُونَ(167)
Dan tiada di antara kami kecuali baginya maqam (martabat) yang ditentukan, dan sesungguhnya kami benar-benar berdiri bershaf-shaf (berjajar-jajar), dan sesungguhnya kami adalah benar-benar orang-orang yang bertasbih (Ash-Shaffat, 165-167).
Berikut adalah beberapa ayat Al-Quran lainnya yang diawali dengan kata sabbahalillaahi atau yusabbihulillaahi yakni "bertasbih kepada Allah Ta'ala": Qs.17:45; Qs.24:42; Qs.61:2; Qs.62:2; Qs.64:2, pada hakikatnya penggunan kata sabbaha – yakni bertasbih -- dalam ayat-ayat tersebut merujuk kepada sikap kepatuh-taatan sempurna para malaikat atau para Rasul Allah terhadap apa pun yang telah ditugaskan Allah Ta'ala kepada mereka (Qs.35:2; Qs.66:7), atau pun mengisyaratkan kepada kepatuh-taatan para anggota HIZBULLAH (partai/golongan/jamaah Allah Ta'ala) terhadap perintah imam mereka (Rasul Allah), terutama sekali kepatuh-taatan sempurna para sahabat Nabi Besar Muhammad saw., firman-Nya:
سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(2)يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ(3)كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ(4)إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
Bertasbih kepada Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Hai orang-orang yang beriman, mengapakah kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Sangat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa pun yang tidak kamu kerjakan. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya berjajar-jajar, mereka itu seakan-akan suatu bangunan yang tersusun kokoh (Ash-Shaff, 2-5).

Perpecahan Umat & Kemusyrikan

Di Akhir Zaman ini keadaan semua umat beragama – termasuk umat Islam – keadaannya telah terpecah-belah dan satu sama lain saling bertentangan, seakan-akan mereka itu menyembah Tuhan yang berbeda, padahal mereka semua adalah makhluk Allah Ta'ala dan agama yang mereka anut pun pada awalnya berasal dari Allah Ta'ala, firman-Nya:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ(160)
Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agama dan mereka menjadi golongan-golongan, engkau tidak berkepentingan apa pun dengan mereka. Sesungguhnya urusan mereka terserah kepada Allah, kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan (Al-An-'aam, 160).
Firman-Nya lagi:
بَلِ اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَاءَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَمَنْ يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ(30)فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ(31)مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ(32)مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ(33)
Maka hadapkanlah wajah engkau kepada agama yang lurus. Turutilah fitrat Allah, yang dengannya Dia menciptakan manusia. Tiada perubahan dalam ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Tunduklah kamu kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya dan dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi golongan-golongan, tiap-tiap golongan gembira dengan apa yang ada pada mereka (Ar-Ruum, 31-33). Lihat pula Qs.21:93-94; Qs.23:53-54.
Berdasarkan firman Allah Ta'ala di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan "orang-orang musyrik" bukan hanya para penyembah berhala saja, tetapi juga orang-orang akibat ambisi-ambisi pribadi mereka telah menyebabkan terjadinya pertentangan dan perpecahan dalam masalah agama, sehingga timbullah berbagai macam sekte (mazhab) yang saling bertentangan padahal Kitab suci dan agama mereka sama.

Akibat Semakin Kerasnya Hati Manusia

Menurut Allah Ta'ala, terjadinya perpecahan di kalangan umat beragama tersebut adalah karena hati manusia telah semakin keras, akibat telah semakin jauh dari masa kenabian yang penuh keberkatan. Dan Sunnatullah yang berlaku apabila permukaan bumi telah kering kerontang akibat musim kemarau berkepanjangan maka untuk menghidupkannya lagi adalah dengan cara menurunkan air hujan dari langit, firman-Nya:
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ(12)وَالْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ(13)إِنَّهُ لَقَوْلٌ فَصْلٌ(14)وَمَا هُوَ بِالْهَزْلِ(15)
Demi langit yang berulang-ulang menurunkan hujan, dan demi bumi yang mekar dengan tumbuh-tumbuhan. Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang menentukan, dan bukanlah Al-Quran itu perkataan yang kosong. (Ath-Thaariq, 12-15).
Firman-Nya lagi:
وَاللَّهُ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَسُقْنَاهُ إِلَى بَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَحْيَيْنَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا كَذَلِكَ النُّشُورُ(10)
Dan Allah Yang mengirimkan angin lalu ia menghalau awan, maka Kami menggiringnya ke suatu negeri yang telah mati lalu Kami menghidupkan dengannya bumi setelah matinya. Begitulah terjadinya kebangkitan (Al-Faathir, 10). Lihat pula Qs.22:6-7; Qs.30:49-52; Qs.41:40; Qs.42:10.
Sunnatullah yang berlaku di alam jasmani tersebut berlaku pula di alam kerohanian, firman-Nya:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ(17)اعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ(18)
Apakah belum sampai waktu bagi orang-orang yang beriman bahwa hati mereka tunduk untuk mengingat Allah dan mengingat apa yang telah turun dari kebenaran, dan janganlah mereka menjadi seperti orang yang diberi kitab sebelumnya maka zaman menjadi panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan dari mereka menjadi durhaka? Ketahuilah, bahwasanya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sungguh Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada kamu supaya kamu mengerti (Al Hadiid, 17-18).
Firman-Nya lagi:
يَاأَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ أَنْ تَقُولُوا مَا جَاءَنَا مِنْ بَشِيرٍ وَلَا نَذِيرٍ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(20)
Hai Ahlikitab, sungguh telah datang kepada kamu Rasul Kami, yang menjelaskan Tanda-tanda-Nya kepada kamu sesudah terhentinya pengutusan rasul-rasul, supaya kamu tidak mengatakan, "Kepada kami tidak pernah datang seorang pemberi ingat." Padahal sungguh telah datang kepada kamu seorang pembawa kabar suka dan pemberi ingat. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (Al-Maidah, 20).
Pengutusan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta'ala kepada mereka itu – yang berperan sebagai "air hujan yang turun dari langit" tersebut -- adalah supaya tidak ada alasan bagi manusia untuk menyalahkan Allah Ta'ala ketika Allah Ta'ala menurunkan azab kepada mereka, firman-Nya:
وَقَالُوا لَوْلَا يَأْتِينَا بِآيَةٍ مِنْ رَبِّهِ أَوَلَمْ تَأْتِهِمْ بَيِّنَةُ مَا فِي الصُّحُفِ الْأُولَى(134)وَلَوْ أَنَّا أَهْلَكْنَاهُمْ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِهِ لَقَالُوا رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولًا فَنَتَّبِعَ ءَايَاتِكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَذِلَّ وَنَخْزَى(135)قُلْ كُلٌّ مُتَرَبِّصٌ فَتَرَبَّصُوا فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ أَصْحَابُ الصِّرَاطِ السَّوِيِّ وَمَنِ اهْتَدَى(136)
Dan mereka berkata, "Mengapa ia (Rasul) tidak mendatangkan kepada kami suatu Tanda dari Tuhan-nya?" Bukanlah telah datang kepada mereka bukti yang jelas apa yang ada dalam lembaran-lembaran kitab suci terdahulu? Dan sekiranya Kami membinasakan mereka dengan azab sebelum kedatangan Rasul ini niscaya mereka akan berkata, "Ya Tuhan kami, mengapakah Engkau tidak mengirimkan kepada kami seorang Rasul supaya kami mengikuti Ayat-ayat Engkau sebelum kami direndahkan dan dihinakan?" Katakanlah, "Setiap orang sedang menunggu maka kamu tunggulah, dan segera kamu akan mengetahui siapakah yang ada pada jalan yang lurus dan siapa yang mengikuti petunjuk dan siapa yang sesat." (Thaa Haa, 134-136). Lihat pula Qs. 6:165; Qs.17:16; Qs.35:19; Qs.39:8; Qs.53:39).
Di Akhir Zaman ini berbagai bentuk azab Allah Ta'ala telah menimpa umat manusia secara umumnya, hal itu membuktikan bahwa kepercayaan umumnya umat beragama tentang kedatangan Rasul Akhir Zaman adalah benar adanya, sebab jika tidak demikian mustahil Allah Ta'ala melanggar firman-Nya tersebut, yakni: وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا -- Kami tidak akan mengazab sebelum Kami terlebih dulu mengirimkan Rasul (Qs.17:16).

Hakikat "Ahli Bait" & Tafsir Surah Al-Jumu'ah

Dengan demikian benarlah firman-Nya berikut ini tentang keberlangsungan Sunnatullah mengenai penganugerahan nikmat kerajaan atau pun pencabutan nikmat kerajaan dari kalangan umat manusia, sesuai dengan sikap bersyukurnya atau sikap tidak-bersyukurnya umat manusia kepada Allah Ta'ala (Qs.14:8):
فَكَيْفَ إِذَا جَمَعْنَاهُمْ لِيَوْمٍ لَا رَيْبَ فِيهِ وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ(26)قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ(27)تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ(28)
Maka bagaimanakah keadaan mereka apabila Kami himpun mereka pada Hari yang tidak ada keraguan di dalamnya, dan tiap-tiap jiwa akan diganjar sepenuhnya untuk apa yang telah diusahakannya dan mereka tidak akan dianiaya. Katakanlah, "Wahai Allah, Pemilik kerajaan. Engkau memberikan kerajaan kepada siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau mencabut kerajaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Dan Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki, dan Engkau menghinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkau-lah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau memasukkan malam ke dalam siang dan Engkau memasukkan siang ke dalam malam, dan Engkau mengeluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan Engkau memberi rezeki kepada siapa yang Engkau kehendaki tanpa perhitungan (Aali 'Imran, 26-28).
Melalui ayat-ayat tersebut Allah Ta'ala telah memperingatkan seluruh umat beragama – khususnya kaum-kaum yang pernah mendapat karunia Allah Ta'ala sebagai "kaum pilihan" yang menggantikan kedudukan mulia "kaum-kaum terpilih" sebelumnya (Qs.5:49; Qs.6:166;Qs.11:8; Qs.67:3) – bahwa Allah Ta'ala tidak pernah menetapkan sesuatu kaum (bangsa) menjadi "kaum terpilih" selama-lamanya, termasuk umat Islam dari kalangan Bani Ismail.
Kenapa demikian? Sebab berdasarkan surah Al-Jumu'ah ayat 2-5, Allah Ta'ala dan Nabi Besar Muhammad saw. telah menyatakan bahwa ketika keimanan telah "terbang" ke bintang Tsurayya (Qs.17:86-88; Qs.32:6), orang yang akan mengembalikannya dari bintang Tsurayya bukan seorang laki-laki Muslim yang datang dari kalangan Bani Israil (Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.), bukan pula seorang laki-laki Muslim yang datang dari kalangan Bani Ismail (bangsa Arab), melainkan seorang laki-laki Muslim yang sebangsa dengan Salman Al-Farsi r.a..
Nabi Besar Muhammad saw. telah dinyatakan bahwa sekali pun Salman Al-Farsi r.a. bukan orang Arab akan tetapi beliau termasuk AHLI BAIT. Beliau saw. bersabda: "Sesungguhnya Salman termasuk Ahli Baitku". Berikut adalah firman Allah Ta'ala sehubungan dengan masalah tersebut:
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ(2)هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ(3)وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(4)ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ(5)
Bertasbih kepada Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Maha Suci, Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dia-lah Yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang buta-huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walau pun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan membangkitkannya lagi pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar (Al-Jumu'ah, 2-5).
Sehubungan dengan ayat-ayat Surah Al-Jumu'ah tersebut Abu Hurairah r.a. menerangkan:
Pada suatu hari kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah saw., ketika Surah Al-Jumu'ah diturunkan. Saya minta keterangan kepada Rasulullah saw.: Siapakah yang diisyaratkan oleh kata-kata وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ – Dan Dia akan membangkitkannya lagi pada kaum lain dari antara mereka yang belum pernah bertemu dengan mereka"? Salman Al-Farsi (Salman asal Farsi) sedang duduk di antara kami. Setelah saya berulang-ulang mengajukan pertanyaan itu, Rasulullah saw. meletakkan tangan beliau pada Salman dan bersabda, "Seandainya iman telah terbang ke bintang Tsurayya, seorang laki-laki dari mereka ini pasti akan menemukannya." (Bukhari, bab Tafsir Surah Al-Jumuah.).

Hakikat Perintah Untuk Melaksanakan Shalat Jum'ah &
Terbentuknya Kembali Silsilah Khilafat Kenabian

Keunikan lainnya dari Surah Al-Jumu'ah, di dalamnya terdapat perintah Allah Ta'ala kepada seluruh orang-orang yang beriman untuk bergegas melaksanakan shalat berjama'ah pada hari Jum'at yakni melaksanakan shalat Jum'ah, firman-Nya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ(10)فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ(11)
Hai orang-orang yang beriman, apabila dipanggil untuk shalat pada hari Jum'at maka bersegeralah untuk mengingat Allah dan tinggalkanlah jual-beli. Hal demikian itu lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Dan apabila telah selesai shalat maka bertebaranlah kamu di bumi dan carilah karunia Allah, dan ingatlah kepada Allah banyak-banyak, supaya kamu mendapat sukses (Al Jumu'ah, 10-12).
Satu keistimewaan shalat Jum'at adalah sebelum shalat dilakukan jama'ah terlebih dulu harus mendengarkan khutbah Jum'ah yang disampaikan oleh khatib. Dengan demikian perintah Allah Ta'ala agar semua orang-orang beriman untuk melaksanakan shalat berjama'ah pada Hari Jum'ah pada waktu Zhuhur mengisyaratkan kepada kedatangan RASUL AKHIR ZAMAN yang akan menghimpun umat manusia dalam satu JAMA'AH ILAHI atau HIZBULLAH yang akan mewujudkan KEJAYAAN ISLAM YANG KEDUA KALI, firman-Nya:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ(10)
Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya mengunggulkannya atas semua agama walaupun orang-orang musyrik membenci (ASh-Shaff, 10).
Merujuk kepada kejayaan Islam yang kedua kali itu pulalah firman Allah Ta'ala berikut ini:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ(56)
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih niscaya dia akan menjadikan mereka khalifah di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan khalifah orang-orang yang sebelum mereka; dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia ridhai bagi mereka, dan niscaya Dia akan menggantikan mereka sesudah ketakutan mereka dengan keamanan. Mereka akan menyembah Aku, dan mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu dengan Aku. Dan barangsiapa ingkar sesudah itu, mereka itulah orang-orang yang durhaka (An-Nuur, 56).
Sehubungan akan terbentuknya lagi LEMBAGA KHILAFAT tersebut Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda:
"Takuunun- nubuwwatu fiikum maasyaa-allaahu an takuuna, tsumma yarfa'uhallaahu ta'aala; tsumma takuunu khilaafatan a'laa minhajin- nubuwwati maasyaa-allaahu an takuuna, tsumma yarfa'uhallaahu ta'aala; tsumma takuunu mulkan 'aadhdhan fatakuuna maasyaa-allaahu an takuuna, tsumma yarfa'uhaallaahu ta'aala; tsumma takuunu mulkan jabbariyyatan fatakuuna maasyaa-allaahu an takuuna, tsumma yarfa'uhaallaahu ta'aala; tsumma takuunu khilaafatan 'alaa minhajin- nubuwwati", tsumma sakata.
"Sedang terjadi kenabian di kalangan kamu selama Allah menghendaki itu ada, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati (khilafat atas jalan kenabian) selama Allah menghendaki itu ada, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi kerajaan yang menggigit maka itu terjadi selama Allah menghendaki, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi kerajaan yang memaksa maka itu terjadi selama Allah menghendaki, kemudian terjadi khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati (khilafat atas jalan kenabian)", kemudian diam (Abu Daud, Musnad Ahmad bin Hanbal; Kanzul Ummal, juz VI/15114).

Al-Masih Mau'ud a.s. & Para Khalifatul Masih

Berdasarkan sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut nampak jelas tahap-tahap perjalanan sejarah umat Islam yang dimulai dengan:
1. Masa kenabian selama 23 tahun yang dimulai dengan diutus-Nya Nabi Besar Muhammad saw.. (571-632 M).
2. Masa khilafat atas jalan kenabian (632-661 M) -- yakni masa Khulafa-u-Rasyiddin yaitu Khalifah Abu Bakar Shiddiq r.a.; Khalifah Umar bin Khaththab r.a., Khalifah Utsman bin 'Affan r.a., dan Khalifah Ali bin Abi Thalib r.a..
3. Masa mulkan 'aadhdhan (kerajaan yang menggigit) dan mulkan jabbariyyatan (kerajaan yang memaksa dengan kejam).
Kedua masa kerajaan ini dimulai dari daulat Ummayyah (661-750 M) sampai dengan daulah Abbasiyyah (750- 1258 M). Sejak penghancuran kota Baghdad – ibukota daulat Abbasiyyah – oleh serbuan balatentara Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku Khan pada th. 1258 M), untuk beberapa lama umat Islam tidak memiliki pemerintahan pusat, yang muncul di beberapa wilayah adalah kesultanan-kesultanan kecil. Barulah pada abad 16 masehi muncul 3 imperium Islam terbesar di tengah-tengah sekian banyak kesultanan-kesultanan, yaitu: (1) Daulat Ustmaniyyah yang menganut faham Sunni, berpusat di Turki, (2) Daulat Safawiyyah yang menganut faham Syi'ah, berpusat di Iran, (3) Daulat Moghul di India yang menganut faham Sunni, berpusat di India.
Ketiga daulat (kesultanan) terbesar di kalangan umat Islam tersebut hanya bertahan sampai abad 18. Daulat Utsmaniyyah berakhir pada th. 1922 dengan dihapuskannya kesultanan dan pada th. 1924 dihapuskannya "khilafat" oleh gerakan pembaruan yang dipimpin oleh Mustafa Kemal.
4. Masa khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati (khilafat atas jalan kenabian).
Kecuali di kalangan Jemaat Ahmadiyah -- yang didirikan atas perintah Allah Ta'ala oleh Mirza Ghulam Ahmad a.s. (1835-1908) -- di lingkungan umat Islam tidak terdapat "khilafatun- 'alaa minhajin- nubuwwah" (khilafat atas jalan kenabian), sebagaimana telah disabdakan oleh Nabi Besar Muhammad saw..
Saat ini Khilafatan 'alaa minhajin nubuwwah di kalangan Jemaat Ahmadiyah dipimpin oleh Khalifatul Masih V, Mirza Masroor Ahmad. Ada pun para Khalifatul-Masih sebelumnya sebagai Khalifah dari Mirza Ghulam Ahmad a.s. -- yang atas perintah Allah Ta'ala telah mendakwakan diri sebagai Al-Masih Mau'ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan) – yakni misal Al-Masih Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.43:58) -- adalah:
1. Khalifatul Masih I, Alhajj Hakim Nuruddin r.a., (1908-1914);
2. Khalifatul Masih II, Alhajj Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad r.a. (1914-1985);
3. Khalifatul Masih III, Mirza Nasir Ahmad MA. r.a. (1965-1983);
4. Khalifatul Masih IV, Mirza Tahir Ahmad r.a. (1983-2002);
5. Khalifatul Masih V, Mirza Masroor Ahmad (2002- saat ini).
Sehubungan dengan masalah KHILAFAT, Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda tentang kemungkinan munculnya 2 orang KHALIFAH pada suatu jaman: "Apabila dalam satu masa terdapat 2 khalifah maka BUNUHLAH khalifah yang datang (muncul) belakangan".
Ada pun makna dari pernyataan keras Nabi Besar Muhammad saw. tersebut adalah bahwa apabila sistim khilafatan 'alaa minhajin nubuwwah (khilafat atas jalan kenabian) telah berdiri maka upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak lain untuk menandingi sistim khilafat 'alaa minhajin- nubuwwah yang telah dirikan oleh Allah Ta'ala tersebut niscaya akan mengalami kegagalan dan kehinaan.
Demikian pula upaya-upaya dari pihak-pihak yang bermaksud untuk menghancurkan khilafatan 'alaa minhajin nubuwwah (khilafat atas jalan kenabian) pun akan mengalami kegagalan dan kehinaan, sebab Allah Ta'ala telah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يُحَادُّونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ فِي الْأَذَلِّينَ(21)كَتَبَ اللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ(22)
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan, "Aku dan Rasul-rasul-ku niscaya akan memang." Sesungguhnya Allah Maha kuat, Maha perkasa (Al Mujaadilah, 21-22).







BAB III

Uga Wangsit Prabu Siliwangi Tentang
Nagara Pajajaran Anyar

Sehubungan dengan Rasul Allah yang kedatangannya sangat ditunggu-tunggu oleh semua umat beragama – dengan nama yang satu sama lain berbeda – sebagaimana dikemukakan dalam Pengantar, ternyata di kalangan berbagai suku di Indonesia pun terdapat kepercayaan yang sama mengenai "wujud suci" yang kedatangannya sangat dinanti-nantikan tersebut, dengan sebutan yang berlain-lainan juga. Misalnya di kalangan suku Jawa mempercayai akan datangnya Ratu Adil --Sultan Herucokro atau mempercayai mengenai akan munculnya "Satria Piningit", di kalangan suku Sunda mempercayai tentang kedatangan Ratu Adil -- Imam Mahdi a.s., yang mereka percayai akan membuat kehidupan umat manusia menjadi aman tentram serta sejahtera.
Bahkan di kalangan suku Sunda di Jawa Barat (Pasundan), bukan saja mempercayai kedatangan Ratu Adil -- Imam Mahdi a.s. saja, tetapi juga mereka pun mempercayai akan bangkitnya kembali "Nagara Pajajaran" yaitu "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" (Negara Pajajaran Baru), sebagaimana yang tercantum dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi.
Berikut adalah salah satu bagian dari wangsit Prabu Siliwangi tentang akan berdirinya "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" (NEGARA PAJAJARAN BARU) dan tentang kedatangan RATU ADIL:
5. Saur eyang Prabu pokna ka sadaya balad Pajajaran anu parantos malundur, satueuacanna ngahiyang:"Lalakon orang teh ngan nepi ka poe ieu pisan ugana.
6. Sanajan dia kabehan ka ngaing pada satia, tapi ngaing hanteu meunang mawa dia pipilueun ngilu hirup balangsak, ngilu rudin bari lapar.
7. Daria kudu marilih, supaya engke jagana pikeun hirup ka hareupna, sangkan jembar sugih-mukti bisana ngadegna deui nya nagara Pajajaran.
8. Tapi lain Pajajaran, Pajajaran nu kiwari, pasti PAJAJARAN ANYAR, anyar diadegkeunana, nu ngadegna digeuingkeun, pasti ku obahna jaman."
..........................................................................
65. Laju neangan BUDAK ANGON, nu saungna di birit leuwi, dihateup ku handeuleum, pantona batu satangtung, ditihangan ku hanjuang, budak angonna geus euweuh.
66. Ari inyana dek menta tumbal nya ka BUDAK ANGON tea, geus narindak babarengan jeung budak janggotan mariang pindah babakan, pindah ka lebak cawene.
67. Nu kasampak kari gagak, nyata gagakna keur ngelak, ngelakna dina tutunggul. eyang Prabu pok ngadawuh: "Geura ieu darengekeun, jaman bakal ganti deui,"
68. "nyaeta gantina jaman, tapi engke mun kasaksi gunung Gede enggeus bitu, disusul ku tujuh gunung, genjlong deui sajagat, URANG SUNDA disarambat.
69. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA ngahampura, hade deui sakabehna, Nagara ngahiji deui, nusa jadi deui, sabab ngadeg RATU ADIL.
70. RATU ADIL nu sajati. cing saha eta wujudna, jeung ti mana asalnya eta RATU ADIL, engke dia nyaraho, kiwari siar bae ku daria BUDAK ANGON anu tangtu.
71. Tah sakitu kami wawangsit ka daria sakabeh, eta wangsit kudu puhit, kiwari geura narindak, ulah ngalieuk ka tukang, bisi aya balukarna."

Terjemahannya secara bebas:

5. Kata eyang Prabu kepada rakyat (pasukan) Pajajaran yang sudah mengundurkan diri sebelum "ngahiyang" (menghilang/meninggal): "Kisah kita semua hanya sampai hari ini saja "ugana" (perjalanan sejarahnya yang telah ditakdirkan).
6. Walau pun kalian semua berlaku setiap kepadaku akan tetapi aku tidak boleh membawa kalian ikut-serta mengalami hidup susah, berpakaian compang-camping dan kelaparan.
7. Kalian harus memilih supaya nanti di masa depan untuk kehidupan ke depannya, supaya "jembar sugih-mukti" (meraih kejayaan dan tidak kekurangan sesuatu apapun) dalam rangka berdirinya kembali negara Pajajaran.
8. Akan tetapi bukan Pajajaran, Pajajaran yang sekarang, pasti Pajajaran yang baru, baru didirikannya, yang berdirinya diperingatkan pasti oleh berubahnya jaman."
..........................................................................................................
66. Kemudian mereka mencari BUDAK ANGON (anak gembala), yang gubuknya di "birit leuwi" (di pinggir lubuk/palung sungai), "dihateup ku handeuleum" (bagian atas gubuknya ditutup oleh handeuleum), "pantona batu satangtung" (pintunya berupa batu), bertiangkan pohon hanjuang tetapi anak gembalanya sudah tidak ada.
67. Ada pun tujuannya hendak meminta "tumbal" (obat/sarana penyembuh) kepada anak gembala) tersebut, tetapi ia sudah berangkat bersama-sama dengan "budak janggotan" (anak/remaja berjanggut) pergi berpindah tempat, pindah ke "lebak cawene" (lembah perawan).
68. Yang ditemukan hanya burung gagak yang sedang berbunyi terus menerus di atas tunggul pohon. Eyang Prabu [Siliwangi] selanjutnya berkata: "Dengarkanlah ini oleh kalian, jaman akan berubah lagi,"
69. Yaitu bergantinya jaman, tetapi nanti kalau menyaksikan gunung Gede telah meletus, disusul oleh tujuh gunung, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).
70. Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal memaafkan, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL.
71. RATU ADIL YANG SEJATI. Coba, siapakah wujudnya? Dan dari mana asalnya RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti [kebenarannya].
72. Nah, sekian saja saya menyampaikan wangsit (amanat/pesan) kepada kalian semua, wangsit tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat."

Makna-makna dari Uga Wangsit Prabu Siliwangi tersebut dibahas dalam Bab XV tentang Tafsir Uga Wangsit Prabu Siliwangi.

BAB IV

Hakikat Mesianisme (Ke-Almasih-an)
Menurut Allah Ta'ala Dalam Al-Quran

Walau pun benar bahwa pada umumnya seluruh umat beragama mempercayai tentang kedatangan kedua kali para Rasul Allah yang sebelumnya pernah diutus oleh Allah Ta'ala kepada kaumnya masing-masing, akan tetapi -- sebagaimana telah dikemukakan dalam Pengantar -- kepercayaan tersebut tidak ada hubungannya dengan masalah reinkarnasi – yakni "kelahiran kembali" ruh orang yang telah mati dalam wujud orang lain -- sebagaimana yang dipercaya di kalangan penganut agama Hindu.
Pemahaman yang benar tentang "kedatangan kedua kali Rasul-rasul Allah" adalah sebagaimana telah dijelaskan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) ketika menjawab pertanyaan tentang kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s. dari langit (II Raja-raja 2:1-12; Maleakhi 4:4-6), bahwa maksudnya adalah merujuk kepada kedatangan Nabi Yahya a.s. (Yohanes Pembaptis), karena sifat-sifat beliau banyak memiliki persamaan dengan sifat-sifat Nabi Elia a.s. yakni kedua Rasul Allah tersebut berpenampilan sangat sederhana dan hidup di padang gurun (Matius 11:7-19):
"Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, kerajaan sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes, dan -- jika kamu mau menerimanya – ialah Elia yang akan datang itu. Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar!" (Matius 11:13-15).
Pasti atas dasar penjelasan itu pulalah maka Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) pun telah memberitahukan kepada para pengikutnya tentang makna yang sebenarnya dari "kedatangan beliau kedua kali" di Akhir Zaman ini – yaitu kedatangan misal Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.43:58) -- sebab beliau mengetahui akan banyak orang yang dengan sengaja akan mensalah-tafsirkan pernyataan beliau mengenai makna sebenarnya dari kedatangan beliau yang kedua kali tersebut:
Ketika Yesus duduk di atas bukit Zaitun, datanglah murid-muridnya untuk bercakap-cakap sendirian dengan dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatanganmu dan tanda kesudahan dunia?" Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata: Akulah MESIAS, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah, jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa- akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru. Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaku, dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. Banyak nabi-nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai kesudahannya akan selamat. Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya." (Matius 24:3-15).

Kemunculan Antikristus Atau Dajjal

Kemudian mengenai akan munculnya berbagai informasi yang menyesatkan tentang kedatangan Mesias yang kedua kali dan tentang akan munculnya banyak antikristus atau dajjal, selanjutnya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) bersabda:
"Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihatlah, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. Sebab MESIAS-MESIAS PALSU dan NABI-NABI PALSU akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujijat-mujijat, sehingga sekiranya mungkin mereka menyesatkan ORANG-ORANG PILIHAN juga. Camkanlah, aku sudah mengatakannya terlebih dulu kepada kamu. Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau, Lihat, ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya. Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan ANAK MANUSIA. Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun." (Matius 24:23-28).
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) dengan jelas mengatakan bahwa "kedatangan beliau yang kedua kali" Akhir Zaman adalah kedatangan anak manusia, bukan kedatangan "Anak Allah" sebagaimana yang digembar-gemborkan Paulus dalam faham Trinitas (Tuhan Bapa, Anak, dan Rohul Kudus).
Sehubungan keluarbiasaan mesias-mesias palsu atau nabi-nabi palsu atau guru-guru palsu – yakni ANTI KRISTUS atau DAJJAL -- dalam hal memperlihatkan "mujizat" tersebut, pada waktu memberikan khotbah di bukit Yesus Kristus a.s. pun telah memperingatkan para pengikutnya mengenai keberadaan para penyesat manusia tersebut:
Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnya kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, atau pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
Bukan setiap orang yang menyeru kepadaku: Tuhan-tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapaku yang di Sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namamu, dan mengusir setan demi namamu, dan mengadakan banyak mujizat demi namamu juga? Pada waktu itulah aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:15-23).
Keterangan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) dalam Bible tersebut sesuai dengan pernyataan beliau a.s. dalam Al-Quran mengenai kedustaan ajaran TRINITAS dan PENEBUSAN DOSA yang direkayasa oleh Paulus dalam surat-surat kirimannya. Allah Ta'ala berfirman:
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَاعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ(117)مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ(118) إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(119)
Dan ketika Allah berfirman, "Hai Isa Ibnu Maryam, adakah engkau berkata kepada manusia, "Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?" Ia berkata, "Mahasuci Engkau. Tidak layak bagiku mengatakan apa yang bukan hakku, sekiranya aku telah mengatakannya maka sungguh Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Tidak pernah aku mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu, "Beribadahlah kepada Allah, Tuhan-ku dan Tuhan kamu", dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka, akan tetapi setelah Engkau mewafatkan aku maka Engkau-lah Yang menjadi Pengawas atas mereka dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu. Jika Engkau mengazab mereka maka sesungguhnya mereka hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka maka sesungguhnya Engkau Maha Perkasa, Maha Bijaksana (Al-Maidah, 117-119).

Kemisteriusan Kelahiran dan Kewafatan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah seorang laki-laki sangat rentan bagi munculnya penafsiran keliru seperti yang direkayasa oleh Paulus tentang TRINITAS dan PENEBUSAN DOSA. Namun demikian itulah ketetapan Allah Ta'ala, sebab di dalam peristiwa kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang sangat unik – yakni tanpa ayah seorang laki-laki – tersebut terkandung banyak sekali hikmah yang sangat halus dan sangat dalam, namun dapat menggelincirkan orang-orang yang berhati bengkok (Qs.3:8-9), firman-Nya:
وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَامَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ(43)يَامَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ(44)ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ(45)إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَامَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ(46) وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَمِنَ الصَّالِحِينَ(47)قَالَتْ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي وَلَدٌ وَلَمْ يَمْسَسْنِي بَشَرٌ قَالَ كَذَلِكِ اللَّهُ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ إِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ(48)وَيُعَلِّمُهُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ(49)وَرَسُولًا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِوَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ(50)وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ(51)إِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ(52)
Dan ingatlah ketika malaikat-malaikat berkata kepada Maryam, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih engkau dan mensucikan engkau, dan telah memilih engkau di atas perempuan-perempuan seluruh alam. Hai Maryam, patuhilah Tuhan engkau dan sujudlah dan rukuklah kepada Tuhan bersama orang-orang yang rukuk." Hal itu sebagian dari kabar-kabar gaib yang Kami wahyukan kepada engkau. Dan engkau tidak bersama mereka ketika mereka melemparkan panah-panah mereka untuk mengundi siapakah di antara mereka yang akan memelihara Maryam, dan tidak pula engkau bersama mereka ketika mereka berbantah, ketika malaikat-malaikat berkata, "Hai Maryam, sesungguhnya Allah memberi engkau kabar suka dengan satu kalimat dari-Nya tentang kelahiran seorang anak laki-laki, namanya Al-Masih Isa Ibnu Maryam, yang dimuliakan di dunia dan di akhirat, dan ia adalah dari antara orang-orang yang dekat kepada Allah. Dan ia akan berkata-kata dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah setengah umur, dan ia dari antara orang-orang shalih." Ia, Maryam, berkata, "Ya Tuhan-ku, bagaimanakah aku akan mempunyai anak laki-laki padahal aku belum pernah disentuh seorang laki-laki?" Dia berfirman, "Begitulah kekuasaan Allah. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Apabila Dia menetapkan suatu hal harus terjadi maka Dia berfirman tentang itu, "Jadilah" maka jadilah itu. Dan Dia akan mengajarkan kepadanya Al-Kitab dan Hikmah dan Taurat dan Injil, dan sebagai Rasul kepada Bani Israil dengan pesan, "Sesungguhnya aku datang kepada kamu membawa Tanda dari Tuhan kamu, bahwasanya aku menciptakan untuk kamu suatu makhluk yang bersifat tanah seperti bentuk burung, kemudian aku tiupkan ke dalamnya jiwa baru maka jadilah ia burung yang terbang dengan izin Allah, dan aku menyembuhkan orang buta rohani dan orang kusta rohani, dan aku menghidupkan orang yang mati rohani dengan izin Allah, dan aku akan memberitahukan kepada kamu tentang apa-apa yang kamu makan dan apa-apa yang kamu simpan di rumah-rumah kamu. Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu Tanda bagi kamu, jika kamu orang-orang yang beriman. Dan aku datang untuk menggenapi apa yang ada sebelumku dari Taurat, dan menghalalkan bagi kamu sebagian dari yang telah diharamkan atas kamu, dan aku datang kepada kamu membawa suatu Tanda dari Tuhan kamu. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatilah aku. Sesungguhnya Allah adalah Tuhan-ku dan Tuhan kamu maka sembahlah Dia, inilah jalan yang lurus (Aali 'Imran, 43-52).
Hikmah yang pertama dari keunikan kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah seorang laki-laki adalah sebagai tanda As-Saa'ah (tanda Kiamat) bagi suatu kaum (umat), yakni kedudukan umat (kaum) tersebut sebagai "kaum pilihan" akan segera berakhir, karena mereka telah berulang kali berbuat durhaka kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya, firman-Nya:
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ(58)وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ(59)إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ(60)وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ(61)وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ(62)
Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau ingar-bingar mengajukan bantahan terhadapnya, dan mereka berkata, "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak mengemukakan hal itu kepada engkau kecuali perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Tidaklah dia kecuali seorang hamba yang Kami telah menganugerahkan karunia kepadanya, dan Kami menjadikan dia (Isa Ibnu Maryam) suatu misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, dan sesungguhnya ia benar-benar merupakan ilmu (tanda) Saat maka janganlah kamu ragu-ragu tentang itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus (Az-Zukhruf, 58-62).

Tiga Tingkatan Suluk (Perjalanan Rohani) &
Keadaan Nafs Ammarah

Hikmah yang kedua adalah Allah Ta'ala telah menetapkan bagi orang-orang beriman yang menempuh suluk (perjalanan rohani) bahwa mereka harus menempuh 3 tingkatan kerohanian, yaitu:
1. keadaan rohani yang dimisalkan sebagai istri Fir'aun yang saleh,
2. keadaan rohani yang dimisalkan sebagai Maryam binti 'Imran yang senantiasa menelihara kesucian dirinya, dan
3. keadaan rohani yang dimisalkan sebagai Isa Ibnu Maryam a.s., yang dilahirkan akibat "tiupan Ruh" dari Allah Ta'ala.
Sebelum orang-orang beriman dapat menempuh ketiga tingkatan kerohanian yang dapat "mempertemukan" mereka dengan Allah Ta'ala tersebut, mereka harus terlebih dulu mampu melepaskan diri dari cengkraman nafs ammarah, yang secara alami menguasai jiwa setiap orang sejak dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Berikut adalah pernyataan Nabi Yusuf a.s. tentang dominasi nafs ammarah terhadap jiwa manusia, firman-Nya:
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ(54)
Dan aku tidak menganggap diriku bebas dari kelemahan manusiawi, sesungguhnya nafsu ammarah itu benar-benar senantiasa menyuruh kepada keburukan, kecuali orang yang dikasihani oleh Tuhan-ku. Sesungguhnya Tuhan-ku maha Pengampun, Maha Penyayang (Yusuf, 54).
Mengisyaratkan kepada keadaan tingkatan-tingkatan suluk (perjalanan kerohanian) itulah mulai firman Allah Ta'ala berikut ini:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَامْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ(11) وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ(12) وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ(12)
Allah mengemukakan misal (perumpamaan) bagi orang-orang kafir seperti istri Nuh dan istri Luth. Keduanya dibawah pengayoman dua hamba dari hamba-hamba Kami yang shalih, tetapi kedua istri nabi itu berbuat khianat kepada kedua suami mereka maka mereka berdua itu sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka di hadapan Allah, dan dikatakan kepada keduanya, "Masuklah kamu berdua ke dalam api bersama orang-orang yang masuk ke dalamnya." Dan Allah mengemukakan misal (perumpamaan) bagi orang-orang yang beriman seperti istri Fir'aun ketika ia berkata, "Wahai Tuhan-ku, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang aniaya." Dan mengemukakan misal Maryam binti 'Imran yang telah memelihara kesuciannya maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh (At-Tahriim, 12-13).
Permisalan (perumpamaan) istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. tersebut identik dengan keadaan nafs ammarah, sehingga keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka yang berkedudukan sebagai Rasul Allah, yakni mereka memilih kenikmatan jasmani (hawa-nafsu) daripada kenikmatan rohani yang ditawarkan oleh kedua suami mereka yang suci (Qs.33:2935), sehingga akibatnya kedua istri Rasul Allah tersebut dimasukkan ke dalam neraka bersama-sama dengan orang-orang kafir yang menentang dan mendustakan Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. atau bersama-sama dengan orang-orang kafir yang mendustakan dan menentang para Rasul Allah di setiap zaman, firman-Nya:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَامْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ(10)
Allah mengemukakan misal (perumpamaan) bagi orang-orang kafir seperti istri Nuh dan istri Luth. Keduanya dibawah pengayoman dua hamba dari hamba-hamba Kami yang shalih, tetapi kedua istri nabi itu berbuat khianat kepada kedua suami mereka maka mereka berdua itu sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka di hadapan Allah, dan dikatakan kepada keduanya, "Masuklah kamu berdua ke dalam api bersama orang-orang yang masuk ke dalamnya." (At-Tahrim, 11).
Dengan demikian benarlah pernyataan Nabi Yusuf a.s. sebelum ini tentang dominasi nafs ammarah terhadap jiwa setiap manusia, firman-Nya:

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ(54)
Dan aku tidak menganggap diriku bebas dari kelemahan manusiawi, sesungguhnya nafsu ammarah itu benar-benar senantiasa menyuruh kepada keburukan, kecuali orang yang dikasihani oleh Tuhan-ku. Sesungguhnya Tuhan-ku maha Pengampun, Maha Penyayang (Yusuf, 54).

Keadaan Nafs Lawwamah &
Hari Kiamat

Ada pun permisalan (perumpamaan) istri Fir'aun yang shalih -- yang memilih kehidupan surgawi dengan segala kenikmatannya di sisi Allah Ta'ala daripada kesenangan dan kemewahan hidup duniawi sebagai istri seorang raja yang sangat berkuasa dan kaya-raya (Fir'aun Qs.43:52-55) -- merujuk kepada orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah yang diutus kepada mereka, sehingga akibat keimanannya tersebut mereka mengalami berbagai penganiayaan keji dari para pemuka kaumnya yang mendustakan dan menentang Rasul Allah tersebut.
Namun walau bagaimana pun hebatnya penderitaan yang ditimpakan oleh para pemuka kaumnya yang kafir – sebagaimana yang dilakukan Fir'aun dan para pembesarnya terhadap Bani Israil yang beriman kepada Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s. – mereka tetap memilih "kehidupan akhirat", walau pun dengan resiko mereka harus meninggalkan berbagai kesenangan hidup duniawi yang sebelumnya mereka nikmati.
Contoh yang paling sempurna dari misal (perumpamaan) istri Fir'aun yang shalih tersebut adalah yang telah diperagakan oleh para sahabat Nabi Besar Muhammad saw. yang berhijrah dari Mekkah ke Madinah -- mengikuti jejak Nabi Besar Muhammad saw. yang sebelumnya telah berhijrah ke Medinah ditemani oleh Abu Bakar Shiddiq r.a. (Qs.8:30-31; Qs. 9:40) -- sekali pun mereka harus meninggalkan kota dan keluarga mereka yang mereka cintai serta mereka harus meninggalkan harta kekayaan mereka di Mekkah (Qs.8:30-31; Qs.9:40), firman-Nya:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ(12)
Dan Allah mengemukakan misal (perumpamaan) bagi orang-orang yang beriman seperti istri Fir'aun ketika ia berkata, "Wahai Tuhan-ku, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang aniaya." (At-Tahrim, 12).
Misal (perumpamaan) istri Fir'aun yang shalihah tersebut identik dengan keadaan nafs Lawwaamah (jiwa yang menyesali), yakni suatu keadaan jiwa yang sekali pun telah berhasil melepaskan diri dari dominasi nafs Ammarah, namun akibat keadaannya masih lemah maka kadang-kadang ia dapat dikuasai lagi oleh nafs ammarah, sehingga ia kembali melakukan pelanggaran terhadap perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya.
Berbeda dengan keadaan ketika masih sepenuhnya berada dalam penguasaan nafs Ammarah – dimana ia sama sekali tidak peduli terhadap perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukannya -- pada keadaan nafs Lawwaamah ia menyesali pelanggaran yang dilakukannya dan ia menyalahkan (mencela) dirinya sendiri serta ia menyesali dirinya sendiri, lalu ia memohon ampunan kepada Allah Ta'ala atas pelanggaran (dosa) yang telah dilakukannya serta memohon pertolongan-Nya agar ia tidak melakukan pelanggaran (dosa) lagi.
Mengisyaratan kepada keadaan itulah maka Allah Ta'ala telah menamakan keadaan jiwa seperti itu nafs Lawwaamah (jiwa yang menyesali diri sendiri), firman-Nya:
أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ(2وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ(3أَيَحْسَبُ الْإِنْسَانُ أَلَّنْ نَجْمَعَ عِظَامَهُ(4)َلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ(5بَلْ يُرِيدُ الْإِنْسَانُ لِيَفْجُرَ أَمَامَهُ(6يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ(7)
Aku bersumpah dengan kebenaran Hari Kiamat, dan Aku bersumpah dengan jiwa yang menyesali. Apakah manusia menyangka bahwa Kami tidak akan pernah mengumpulkan tulang-tulangnya? Bahkan, Kami Mahaberkuasa menyusun kembali jari-jarinya, namun manusia ingin supaya berbuat buruk terus menerus, ia bertanya, "Kapankah terjadinya Hari Kiamat itu?" (Al-Qiyaamah, 2-7).
Jadi, pada tingkatan ini kesadaran jiwa manusia tentang kebenaran adanya Hari Kiamat (Hari Kebangkitan) dan tentang kebenaran adanya alam akhirat telah mulai hidup, itulah sebabnya ketika ia melakukan pelanggaran terhadap perintah Allah Ta'ala dan Rasul-Nya ia menyesali dan mencela dirinya sendiri habis-habisan, yakni suatu keadaan kesadaran jiwa yang tidak pernah terjadi pada waktu ketika jiwa manusia masih berada di dalam keadaan nafs Ammarah.
Sebagai "penghormatan" terhadap jihad (kerja-keras) yang dilakukan oleh orang-orang yang telah berhasil melepaskan diri dari dominasi nafs Ammarah tersebut, kemudian mereka melanjutkan jihad (kerja-keras) pada tingkatan nafs Lawwamah – walaupun kadang-kadang mereka kembali melakukan pelanggaran -- maka Allah Ta'ala telah bersumpah dengan menyebutkan Hari Kiamat sebagai obyek persumpahan-Nya.

Khabar Suka & Banjir Dahsyat Di Zaman Nabi Nuh a.s.

Penyebutan Hari Kiamat tersebut bukan saja untuk meyakinkan umat manusia bahwa mereka itu benar-benar akan dibangkitkan lagi di alam akhirat atau di Hari Kiamat -- guna mempertanggungjawabkan semua amal perbuatan yang telah mereka lakukan di dunia ini -- tetapi juga untuk memberi khabar suka kepada orang-orang yang berjihad (berjuang-keras) melawan nafs Ammarah -- yang keadaannya bagaikan banjir dahsyat di zaman Nabi Nuh a.s. (Qs.11:39-44) -- bahwa orang-orang yang berhasil memasuki keadaan nafs Lawwamah (jiwa yang menyesali diri), insya Allah, akan termasuk orang-orang yang akan dibangkitkan di Hari Kiamat dengan kebangkitan yang baik sehingga mereka layak untuk dimasukkan ke dalam surga.
Jadi, itulah hubungan antara keadaan nafs Lawwamah dengan misal (perumpamaan) istri Fir'aun yang shalihah, firman-Nya:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ(12)
Dan Allah mengemukakan misal (perumpamaan) bagi orang-orang yang beriman seperti istri Fir'aun ketika ia berkata, "Wahai Tuhan-ku, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang aniaya." (At-Tahriim, 12).
Tanpa adanya KERAHIMAN (kasih-sayang) Allah Ta'ala berupa pertolongan-Nya dan karunia-Nya sangat sulit bagi manusia untuk dapat melepaskan diri dari keadaan nafs Ammarah dan untuk dapat bertahan pada tingkatan nafs Lawwamah. Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah Nabi Yusuf a.s. maupun Nabi Nuh a.s. telah menyatakan bahwa tanpa adanya KERAHIMAN (kasih-sayang) Allah Ta'ala tidak ada seorang pun yang dapat selamat dari ketenggelaman akibat dahsyatnya dominasi nafs Ammarah mau pun dari dahsyatnya banjir di zaman Nabi Nuh a.s., kecuali mereka yang menaiki BAHTERA (PERAHU) yang dibuat oleh Nabi Nuh a.s. atas PERINTAH ALLAH TA'ALA, firman-Nya:
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ(54)
Dan aku tidak menganggap diriku bebas dari kelemahan manusiawi, sesungguhnya nafsu ammarah itu benar-benar senantiasa menyuruh kepada keburukan, kecuali orang yang dikasihani oleh Tuhan-ku. Sesungguhnya Tuhan-ku maha Pengampun, Maha Penyayang (Yusuf, 54).
Firman-Nya lagi:
وَأُوحِيَ إِلَى نُوحٍ أَنَّهُ لَنْ يُؤْمِنَ مِنْ قَوْمِكَ إِلَّا مَنْ قَدْ ءَامَنَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ(37)وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ(38)وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَأٌ مِنْ قَوْمِهِ سَخِرُوا مِنْهُ قَالَ إِنْ تَسْخَرُوا مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَ(39)فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَنْ يَأْتِيهِ عَذَابٌ يُخْزِيهِ وَيَحِلُّ عَلَيْهِ عَذَابٌ مُقِيمٌ(40) حَتَّى إِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ قُلْنَا احْمِلْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ ءَامَنَ وَمَا ءَامَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ(41)وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ(42)وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَابُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ(43)قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ(44)وَقِيلَ يَاأَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ(45)
Dan telah diwahyukan kepada Nuh bahwasanya, "Tidak akan pernah beriman seorang pun dari antara kaum engkau kecuali orang yang telah beriman sebelumnya, maka janganlah engkau bersedih mengenai apa yang selama ini mereka kerjakan. Dan buatlah BAHTERA di hadapan mata Kami dan sesuai petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku mengenai orang yang berlaku aniaya, sesungguhnya mereka akan ditenggelamkan." Dan mulailah ia membuat BAHTERA itu, dan apabila liwat padanya pemuka-pemuka dari kaumnya, mereka itu memperolok-olokkannya. Berkata ia (Nuh), "Jika kamu sekarang memperolok-olokkan kami maka sesungguhnya kami pun kelak akan memperolok-olok kamu seperti sekarang kamu memperolok-olokkan kami, kemudian kamu segera akan mengetahui siapa yang kepadanya datang azab yang menghinakannya dan akan menimpa atasnya azab yang tetap." Sehingga apabila datang PERINTAH Kami dan memancarlah SUMBER-SUMBER MATA AIR, Kami berfirman, "Naikkanlah ke dalam BAHTERA itu masing-masing dari jenis satu pasang dan keluarga engkau, kecuali mereka yang keputusannya telah ditetapkan, dan orang yang beriman". Dan tidak ada yang beriman bersamanya kecuali sedikit. Dan berlayarlah BAHTERA itu membawa mereka di tengah GELOMBANG LAKSANA GUNUNG. Dan Nuh memanggil anaknya yang berada di tempat perpisah, "Hai anakku, NAIKLAH BESERTA KAMI dan janganlah engkau termasuk ORANG-ORANG KAFIR". Ia berkata, "Aku segara akan mencari perlindungan ke GUNUNG yang akan menyelamatkan aku dari AIR!" Ia (Nuh) berkata, "Tidak ada yang menyelamatkan pada HARI seperti ini dari PERINTAH ALLAH, kecuali bagi ORANG YANG DIA KASIHANI." Dan GELOMBANG menjadi penghalang di antara keduanya maka jadilah ia termasuk orang yang ditenggelamkan. Dan difirmankan, "Hai BUMI telanlah AIR ENGKAU, dan hai LANGIT hentikanlah hujan!" Maka disurutkanlah AIR dan selesailah PERINTAH itu, dan BAHTERA itu berlabuh di atas Al-Judi, dan difirmankan, "Kebinasaanlah bagi kaum aniaya!" (Huud, 37-45).
Pendek kata, terdapat kesamaan antara keadaan nafs Ammarah dengan keadaan banjir dahsyat di zaman Nabi Nuh a.s., yakni tidak ada seorang pun yang dapat selamat dari tenggelam kecuali orang-orang yang dikasihani oleh Allah Ta'ala. Itulah sebabnya Allah Ta'ala sebelum ini telah memisalkan orang-orang yang kafir kepada para Rasul Allah seperti istri-istri durhaka Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. (Qs.66:11).

Tingkat Kerohanian Maryam binti Imraan &
Nafs Muthmainnah.

Apabila orang-orang beriman (bertakwa) terus berjihad (berjuang keras) melewati keadaan-keadaan berbahaya pada tingkatan nafs Lawwamah (jiwa yang menyesali diri sendiri), keadaan mereka adalah seperti Maryam binti Imran r.a. yang senantiasa memelihara kesucian dirinya – termasuk memelihara kesucian indera-inderanya, sehingga mereka akan mulai memasuki tingkatan kerohanian Maryam binti 'Imran r.a. atau tingkatan nafs Muthmainnah, firman-Nya:
يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ(28)ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً(29)فَادْخُلِي فِي عِبَادِي(30)وَادْخُلِي جَنَّتِي(31)
Hai JIWA YANG TENTRAM! KEMBALILAH kepada TUHAN engkau, engkau ridha kepada-Nya dan Dia ridha kepada engkau, maka masuklah dalam golongan HAMBA-HAMBA-Ku yang terpilih, dan masuklah ke dalam SURGA-Ku" (Al-Fajr, 28-31).
Ungkapan "Masuklah ke dalam Surga-Ku" mengisyaratkan pada proses hamilnya Maryam binti 'Imran r.a. dengan perantaraan "peniupan" RUH SUCI dari Allah Ta'ala atau RUHULQUDUS, dan pada waktunya kehamilan Maryam binti 'Imran tersebut akan melahirkan ISA IBNU MARYAM A.S., yang walaupun dari segi jasmani kedudukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. merupakan ANAK dari Maryam binti Imran r.a. akan tetapi dari segi rohani kedudukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. merupakan peningkatan martabat kerohanian dari tingkatan kerohanian Maryam binti 'Imran a.s. ke tingkatan kerohanian Isa Ibnu Maryam a.s. yang berkedudukan sebagai Rasul (Nabi) Allah, karena Allah Ta'ala senantiasa menurunkan RUHULQUDUS atau menurunkan WAHYU-Nya kepada orang bertakwa yang telah mencapai tingkatan kerohanian Isa Ibnu Maryam a.s. atau kepada hamba-hamba Allah Ta'ala yang telah meraih keadaan nafs Muthmainnah dan kepada mereka Allah Ta'ala berfirman, "Masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku yang terpilih dan masuklah ke dalam surga-Ku", firman-Nya:
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ(12)
Dan mengemukakan misal Maryam binti 'Imran yang telah memelihara kesuciannya maka Kami meniupkan ke dalamnya RUH Kami dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh (At-Tahriim, 13).
Jadi, inilah hakikat MESIANISME atau KE-ALMASIH-AN yang dikemukakan Allah Ta'ala di dalam Al-Quran, yang sama sekali bertolak-belakang dengan ajaran yang direkayasa oleh Paulus dalam surat-surat kirimannya tentang TRINITAS atau TRITUNGGAL tentang perpaduan antara "Bapa" (Allah Ta'ala), "Anak" (Yesus Kristus) dan dan "Rohul Qudus" (malaikat Jibril a.s. dalam diri Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus).

Munculnya Pemikiran-pemikiran Sesat

Jadi, kembali kepada berbagai misal (perumpamaan) mengenai keadaan kerohanian manusia sehubungan dengan kedatangan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta'ala kepada mereka (Qs.7:35-37) dan kenapa Allah Ta'ala telah mewajibkan (memerintahkan) kepada seluruh umat manusia untuk beriman kepada pendakwaan Rasul Allah tersebut, dari firman-Nya sebelum ini tentang nasib buruk yang menimpa istri-istri durhaka dari Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s., firman-Nya
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَامْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ(11)
Allah mengemukakan misal (perumpamaan) bagi orang-orang yang ingkar seperti istri Nuh dan istri Luth. Keduanya dibawah pengayoman dua hamba dari hamba-hamba Kami yang shalih, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua itu sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka, "Masuklah kamu berdua ke dalam api bersama orang-orang yang masuk!" (At Tahriim, 11).
Berdasarkan ayat tersebut dapat diketahui bahwa kedudukan para Rasul Allah di kalangan kaumnya adalah seperti kedudukan seorang "suami" terhadap "istrinya". Artinya, apabila kaum tersebut beriman kepada Rasul Allah dan melaksanakan ajarannya maka keadaan mereka akan seperti "istri" yang rahim jasmaninya "dibuahi" oleh "suaminya" sehingga terjadi kehamilan dan akhirnya akan melahirkan bayi yang sempurna keadaannya dan sehat. Yakni keadaan akhlak dan rohani kaum tersebut akan semakin baik keadaannya, dan kaum tersebut akan dianugerahi kehidupan surgawi baik di dalam kehidupan di dunia ini maupun di alam akhirat (Qs.7:97).
Sebaliknya, apabila kaum tersebut mendustakan dan menentang Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka maka keadaan akhlak dan rohani mereka akan semakin rusak, keadaan mereka seperti seorang "istri" yang menolak "rahim jasmaninya dibuahi" oleh "suaminya", sehingga akibatnya yang akan keluar dari rahimnya adalah "darah kotor" (darah haid). Yakni akhlak dan rohani kaum tersebut akan semakin rusak, demikian juga berbagai PEMIKIRAN yang keluar dari otak mereka pun akan KACAU-BALAU dan MENYESATKAN.
Akibatnya, mereka bukan saja akan mendapat azab di dalam kehidupan di alam akhirat nanti tetapi juga di dalam kehidupan di dunia ini pun mereka akan mendapat azab, yaitu sebagaimana yang dialami oleh kaum Nabi Nuh a.s. dan kaum Nabi Luth a.s., termasuk di dalamnya kedua istri durhaka kedua Rasul Allah tersebut.

Kenabian Ummati Di Kalangan Umat Islam &
Perjalanan Terakhir Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Sebagai Al-Masih

Sebaliknya, apabila umat manusia beriman kepada para Rasul Allah – terutama sekali kepada Nabi Besar Muhammad saw. serta benar-benar mentaati Nabi Besar Muhammad saw. (Qs.3:32) -- maka dengan karunia Allah Ta'ala pada akhirnya orang-orang yang bertakwa di antara mereka akan mengalami "kelahiran rohani" dari tingkatan kerohanian Maryam binti 'Imran menjadi tingkatan kerohanian Isa Ibnu Maryam a.s. melalui "tiupan Ruh" dari Allah Ta'ala yakni a akan dianugerahi wahyu Ilahi dengan perantaraan Ruhulqudus, sebagaimana halnya yang terjadi dengan Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ(12)
Dan mengemukakan misal Maryam binti 'Imran yang telah memelihara kesuciannya maka Kami meniupkan ke dalamnya RUH Kami dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh (At-Tahriim, 13).
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman Allah Ta'ala berikut ini mengenai derajat "kenabian ummati" yang tetap terbuka bagi umat Islam:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا(70) ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا(71)
Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah memberikan nikmat yaitu: nabi-nabi dan shiddiq-shiddiq dan saksi-saksi dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah sahabat yang sejati. Ini karunia dari Allah dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui (An-Nisaa, 70-71).
Jadi, itulah faham Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an menurut Al-Quran, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan faham TRINITAS atau TRITUNGGAL sebagaimana yang direkayasa oleh Paulus dalam surat-surat kirimannya. Gelar Al-Masih berasal dari kata masaha, yang artinya antara lain: mengusap, menghapus, membersihkan, meminyaki (mengurapi dengan minyak). Arti lainnya adalah: berkelana, yang suka melancong, banyak bepergian".
Merujuk kepada kenyataan itulah berbagai mukjizat yang diperlihatkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dengan seizin Allah Ta'ala, antara lain berupa menghidupkan orang-orang yang secara rohani telah mati, menyembuhkan orang-orang yang secara rohani menderita sakit kusta, yang menderita lumpuh, yang bisu dan buta mata rohaninya (Qs.3:50; Qs.5:111).
Ada pun yang sangat menarik adalah bahwa proses kehamilan dan kelahiran secara rohani dari tingkatan kerohanian Maryam binti 'Imran ke tingkatan kerohanian Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut diabadikan oleh Allah Ta'ala berupa penyelamatan secara jasmani kedua wujud suci tersebut ke suatu tempat yang tinggi, yang banyak memiliki sumber mata air, firman-Nya:
وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ ءَايَةً وَءَاوَيْنَاهُمَا إِلَى رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ(51)
Dan Kami telah jadikan Isa putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi kekuasaan Kami, dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber mata air bersih yang mengalir (Qs.23:51).
Penyelamatan secara jasmani wujud Al-Masih Isa Ibnu Maryam a.s. dan ibunda beliau Maryam binti 'Imran r.a. di wilayah Kasymir tersebut dengan telak menggugurkan faham TRINITAS (Tritunggal) dan Penebusan Dosa yang direkayasa oleh Paulus dalam berbagai surat-surat kirimannya, sebab terbukti bahwa walau pun benar Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. sempat selama 3 jam mengalami pemakuan di atas tiang salib, akan tetapi beliau a.s. tidak sampai mengalami kematian terkutuk di atas tiang salib sebagaimana yang diinginkan oleh para penentangnya, termasuk oleh Paulus.

"Peniupan Ruh" Allah Ta'ala & Proses Pewahyuan

Dengan demikian jelaslah bahwa kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah sama sekali tidak ada hubungannya dengan ajaran Paulus tentang TRINITAS atau TRITUNGGAL – yakni perpaduan antara "Tuhan Bapa" (Allah Ta'ala), "Tuhan Anak" (Yesus Kristus) dan Rohulqudus, dan tidak ada hubungannya dengan masalah "penebusan dosa warisan akibat pelanggaran Adam dan Hawa di dalam surga".
Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an merupakan salah satu ketetapan Allah Ta'ala, yang erat hubungannya dengan terjadinya proses "kehamilan rohani" dan "kelahiran rohani" yang akan dialami oleh hamba-hamba Allah Ta'ala yang benar-benar memelihara dengan ketat kesucian akhlak dan rohaninya, sehingga akhirnya akan terjadi proses "peniupan Ruh dari Allah" atau pewahyuan (Qs.66:12-13), firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ(29)فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِنْ رُوحِي فَقَعُوا لَهُ سَاجِدِينَ(30)فَسَجَدَ الْمَلَائِكَةُ كُلُّهُمْ أَجْمَعُونَ(31)إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى أَنْ يَكُونَ مَعَ السَّاجِدِينَ(32)
Dan ingatlah ketika Tuhan engkau berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menciptakan manusia dari tanah kering yang berdenting, dari lumpur hitam yang telah diberi bentuk, maka apabila Aku memberinya bentuk yang sempurna dan telah Aku tiupkan Ruh-Ku kepadanya maka jatuhkanlah diri kamu bersujud baginya (kepadanya)", maka bersujudlah malaikat semuanya, kecuali iblis. Ia menolak bersama-sama mereka untuk bersujud (Al-Hijr, 29-32).
"Peniupan Ruh" dari Allah Ta'ala atau pewahyuan tersebut identik dengan diajarkan-Nya rahasia-rahasia Al-Asmaa-ul-Husna (nama-nama terindah) oleh Allah Ta'ala kepada Adam, Khalifah Allah, firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ(31)وَعَلَّمَ ءَادَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(32)قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ(33)قَالَ يَاآدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ(34)وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ(35)
Dan ingatlah ketika Tuhan engkau berfirman kepada malaikat-malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi," Mereka berkata, "Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan akan menumpahkan darah dalam melakukan penentangan kepadanya? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan pujian Engkau dan kami mengkuduskan Engkau." Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia mengemukakannya kepada malaikat-malaikat dan berfirman, "Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama ini jika kamu berkata benar." Mereka berkata, "Mahasuci Engkau, Kami tidak mempunyai ilmu kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." Dia berfirman, "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu., maka tatkala disebutkannya kepada mereka nama-nama itu, Dia berfirman, "Bukankah telah Aku katakan kepada kamu sesungguhnya Aku mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi, dan mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang yang kamu sembunyikan?" Dan ketika Kami berfirman kepada malaikat-malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka semua sujud kecuali iblis. Ia membangkang dan takabbur, dan ia termasuk orang-orang yang ingkar (Al-Baqarah, 31-35).
Firman-Nya lagi:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا(27)إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا(28)لِيَعْلَمَ أَنْ قَدْ أَبْلَغُوا رِسَالَاتِ رَبِّهِمْ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا(29)
Dia-lah Yang mengetahui yang gaib maka Dia tidak menzahirkan rahasia-gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya barisan pengawal para malaikat berjalan di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa sesungguhnya mereka (rasul-rasul) telah menyampaikan risalat-risalat (amanat-amanat) Tuhan mereka, dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka, dan Dia membuat perhitungan tentang segala sesuatu (Al-Jin, 27-29). Lihat pula Qs.3:180.

Penciptaan Langit Baru dan Bumi Baru

Menurut ayat-ayat tersebut, apabila Allah Ta'ala berkehendak menciptakan suatu tatanan kehidupan rohani yang baru di dalam kehidupan manusia – yakni menciptakan bumi baru dan langit baru (Qs.14: 48-50) – senantiasa melalui pengutusan seorang Khalifah-Nya, yakni Rasul Allah. Dan Nabi Adam a.s. merupakan salah seorang dari antara Khalifah Allah, yang pada zamannya berkewajiban menciptakan kehidupan rohani yang baru di kalangan umat manusia.
Merujuk kepada kenyataan itulah maka Allah Ta'ala telah menyatakan bahwa proses penciptaan Isa Ibnu Maryam Israili a.s. sama dengan proses penciptaan Adam, yakni keduanya berasal dari "debu tanah", sehingga tidak ada alasan bagi siapa pun untuk mempertuhankan Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus), firman-Nya:
إِنَّ مَثَلَ عِيسَى عِنْدَ اللَّهِ كَمَثَلِ ءَادَمَ خَلَقَهُ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ(59)
Sesungguhnya misal (perumpamaan) Isa di sisi Allah adalah seperti misal (perumpamaan) Adam, Dia menjadikannya dari debu, kemudian Dia berfirman kepadanya, "Jadilah!" maka jadilah ia. (Aali 'Imran, 60).
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. tanpa ayah seorang laki-laki pun merupakan as-Saa'ah (tanda Kiamat) bagi Bani Israil, yakni sebagai tanda berakhirnya penganugerahan karunia Allah Ta'ala kepada kaum – khususnya karunia kerohanian berupa untaian nikmat-nikmat (Qs.5:21), khususnya nikmat kenabian (Qs.4:70) -- akibat kedurhakaan Bani Israil berulang kali kepada Allah Ta'ala dan para rasul Allah yang dibangkitkan di antara mereka (Qs.2:88-89), sehingga mereka mendapat kutukan dari Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus), firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ(79)كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ(80)تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ(81)
Orang-orang yang ingkar dari antara Bani Israil dikutuk oleh lidah Daud dan Isa Ibnu Maryam. Hal itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah dari kemungkaran yang dikerjakan mereka. Benar-benar sangat buruk apa yang biasa mereka kerjakan. Engkau akan melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang yang ingkar sebagai pelindung. Benar-benar buruk apa-apa yang telah dikirimkan oleh mereka lebih dahulu bagi diri mereka sehingga Allah murka kepada mereka, dan di dalam azab inilah mereka akan kekal (Al-Maidah, 79-81).

BAB V

Al-Quran Tentang Mesianisme &
Hikmah Wafatnya Semua Putera
Nabi Besar Muhammad Saw Di Masa Kecil

Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda, bahwa persamaan antara Bani Ismail (umat Islam) dengan Bani Israil seperti persamaan sepasang sepatu, itulah sebabnya umat Islam pun mempercayai kedatangan Al-Masih Mau'ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan), sebab Nabi Besar Muhammad saw. sendiri – baik dalam Bible maupun dalam Al-Quran – telah disebut sebagai Nabi yang seperti Nabi Musa a.s. (Ul. 18:18-19; Qs. 46:11).
Begitu pula halnya sehubungan dengan akan dibangkitkan-Nya Rasul Allah yang seperti Isa Ibnu Maryam a.s. atau misal Isa Ibnu Maryam a.s. di kalangan Bani Ismail, Allah Ta'ala telah mentakdirkan semua putra laki-laki Nabi Besar Muhammad saw. wafat pada waktu kecil, sehingga oleh kaumnya beliau saw. dituduh sebagai seorang abtar (terputus keturunannya), namun dengan tegas Allah Ta'ala menyatakan bahwa justru para penentang Nabi Besar Muhammad saw. itulah yang akan menjadi abtar (terputus keturunannya – Qs.108:1-4).

Misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. &
Makna Khaataman-Nabiyyiin

Keturunan Nabi Besar Muhammad a.s. yang usianya panjang sehingga ia melahirkan anak-keturunan adalah Siti Fatimah r.a. yang dinikahkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dengan Ali bin Abi Thalib r.a., sehingga dengan demikian hubungan darah keturunan Nabi Besar Muhammad saw. dengan Bani Ismail (bangsa Arab) hanya dari pihak perempuan -- yakni Siti Fatimah r.a. -- sebab semua putra laki-laki Nabi Besar Muhammad saw. wafat pada waktu kecil. Misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s..
Itulah sebabnya ketika orang-orang kafir menuduh Nabi Besar Muhammad saw. telah melanggar adat-istiadat bangsa Arab, karena beliau saw. telah menikahi Siti Zainab r.a., janda dari Zaid bin Haritsah r.a., anak angkat Nabi Besar Muhammad saw. (Qs.33:38-41) -- karena menurut adat istiadat bangsa Arab kedudukan anak angkat sama dengan kedudukan anak kandung, padahal tidak (Qs.33:5-6) – maka Allah Ta'ala telah mengadakan pembelaan terhadap tuduhan dusta orang-orang kafir tersebut bahwa:
1. Menurut Allah Ta'ala kedudukan anak angkat tidak sama dengan kedudukan anak kandung (Qs.33:5-6), oleh karena itu dalam hukum Islam (Al-Quran) tidak ada larangan (diperbolehkan) seorang laki-laki Muslim menikahi bekas istri (janda) dari anak angkatnya. Itulah sebabnya Allah Ta'ala telah menikahkan Nabi Besar Muhammad saw. dengan Siti Zainab r.a. setelah dicerai oleh Zaid bin Haritsah r.a., anak angkat beliau saw. (Qs.33:38-40).
2. Berbeda dengan para Rasul Allah sebelumnya yang diutus Allah Ta'ala hanya kepada kaumnya saja (Qs.61:7), Nabi Besar Muhammad saw. diutus oleh Allah Ta'ala sebagai Rasul Allah untuk seluruh umat manusia (Qs.7:159; Qs.21:108; Qs.25:2; Qs.34:29), oleh karena itu hubungan antara Nabi Besar Muhammad saw. dan para istri beliau saw. dengan orang-orang Islam bersifat seperti hubungan antara "orang-tua" dengan "anak-anaknya", sehingga sepeninggal Nabi Besar Muhammad saw. Allah Ta'ala melarang orang-orang beriman menikahi istri-istri Nabi Besar Muhammad swa. (Qs.33:54), firman-Nya:
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ وَأَزْوَاجُهُ أُمَّهَاتُهُمْ وَأُولُو الْأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُهَاجِرِينَ إِلَّا أَنْ تَفْعَلُوا إِلَى أَوْلِيَائِكُمْ مَعْرُوفًا كَانَ ذَلِكَ فِي الْكِتَابِ مَسْطُورًا(7)
Nabi itu lebih dekat kepada orang-orang mukmin daripada kepada diri mereka sendiri, dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. Dan keluarga yang sedarah hak-hak mereka adalah lebih dekat satu sama lain menurut Kitab Allah daripada orang-orang mukmin dan orang-orang Muhajir, kecuali jika kamu berbuat kebaikan terhadap sahabat kamu. Yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab Allah (Al-Ahzab, 7).
3. Dalam rangka lebih menegaskan pembelaan-Nya terhadap kesucian akhlak dan rohani Nabi Besar Muhammad saw. selanjutnya Allah Ta'ala berfirman:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا(41)
Muhammad bukanlah bapak salah seorang di antara laki-laki kamu, akan tetap ia adalah Rasul Allah dan Khaataman-Nabiyyiin (Meterai para Nabi), dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu (Al Ahzab, 41).
Apabila kata Khaataman-Nabiyyiin hanya diartikan Nabi Terakhir atau Penutup Nabi-nabi maka pembelaan Allah Ta'ala dalam ayat tersebut terhadap kesucian akhlak dan rohani Nabi Besar Muhammad saw. menjadi tidak optimal, sebab tidak setiap "yang terakhir" pasti merupakan "yang terbaik."
Tetapi tidak demikian halnya jika makna yang benar dari Khaataman-Nabiyyiin dalam ayat tersebut adalah "Meterai Nabi-nabi" atau "Perhiasan nabi-nabi" atau arti-arti lainnya yang menggambarkan puncak kesempurnaan, sehingga dengan demikian tahapan-tahapan pembelaan Allah Ta'ala tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Hai orang-orang kafir bangsa Arab, bukankah kalian sendiri yang telah menuduh Muhammad saw. sebagai seorang abtar (terputus keturunannya – Qs.108:1-4) ketika semua anak laki-lakinya meninggal dunia pada waktu kecil? Oleh karena itu tuduhan kalian – bahwa Muhammad saw. telah melakukan suatu kesalahan besar karena dia telah menikahi janda dari anak-kandungnya sendiri -- sama sekali tidak benar, sebab Muhammad saw. bukan ayah dari salah seorang laki-laki bangsa Arab mana pun, dan dia bukan pula bapak kandung Zaid bin Haritsah, melainkan dia hanyalah sebagai ayah angkat dari Zaid bin Haritsah, padahal kedudukan anak angkat tidak sama dengan kedudukan anak kandung (Qs.33:5-6)
2. Hai orang-orang kafir bangsa Arab, bagaimana mungkin Muhammad saw. dalam kedudukan mulianya sebagai seorang Rasul Allah (Utusan Allah) akan melakukan tindakan-tindakan mengikuti keinginan hawa-nafsunya sendiri (Qs.53:3-5)? Ketahuilah, Aku sendirilah yang telah menikahkan Muhammad saw. dengan Siti Zainab, janda dari anak-angkatnya itu, supaya tidak menjadi keberatan (tidak berdosa) bagi orang-orang lain yang melakukan hal yang sama (Qs.33:38), sebab antara bapak angkat dengan anak angkat sama sekali tidak memiliki pertalian darah, sehingga tidak akan terjadi kekacauan dalam masalah hubungan darah jika seorang laki-laki (ayah angkat) menikahi janda (bekas istri) anak angkatnya (Qs.4:24-26).
3. Hai orang-orang kafir bangsa Arab, kedudukan mulia Muhammad saw. bukan hanya sekedar Rasul Allah hanya untuk bangsa Arab saja, sebab dia adalah seorang Rasul Allah untuk seluruh umat manusia (Qs.7:159; Qs.21:108; Qs.25:2; Qs.34:29) yang mengemban agama terakhir (agama Islam) dan Kitab Suci terakhir (Al-Quran – Qs.5:4) yang berlaku sampai Hari Kiamat. Oleh karena itu Muhammad saw. sebagai seorang Rasul Allah dia berkewajiban untuk mengamalkan secara sempurna semua hukum-hukum Islam (Al-Quran) tersebut (Qs.3:32-33) agar orang-orang yang beriman dapat melaksanakan hukum-hukum Islam (Al-Quran) tersebut dalam kehidupannya -- walau pun hukum-hukum Islam (Al-Quran) yang diperagakan oleh Muhammad saw. tersebut menjadi batu sandungan yang menggelincirkan bagi orang-orang yang hatinya berpenyakit -- contohnya pernikahannya dengan Siti Zainab yang kalian cela habis-habisan sebagai suatu tindakan tidak-bermoral, karena bertentangan dengan adat-istiadat jahiliyah kalian, firman-Nya:
مَا كَانَ عَلَى النَّبِيِّ مِنْ حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ اللَّهُ لَهُ سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا(39)الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالَاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا(40)
Tidak ada suatu keberatan atas Nabi tentang apa yang telah diwajibkan Allah kepadanya. Inilah sunnah Allah yang Dia tetapkan terhadap orang-orang yang telah berlalu sebelumnya. Dan perintah Allah adalah suatu keputusan yang telah ditetapkan. Orang-orang yang menyampaikan amanat Allah dan takut kepada-Nya, dan mereka tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Penghisab (Al Ahzab, 39-40).
4. Hai orang-orang kafir bangsa Arab, apabila agama Islam (Al-Quran) diturunkan (diserahkan) kepada para Rasul Allah yang diutus sebelum Muhammad saw. – termasuk Musa a.s. dan Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) -- mereka semua tidak akan mampu memikul amanat Islam (Al-Quran) dengan sempurna (Qs.143-145; Qs.33:73-74; Ulangan 18:18-19; Yoh 16:12-13), itulah sebabnya Muhammad saw. dalam kedudukan mulianya sebagai Rasul Allah pengemban amanat-syariat terakhir dan tersempurna dia pun merupakan KHAATAMAN-NABIYYIIN (Meterai para Nabi/Perhiasan Para Nabi). Oleh karena itu mustahil Muhammad saw. melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji seperti yang kalian tuduhkan terhadapnya.
Itulah tahapan-tahapan pembelaan yang dikemukakan Allah Ta'ala tentang kesempurnaan kedudukan Nabi Besar Muhammad saw. sebagai Rasul Allah untuk seluruh umat manusia yang diberi gelar KHAATAMAN-NABIYYIIN oleh Allah Ta'ala.
Kalau pun Khaataman-Nabiyyyiin diartikan "Penutup Nabi-nabi" maka maksudnya adalah "penutup Nabi-nabi yang membawa syariat" (Qs.5:4), bukan "nabi terakhir" atau "nabi penutup" dalam arti bahwa Allah Ta'ala tidak akan pernah mengutus nabi (rasul) macam apa pun setelah Nabi Besar Muhammad saw., sebab hal itu bertentangan dengan:
1. Wasiyat Allah Ta'ala kepada Bani Adam tentang kesinambungan kedatangan Rasul-rasul yang akan datang dari antara mereka (Qs.7:35-37).
2. Dengan kepercayaan umunnya umat beragama yang mempercayai kedatangan Rasul Akhir Zaman dengan nama yang berlainan (Qs.61:10).
3. Pembelaan Allah Ta'ala yang menolak tuduhan para pemimpin kaum kafir bangsa Arab bahwa Nabi Besar Muhammad saw. adalah seorang abtar (terputus keturunannya – Qs.108-104), sebab terbukti beliau saw. terbukti bukan saja tidak memiliki anak laki-laki yang berusia panjang tetapi juga beliau saw. tidak memiliki "anak-anak rohani" sehingga "kebapak-rohanian" beliau saw. pun (Qs.33:7) juga abtar (terputus). Padahal dengan tegas Allah Ta'ala telah menyatakan bahwa barangsiapa patuh taat kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya (Rasulullah saw.) maka mereka akan termasuk orang-orang yang yang mendapat nikmat dari Allah Ta'ala, yaitu: nabi-nabi, shiddiq-shiddiq, syuhada, orang-orang shalih, (Qs.1:6-7; Qs.4:70-71). Di luar keempat golongan yang mendapat nikmat dari Allah Ta'ala tersebut adalah maghdhuub (orang yang dimurkai) dan dhaalliin (orang yang sesat). Benarkah Nabi Besar Muhammad saw. dan ajaran Islam (Al-Quran) hanya menghasilkan "maghdhuub" (orang-orang yang dimirkai) dan "dhalliin" (orang-orang sesat) saja?

Tanda Saat (Tanda Kiamat) Bagi Bani Ismail (Bangsa Arab)

Dari pembelaan Allah Ta'ala tersebut jelas sekali bahwa adanya hubungan darah antara Nabi Besar Muhammad saw. dengan bangsa Arab (Bani Ismail) menjadi tidak penting, karena para pemimpin kekafiran bangsa Arab sendirilah yang telah menuduh beliau saw. sebagai seorang abtar (terputus keturunannya – Qs.108:1-4).
Itulah sebabnya Allah Ta'ala dan Nabi Besar Muhammad saw. bukan saja telah mengumpamakan kedatangan Rasul Akhir Zaman yang akan dibangkitkan dari kalangan umat Islam sebagai MISAL kedatangan Isa Ibnu Maryam a.s., demikian juga ketika menjawab pertanyaan Abu Hurairah r.a. tentang surah Al-Jumu'ah ayat 2-5 sehubungan dengan "pengutusan kedua kali beliau saw. di kalangan kaum aakhariina minhum", maka beliau saw. telah merujuk kepada sahabat Salman Al-Farsi r.a. yang berkebangsaan Farsi (Iran) ketika beliau saw. menjelaskan seorang laki-laki yang akan membawa turun kembali keimanan dari bintang Tsurraya (Bukhari, bab tafsir Surah Al-Jumu'ah), firman-Nya:
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ(58)وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ(59)إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ(60)وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ(61)وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ(62)
Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau ingar-bingar mengajukan bantahan terhadapnya, dan mereka berkata, "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak mengemukakan hal itu kepada engkau kecuali perbantahan semata. bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Tidaklah dia kecuali seorang hamba yang Kami telah menganugerahkan karunia kepadanya, dan Kami menjadikan dia (Isa Ibnu Maryam) suatu misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, dan sesungguhnya ia benar-benar merupakan ilmu (tanda) Saat maka janganlah kamu ragu-ragu tentang itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus (Az-Zukhruf, 58-62).
Firman-Nya lagi:
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ(2)هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ(3)وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(4)ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ(5)
Bertasbih kepada Allah apa pun yang ada di seluruh langit dan apa pun yang ada di bumi, Yang Maha Berdaulat, Maha Suci, Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dia-lah Yang telah membangkitkan di tengah-tengah bangsa yang buta-huruf seorang rasul dari antara mereka, yang membacakan kepada mereka Tanda-tanda-Nya, dan mensucikan mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah, walau pun sebelumnya mereka berada dalam kesesatan yang nyata. Dan Dia akan membangkitkannya lagi pada kaum lain dari antara mereka, yang belum bertemu dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Itulah karunia Allah, Dia menganugerahkannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar (Al-Jumu'ah, 2-5).
Oleh karena apabila dalam kenyataannya Rasul Allah yang diutus di Akhir Zaman ini tidak sepenuhnya berdarah Arab – karena hubungan darahnya dengan bangsa Arab hanya melalui Siti Fatimah r.a. saja, seperti halnya hubungan darah Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) dengan Bani Israil hanya melalui ibunda beliau saja, Siti Maryam r.a – maka semua itu terjadi adalah akibat penolakan para pemimpin kekafiran bangsa Arab sendiri terhadap pendakwaan Nabi Besar Muhammad saw.. dan mereka sangat gembira ketika semua putra laki-laki beliau saw. wafat sewaktu masih anak-akan, sehingga mereka telah menuduh Nabi Besar Muhammad saw. sebagai abtar (terputus keturunannya – Qs.108:1-4).
Dengan demikian genaplah sabda Nabi Besar Muhammad saw. mengenai adanya persamaan antara Bani Israil dengan Bani Ismail, persis seperti "persamaan sepasang sepatu", termasuk persamaan kedua keturunan Nabi Ibrahim a.s. dalam hal melakukan penentangan keras terhadap Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) dan terhadap misal Isa Ibnu Maryam a.s., sebagaimana firman-Nya sebelum ini:
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ(58)وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ(59)إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ(60)وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ(61)وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ(62)
Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai MISAL (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau ingar-bingar mengajukan bantahan terhadapnya, dan mereka berkata, "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak mengemukakan hal itu kepada engkau kecuali perbantahan semata. bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Tidaklah dia kecuali seorang hamba yang Kami telah menganugerahkan karunia kepadanya, dan Kami menjadikan dia (Isa Ibnu Maryam) suatu misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, dan sesungguhnya ia benar-benar merupakan ILMU SAAT (Tanda Kiamat) maka janganlah kamu ragu-ragu tentang itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus (Az-Zukhruf, 58-62).

Perumpamaan Gadis-gadis Yang Bijaksana &
Gadis-gadis Yang Bodoh

Sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab III: Mesianisme Dalam Dunia Agama, walau pun Allah Ta'ala di dalam Al-Quran membenarkan masalah Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an (Qs.3:43-55; Qs. 66:11-13) tersebut, akan tetapi makna dari Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an yang dikemukakan Al-Quran bertentangan dengan faham Trinitas atau Tritunggal yang direkayasa oleh Paulus dan para pengikut ajarannya (Qs.4:172; Qs.5:18, 73 &117-119; Qs.9:30; Qs.19:112; Qs.18:2-6; Qs.19:36 & 89-94; Qs. 21:27; Qs.25:3; Qs.39:5; Qs.72:4).
Dalam firman Allah Ta'ala berikut ini dikemukakan mengenai hubungan kerohanian antara para Rasul Allah dengan kaumnya, yaitu seperti hubungan antara suami (laki-laki) dengan istri (perempuan), firman-Nya:
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ كَفَرُوا اِمْرَأَةَ نُوحٍ وَامْرَأَةَ لُوطٍ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتَاهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللَّهِ شَيْئًا وَقِيلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِينَ(11)
Allah mengemukakan misal (perumpamaan) bagi orang-orang yang ingkar seperti istri Nuh dan istri Luth. Keduanya dibawah pengayoman dua hamba dari hamba-hamba Kami yang shalih, tetapi keduanya berbuat khianat kepada kedua suami mereka, maka mereka berdua itu sedikit pun tidak dapat membela kedua istri mereka di hadapan Allah, dan dikatakan kepada mereka, "Masuklah kamu berdua ke dalam api bersama orang-orang yang masuk!" (At Tahriim, 11).
Jadi, menurut ayat tersebut bahwa kedudukan para Rasul Allah di kalangan kaumnya adalah seperti kedudukan seorang "suami" terhadap "istrinya". Artinya, apabila kaum tersebut beriman kepada Rasul Allah dan melaksanakan ajarannya maka akan terjadi "pembuahan rohani" berupa semakin baiknya keadaan akhlak dan rohani kaum tersebut, yakni seperti "rahim" yang melahirkan bayi yang sempurna keadaannya.
Sebaliknya, apabila kaum tersebut mendustakan dan menentang Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka – seperti istri-istri durhaka dari Nabi Nuh a.s. dan Nabi Luth a.s. -- maka keadaan akhlak dan rohani mereka akan semakin rusak – seperti darah kotor yang keluar dari rahim -- dan akibatnya mereka akan mendapat azab di dalam kehidupan di alam di dunia ini juga.
Merujuk kepada kenyataan itu pulalah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) pun dalam Bible telah mengemukakan perumpamaan tentang 5 gadis yang bijaksana dan 5 gadis yang bodoh berkenaan dengan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta'ala kepada mereka, yang diumpamakan sebagai mempelai laki-laki:
"Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh GADIS, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong MEMPELAI LAKI-LAKI. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Gadis-gadis yang bodoh itu membawa pelitanya, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga membawa minyak dalam buli-buli mereka. Tetapi karena MEMPELAI itu lama tidak datang-datang juga, mengantuklah mereka semua lalu tertidur. Waktu tengah malam terdengarlah suara orang berseru: MEMPELAI datang! Songsonglah dia! GADIS-GADIS itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada gadis-gadis yang bijaksana: "Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam". Tetapi jawab gadis-gadis yang bijaksana itu: "Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ." Akan tetapi, waktu mereka sedang pergi untuk membelinya, datanglah MEMPELAI itu dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama-sama dengan dia ke ruang perjamuan kawin, lalu pintu ditutup. Kemudian datang juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata: "Tuan, tuan, bukakanlah kami pintu!" Tetapi ia menjawab: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya AKU TIDAK MENGENAL KAMU". Karena itu berjaga-jagalah sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya (Matius 25:1-13).
Demikian juga Yohanes dalam Kitab Wahyu 21:1-9 berkenaan dengan "langit yang baru" dan "bumi yang baru" telah mengumpamakan "Yerusalem Baru" sebagai "pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya" atau sebagai "pengantin perempuan mempelai Anak Domba."
Bandingkan keadaan "Yerusalem yang baru" tersebut dengan keluhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) terhadap sikap buruk "Yerusalem lama" yang justru telah membunuh dan melempari dengan batu "suaminya" – yakni nabi-nabi dan orang-orang yang diutus kepadanya -- sehingga akibatnya Allah Ta'ala menghancur-luluhkan "Yerusalem Lama" melalui serangan dahsyat tentara kerajaan Romawi pimpinan Titus pada th. 70 (Mat 23:37-39 & Mat 24:1-28)

Misal Istri Fir'aun Yang Shalihah &
Misal Maryam Binti 'Imran Yang Menjaga Kesucian Dirinya

Perumpamaan selanjutnya yang dikemukakan oleh Al-Quran adalah mengenai "gadis-gadis yang bijaksana" atau "mempelai perempuan yang berhias untuk suaminya", yakni orang-orang yang beriman kepada Rasul Allah yang diutus di kalangan mereka, firman-Nya:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ ءَامَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ(11)
Dan Allah mengemukakan misal bagi orang-orang yang beriman seperti istri Fir'aun ketika ia berkata, "Wahai Tuhan-ku, buatkanlah bagiku di sisi Engkau sebuah rumah di surga, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang aniaya" (At-Tahriim, 12).
Apabila orang-orang yang beriman tersebut tetap bersabar menghadapi berbagai ujian keimanan yang berat – sebagaimana yang biasa terjadi pada para pengikut Rasul Allah dari zaman ke zaman -- maka keadaan akhlak dan rohani mereka akan akan meningkat kepada tingkatan kerohanian Maryam binti 'Imran yang dengan ketat memelihara kesucian dirinya.
Pada tingkatan kerohanian Maryam binti 'Imran inilah – sebagaimana Maryam binti 'Imran kemudian mengalami kehamilan akibat "tiupan Ruh" dari Allah Ta'ala dan kemudian melahirkan Isa Ibnu Maryam a.s. -- maka demikian pula halnya orang-orang bertakwa yang telah meraih tingkatan kerohanian Maryam binti 'Imran pun pada akhirnya mereka akan mengalami suatu peningkatan kerohanian yang diumpamakan dengan "kehamilan Maryam binti 'Imran" melalui "tiupan Ruh" dari Allah Ta'ala lalu akan terjadi "kelahiran rohani baru" yang diumpamakan dengan kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah, firman-Nya:
وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ(12)
Dan seperti Maryam binti 'Imran yang telah memelihara kesuciannya maka Kami meniupkan ke dalamnya Ruh Kami, dan ia menggenapi firman Tuhan-nya dan Kitab-kitab-Nya, dan ia termasuk orang-orang yang patuh (At-Tahriim, 13).
Itulah hakikat yang sebenarnya dari Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an yang dikemukakan Allah Ta'ala dalam Al-Quran, dan itulah sebabnya pula Allah Ta'ala maupun Nabi Besar Muhammad saw. telah memberitahukan mengenai pengutusan Al-Masih Mau'ud a.s. yang akan dibangkitkan dari kalangan umat Islam (Qs.3:32, 86; Qs.4:70-71; Qs.11:18; Qs.62:3-5; Qs.85:2-4), bukan dari kalangan Non-Muslim mana pun (Qs.3:20 & 86; Qs.5:9; Qs.7:30; Qs.22:79).

Penyelamatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Dan Ibundanya
Ke Sebuah "Tempat Yang Tinggi"

Ada pun yang sangat menarik dari proses kelahiran rohani dari tingkatan kerohanian Maryam binti 'Imran menjadi tingkatan kerohanian Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut adalah bahwa posisi "orang-orang yang beriman" sebagai "perempuan" yang "rahimnya" (hatinya) mendapat "pembuahan" berupa "peniupan Ruh Allah Ta'ala" – yakni wahyu Ilahi -- berubah menjadi "laki-laki" yang mampu memberikan "pembuahan" kepada "rahim" (hati) orang-orang yang beriman kepadanya.
Jadi, itulah faham Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an menurut Al-Quran, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan faham Trinitas atau Tritunggal sebagaimana yang dikemukakan oleh Paulus dalam surat-surat kirimannya. Dan merujuk kepada kenyataan itulah berbagai mukjizat yang diperlihatkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dengan seizin Allah Ta'ala, yang digambarkan antara lain berupa menghidupkan orang-orang yang secara rohani telah mati, menyembuhkan orang-orang yang secara rohani menderita sakit kusta, yang menderita lumpuh dalam melakukan amal shalih, yang bisu dari berbicara tentang kebenaran, dan yang buta mata rohaninya (Qs.3:50; Qs.5:111).
Hal menarik lainnya dari proses peningkatan kerohanian dari tingkatan kerohanian Maryam binti 'Imran ke tingkapan kerohanian Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut adalah betapa Allah Ta'ala telah mengabadikannya berupa penyelamatan kedua wujud suci tersebut secara jasmani ke suatu tempat yang tinggi yang subur serta banyak memiliki sumber mata air, setelah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. selamat dari upaya pembunuhan melalui penyaliban, firman-Nya:
وَجَعَلْنَا ابْنَ مَرْيَمَ وَأُمَّهُ ءَايَةً وَءَاوَيْنَاهُمَا إِلَى رَبْوَةٍ ذَاتِ قَرَارٍ وَمَعِينٍ(51)
Dan Kami telah jadikan Isa putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi kekuasaan Kami, dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber mata air bersih yang mengalir (Qs.23:51).

Kenabian Ummati & Tanda Penghinaan Dari Allah Ta'ala

Hakikat Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an atau Ke-Mahdi-an menurut Al-Quran tersebut memungkinkan orang-orang yang bertakwa dapat meraih martabat kenabian ummati, firman-Nya:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا(70) ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا(71)
Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul ini maka mereka akan termasuk di antara orang-orang yang kepada mereka Allah memberikan nikmat yaitu: nabi-nabi dan shiddiq-shiddiq dan saksi-saksi dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah sahabat yang sejati. Ini karunia dari Allah dan cukuplah Allah Yang Maha Mengetahui (An-Nisaa, 70-71).
Pendek kata, kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. tanpa ayah sama sekali tidak ada hubungannya dengan masalah keberadaan 3 oknum Tuhan yang berpadu menjadi "satu Tuhan" – yakni Trinitas atau Tritunggal -- melainkan menurut Allah Ta'ala merupakan as- Saa'ah (Tanda Saat/Kiamat), firman-Nya:
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ(58)وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ(59)إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ(60)وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ(61)وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ(62)
Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau ingar-bingar mengajukan bantahan terhadapnya, dan mereka berkata, "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak mengemukakan hal itu kepada engkau kecuali perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Tidaklah dia kecuali seorang hamba yang Kami telah menganugerahkan karunia kepadanya, dan Kami menjadikan dia (Isa Ibnu Maryam) suatu misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, dan sesungguhnya ia benar-benar merupakan ilmu (tanda) Saat maka janganlah kamu ragu-ragu tentang itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus (Az-Zukhruf, 58-62).
Jadi, sebagaimana telah dikemukakan pada Bab-Bab sebelumnya, bahwa pada hakikatnya kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah merupakan tanda penghinaan dari Allah Ta'ala terhadap kaum laki-laki Bani Israil bahwa akibat kedurhakaan berulang kali yang mereka lakukan kepada Allah Ta'ala dan kepada para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka maka mereka tidak layak menjadi "ayah seorang Nabi Allah", sehingga Rasul Allah terakhir yang dibangkitkan di kalangan mereka dilahirkan tanpa memiliki ayah dari kalangan kaum laki-laki Bani Israil, karena ibunya merangkap sebagai ayahnya, itulah sebabnya Allah Ta'ala telah memberi nama Isa Ibnu Maryam (Isa anak Maryam), dan diberi gelar Al-Masih.
Munculnya ajaran Trinitas atau Tritunggal yang direkayasa oleh Paulus -- sehubungan dengan kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. tanpa ayah -- tersebut, erat pula kaitannya dengan kepercayaan keliru mengenai "diangkatnya" Rasul Allah hidup-hidup ke atas langit dengan tubuh jasmaninya.
Menurut keterangan Bible, Nabi Elia a.s. (Ilyas a.s.) sebelumnya telah naik ke langit mengendarai kuda berapi dan kereta berapi (II Raj 2:1-12), demikian pula Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus a.s.) pun setelah mengalami persitiwa penyaliban dipercayai telah terangkat ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah (Mark16:19).
Demikian juga umumnya umat Islam -- berdasarkan ayat بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا -- bahkan Allah telah mengangkatnya kepada-Nya, dan adalah Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana (Qs.4:159) -- mereka mempercayai bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah diangkat hidup-hidup ke langit oleh Allah Ta'ala, karena menurut mereka yang disalibkan bukan beliau a.s. melainkan Yudas Iskariot, murid Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang berkhianat kepada beliau a.s., setelah wajahnya diserupakan dengan wajah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.4:158), sehingga dengan demikian sempurnalah persamaan antara keadaan umat Islam dengan umat Yahudi dan Nasrani seperti persamaan sepasang sepatu, sebagaimana disabdakan oleh Nabi Besar Muhammad saw..



BAB VI

Ajal (Batas Waktu) Setiap Umat

Allah Ta'ala telah berfirman dalam Al-Quran bahwa setiap umat (kaum) memiliki ajal (batas waktu), sehingga tidak ada satu umat (kaum) pun yang oleh Allah Ta'ala telah ditetapkan sebagai "kaum terpilih" pada zamannya akan selamanya berkedudukan sebagai "kaum terpilih", termasuk Bani Israil maupun Bani Ismail, firman-Nya:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ(35)يَابَنِي ءَادَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَاتِي فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(36)وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(37)
Bagi tiap-tiap umat ada ajal (batas waktu), maka apabila datang ajal (batas waktu) mereka, tidak dapat mereka mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya. Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan kepada kamu Tanda-tanda-Ku maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri tidak akan ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan Tamda-tanda Kami dan berkaku takabbur terhadapnya mereka itu penghuni api, mereka akan kekal di dalamnya (Al-A'raf, 335-37).
Berikut adalah beberapa kaum yang pada masanya pernah berkedudukan sebagai "kaum pilihan Allah Ta'ala", (1) kaum Nabi Adam a.s., (2) kaum Nabi Nuh a.s., (3) kaum 'Aad, (4) kaum Tsamud, (5) kaum Midian, (6) Bani Israil – yang kemudian kedudukannya sebagai "kaum pilihan Allah Ta'ala" digantikan oleh Bani Ismail (umat Islam) -- firman-Nya:
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِنْ بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَءَاتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَى أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ(88)وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ لَعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلًا مَا يُؤْمِنُونَ(89)
Dan sungguh Kami benar-benar telah memberikan Al-Kitab kepada Musa dan Kami mengikutkan rasul-rasul di belakangnya, dan Kami memberikan kepada Isa ibnu Maryam Tanda-tanda yang nyata, dan Kami memperkuatnya dengan Ruhulqudus (Ruh suci). Maka apakah setiap datang kepada kamu seorang rasul yang membawa ajaran yang tidak disukai oleh diri kamu, kamu bersikap takabbur terhadapnya, dan sebagian kamu dustakan dan sebagian lainnya kamu bunuh? Dan mereka berkata, "Hati kami tertutup!" Tidak demikian, bahkan Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka, maka sedikit sekali mereka yang beriman (Al-Baqarah, 88-89).
Merujuk kepada ajal (batas-waktu) yang telah ditetapkan Allah Ta'ala bagi setiap umat itu pulalah makna dari kedatangan Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) mau pun kedatangan misal Isa Ibnu Maryam a.s. sebagai As-Saa'ah (Tanda Saat/Tanda Kiamat) baik bagi Bani Israil maupun bagi Bani Ismail, firman-Nya:
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ(58)وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ(59)إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ(60)وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ(61)وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ(62)
Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau ingar-bingar mengajukan bantahan terhadapnya, dan mereka berkata, "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak mengemukakan hal itu kepada engkau kecuali perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Tidaklah dia kecuali seorang hamba yang Kami telah menganugerahkan karunia kepadanya, dan Kami menjadikan dia (Isa Ibnu Maryam) suatu misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, dan sesungguhnya ia benar-benar merupakan ilmu (tanda) Saat maka janganlah kamu ragu-ragu tentang itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus (Az-Zukhruf, 58-62).

Kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

Akibat kedurhakaan yang senantiasa dilakukan oleh orang-orang yang ingkar di kalangan Bani Israil terhadap Allah Ta'ala dan terhadap para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka – mulai dari pengutusan Nabi Musa a.s. sampai dengan pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus Kristus) -- maka Bani Israil dari "bangsa pilihan Tuhan" telah menjadi "bangsa yang senantiasa mendapat kemurkaan Allah Ta'ala" (Qs.1:7).
Bahkan mereka bukan saja menjadi "kaum yang dimurkai Allah Ta'ala" (Qs.1:7), mereka pun menjadi "kaum yang terkutuk", sebab mereka mendapat kutukan dari Allah Ta'ala dan juga mereka mendapat kutukan dari para Rasul Allah yang diibangkitkan di antara mereka, khususnya mereka mendapat kutukan dari Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Israili (Yesus Kristus), firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ(79)كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ(80)تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ(81)
Orang-orang yang ingkar dari antara Bani Israil dikutuk oleh lidah Daud dan Isa Ibnu Maryam. Hal itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah dari kemungkaran yang dikerjakan mereka. Benar-benar sangat buruk apa yang biasa mereka kerjakan. Engkau akan melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang yang ingkar sebagai pelindung. Benar-benar buruk apa-apa yang telah dikirimkan oleh mereka lebih dahulu bagi diri mereka sehingga Allah murka kepada mereka, dan di dalam azab inilah mereka akan kekal (Al-Maidah, 79-81).
Di dalam Al-Quran pun Allah Ta'ala telah menyatakan mereka (orang-orang Yahudi) sebagai "pohon terkutuk", sebab ulah-ulah buruk mereka senantiasa menimbulkan penderitaan kepada umumnya umat manusia, khususnya kepada umat Islam. Dalam Al-Quran berulang kali orang-orang Yahudi telah dinyatakan oleh Allah Ta'ala sebagai orang-orang yang dikutuk oleh-Nya (Qs.5:14, 61, 65 & 79), firman-Nya:
وَإِذْ قُلْنَا لَكَ إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِالنَّاسِ وَمَا جَعَلْنَا الرُّؤْيَا الَّتِي أَرَيْنَاكَ إِلَّا فِتْنَةً لِلنَّاسِ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُونَةَ فِي الْقُرْءَانِ وَنُخَوِّفُهُمْ فَمَا يَزِيدُهُمْ إِلَّا طُغْيَانًا كَبِيرًا(61)
Dan ketika Kami berfirman kepada engkau, "Sesungguhnya Tuhan engkau telah mengepung orang-orang ingkar ini dengan kebinasaan." Dan Kami tidak menjadikan rukya (penglihatan rohani) yang telah Kami perlihatkan kepada engkau kecuali sebagai fitnah (ujian) bagi manusia, dan begitu pula pohon terkutuk dalam Al-Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka tetapi itu tidak menambah kepada mereka kecuali kedurhakaan amat besar (Bani Israil, 61).

Wasiyat Allah Ta'ala Kepada Bani Adam

Merujuk kepada kenyataan itulah Allah Ta'ala telah menyatakan bahwa setiap umat (kaum) memiliki ajal (batas waktu), sehingga tidak ada satu umat (kaum) pun yang oleh Allah Ta'ala telah ditetapkan sebagai "kaum terpilih" pada zamannya akan selamanya berkedudukan sebagai "kaum terpilih", firman-Nya:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ(35)يَابَنِي ءَادَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَاتِي فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(36)وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(37)
Bagi tiap-tiap umat ada ajal (batas waktu), maka apabila datang ajal (batas waktu) mereka, tidak dapat mereka mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya. Hai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan kepada kamu Tanda-tanda-Ku maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri tidak akan ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan Tamda-tanda Kami dan berkaku takabbur terhadapnya mereka itu penghuni api, mereka akan kekal di dalamnya (Al-A'raf, 335-37).
Penggunaan kalimat seruan "Hai Bani Adam" dalam ayat tersebut mengandung 2 arti:
(1) Merujuk kepada umat manusia seluruhnya sampai dengan Hari Kiamat, seperti firman-Nya berikut ini:
يَابَنِي ءَادَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ ءَايَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ(27)يَابَنِي ءَادَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ(28)وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا ءَابَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا قُلْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ(29)قُلْ أَمَرَ رَبِّي بِالْقِسْطِ وَأَقِيمُوا وُجُوهَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَادْعُوهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ كَمَا بَدَأَكُمْ تَعُودُونَ(30)فَرِيقًا هَدَى وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيْهِمُ الضَّلَالَةُ إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ(31)يَابَنِي ءَادَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ(32) "Hai Bani Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu pakaian penutup aurat kamu sebagai perhiasan, sedangkan pakaian takwa itulah yang terbaik. Hal itu sebagian dari Tanda-tanda Allah supaya mereka mendapat nasihat. Hai Bani Adam, janganlah kamu membiarkan syaitan menggoda kamu sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua orang tua kamu dari surga, ia menanggalkan pakaian kedua mereka itu untuk menampakkan kepada kepada mereka itu aurat mereka. Sesungguhnya ia dan suku-bangsanya melihat kamu dari tempat yang kamu tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu sahabat-sahabat orang-orang yang tidak beriman. Dan apabila mereka mengerjakan suatu kekejian mereka berkata, "Kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya dan Allah memerintahkan kami seperti itu pula". Katakanlah, "Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan berbuat keji. Apakah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. Katakanlah, "Tuhan-ku memerintahkan berbuat adil, dan tegakkanlah perhatian kamu di setiap tempat ibadah dan serulah Dia dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Sebagaimana Dia memulai menciptakan kamu demikian pula kamu akan kembali kepada-Nya. Satu golongan telah Dia beri petunjuk dan segolongan lain telah pasti atas mereka kesesatan. Sesungguhnya mereka itu mengambil syaitan-syaitan menjadi sahabat-sahabat selain Allah, dan mereka menduga bahwasanya mereka telah mendapat petunjuk. Hai Bani Adam, pakailah perhiasan kamu di setiap tempat ibadah dan makanlah dan minumlah tetapi jangan berlebihan, sesungguhnya Dia tidak mencintai orang-orang yang berlebih-lebihan (Al-A'raaf, 27-32).
(2) Merujuk kepada orang-orang beriman atau kepada umat beragama keturunan Nabi Adam a.s., yang dengan mereka Allah Ta'ala telah mengikat perjanjian mengenai kedatangan para Rasul Allah yang akan dibangkitkan di kalangan mereka, yang akan mengajarkan kepada mereka supaya hanya menyembah Allah Ta'ala dan menjauhi syirik (kemusyrikan – Qs.10:48; Qs. 13:8; 35:25; Qs.16:37), sebab Allah Ta'ala telah menanamkan dalam setiap jiwa (ruh) manusia Tauhid, firman-Nya:
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ءَادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ(173)أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ ءَابَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ(174)وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ(175)
Dan ketika Tuhan engkau mengambil dari tulang sulbi Bani Adam keturunan mereka dan menjadikan mereka saksi atas diri mereka, sambil berfirman, "Bukankah Aku Tuhan kalian?" Mereka berkata, "Ya benar, kami menjadi saksi", supaya kamu tidak mengatakan pada Hari Kiamat, "Sesungguhnya kami lalai (tidak tahu menahu) tentang hal ini," atau kamu tidak berkata, "Sesungguhnya hanya bapak-bapak kami dahulu yang berbuat syirik sedangkan kami hanyalah keturunan sesudah mereka. Adakah Engkau akan membinasakan kami karena apa yang diperbuat oleh orang-orang yang berbuat bathil (kepalsuan) itu?" Dan begitulah Kami menjelaskan Tanda-tanda itu dan supaya mereka kembali kepada kebenaran (Al-A'raaf, 173-175).
Berikut firman-Nya mengenai perjanjian Allah Ta'ala yang telah diikat dengan manusia – khususnya dengan orang-orang beriman -- melalui para Rasul Allah yang telah datang kepada mereka:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا ءَاتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ ءَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ(82)فَمَنْ تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ(83)أَفَغَيْرَ دِينِ اللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُ أَسْلَمَ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ طَوْعًا وَكَرْهًا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ(84) قُلْ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَالنَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ(85)وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ(86)كَيْفَ يَهْدِي اللَّهُ قَوْمًا كَفَرُوا بَعْدَ إِيمَانِهِمْ وَشَهِدُوا أَنَّ الرَّسُولَ حَقٌّ وَجَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ(87) أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ أَنَّ عَلَيْهِمْ لَعْنَةَ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ(88)
Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari manusia melalui nabi-nabi, "Apa saja yang Aku berikan kepada kamu berupa Kitab dan Hikmah, kemudian datang kepada kamu seorang Rasul yang menggenapi apa yang ada pada kamu maka kamu harus beriman kepadanya dan kamu harus menolongnya." Dia berfirman, "Apakah kamu mengakui dan mengambil tanggung-jawab yang Aku bebankan kepada kamu mengenai hal itu?" Mereka berkata, "Kami mengakui." Dia berfirman, "Maka kamu hendaknya menjadi saksi dan Aku pun bersama kamu termasuk orang-orang yang menjadi saksi." Dan barangsiapa berpaling sesudah itu maka mereka adalah orang-orang yang durhaka. Adakah mereka mencari agama selain agama Allah padahal kepada Dia-lah berserah-diri (tunduk) apa pun yang ada di seluruh langit dan bumi dengan rela atau terpaksa, dan kepada-Nya mereka akan dikembalikan? Katakanlah, "Kami beriman kepada Allah dan beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami dan kepada apa yang diturunkan kepada Ibrahim dan Isma'il dan Ishaq dan Ya'qub dan keturunannya dan beriman kepada apa yang diberikan kepada Musa dan Isa dan seluruh nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membedakan salah seorang di antara mereka, dan kepada-Nya kami menyerahkan diri. Dan barangsiapa mencari agama selain Islam maka tidak akan diterima darinya dan ia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. Bagaimanakah Allah akan memberi petunjuk kepada suatu kaum yang ingkar setelah mereka beriman, dan mereka menjadi saksi bahwa Rasul yang diutus kepada mereka itu benar, dan telah datang kepada mereka dalil-dalil yang nyata? Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang aniaya. Mereka itu yang balasan mereka bahwasanya atas mereka ada laknat Allah dan laknat malaikat dan laknat manusia seluruhnya. (Aali 'Imran, 82-88).

Mengkhianati Kesaksian dan Perjanjian

Jadi, apabila Bani Adam – yakni umat manusia atau umat beragama --mendustakan dan menentang kedatangan Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya telah dijanjikan Allah Ta'ala kepada mereka, berarti mereka telah mengkhianati kesaksian mereka dan mengkhianati perjanjian mereka dengan Allah Ta'ala, bahwa mereka akan beriman kepadanya dan akan membantu perjuangan sucinya untuk menegakkan Tauhid, atau untuk mengunggulkan agama Tauhid atas kemusyrikan (Qs.9:30-33; Qs.48:29; Qs.61:10), padahal mereka mengenal kebenaran tersebut bagaikan mengenal putera-putera mereka sendiri, firman-Nya:
الَّذِينَ ءَاتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ(146)
Dan orang-orang yang telah Kami beri Al-Kitab mereka mengenalnya sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka. Dan sesungguhnya segolongan dari mereka menyembunyikan kebenaran (Al-Baqarah, 147). Lihat pula Qs.6:21; Qs.2:175; Qs.5:16; Qs.6:92).
Itulah sebabnya Allah Ta'ala telah berwasiyat kepada Bani Adam mengenai kesinambungan pengutusan para Rasul Allah sampai Hari Kiamat, sebab setiap umat memiliki ajal (batas waktu) yang telah ditentukan, firman-Nya:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ(35)يَابَنِي ءَادَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَاتِي فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(36)وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(37)
Bagi tiap-tiap umat ada ajal (batas waktu), maka apabila datang ajal (batas waktu) mereka, tidak dapat mereka mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya. Hai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan kepada kamu Tanda-tanda-Ku maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri tidak akan ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami dan berkaku takabbur terhadapnya mereka itu penghuni api, mereka akan kekal di dalamnya (Al-A'raf, 335-37).

BAB VII

"Batu Sandungan" Kelahiran & Penyaliban
Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s.

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) tanpa ayah, selain sebagai misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, juga sebagai as-Saa'ah (tanda Saat/tanda Kiamat) mengenai akan dicabutnya nikmat-nikmat Allah Ta'ala dari kalangan Bani Israil, terutama sekali nikmat kenabian, firman-Nya:
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ(58)وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ(59)إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ(60)وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ(61)وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ(62)
Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau ingar-bingar mengajukan bantahan terhadapnya, dan mereka berkata, "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak mengemukakan hal itu kepada engkau kecuali perbantahan semata. Bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Tidaklah dia kecuali seorang hamba yang Kami telah menganugerahkan karunia kepadanya, dan Kami menjadikan dia (Isa Ibnu Maryam) suatu misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, dan sesungguhnya ia benar-benar merupakan ilmu (tanda) Saat maka janganlah kamu ragu-ragu tentang itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus (Az-Zukhruf, 58-62).

Paulus & Bahaya Faham Trinitas

Mesianisme -- sehubungan dengan kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah – itulah yang kemudian telah disalah-tafsirkan oleh Paulus menjadi kepercayaan yang disebut Trinitas atau Tritunggal, yakni Allah Ta'ala sebagai Tuhan Bapak, Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) sebagai Tuhan Anak, dan malaikat Jibril a.s. sebagai Ruhul-Qudus.
Menurut penganut faham Trinitas atau Tritunggal, bahwa 3 oknum yang satu sama lain berbeda tersebut berpadu menjadi satu wujud Tuhan berupa Yesus Kristus (Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s.) yang dilahirkan melalui rahim perawan suci Maryam r.a. tanpa melalui perhubungan badan dengan seorang laki-laki, melainkan melalui "peniupan Ruh suci" – yakni Ruhuqudus (Ruh suci) -- oleh Allah Ta'ala.
Kepercayaan keliru tentang Trinitas atau Tritunggal tersebut kemudian melahirkan kepercayaan keliru lainnya, yakni "Ketuhanan Bunda Maria", sebagaimana dikemukakan oleh firman-Nya berikut ini:
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَاعِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ ءَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ(117)مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ(118) إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(119)
Dan ketika Allah berfirman, "Hai Isa Ibnu Maryam, adakah engkau berkata kepada manusia, "Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah?" Ia berkata, "Mahasuci Engkau. Tidak layak bagiku mengatakan apa yang bukan hakku, sekiranya aku telah mengatakannya maka sungguh Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada dalam diriku sedangkan aku tidak mengetahui apa yang ada dalam diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengetahui segala yang gaib. Tidak pernah aku mengatakan kepada mereka kecuali apa yang telah Engkau perintahkan kepadaku, yaitu, "Beribadahlah kepada Allah, Tuhan-ku dan Tuhan kamu", dan aku menjadi saksi atas mereka selama aku berada di antara mereka, akan tetapi SETELAH ENGKAU WAFATKAN AKU maka Engkau-lah Yang menjadi Pengawas atas mereka dan Engkau adalah Saksi atas segala sesuatu. Jika Engkau mengazab mereka maka sesungguhnya mereka hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka maka sesungguhnya Engkau Maha Perkasa, Maha Bijaksana (Al-Maidah, 117-119).
Sangat mengerikan akibat buruk yang ditimbulkan oleh faham TRINITAS dan PENEBUSAN DOSA yang direkayasa oleh Paulus dalam surat-surat kirimannya, sampai-sampai Allah Ta'ala menyatakan bahwa tatanan alam semesta ini hampir-hampir "pecah berantakan" karena "sangat murka", padahal sejak awal diciptakan pun seluruh tananan alam semesta selalu bertasbih hanya kepada Allah Ta'ala saja, sebab sebelum Yesus Kristus a.s. lahir di dunia seluruh tatanan alam semesta senantiasa bertasbih kepada Allah Ta'ala, sebab Dia-lah Tuhan yang menciptakan tatanan alam semesta ini, firman-Nya:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا(89)لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا(90)تَكَادُ السَّمَوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا(91)أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا(92)وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا(93)إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا ءَاتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا(94)
Dan mereka itu berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil seorang anak laki-laki." Sungguh kamu benar-benar telah mengucapkan sesuatu yang sangat mengerikan. Hampir-hampir seluruh langit pecah oleh karenanya dan bumi terbelah dan gunung-gunung runtuh berkeping-keping, karena mereka menyatakan Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak laki-laki; padahal tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil seorang anak laki-laki. Tiada seorang pun di seluruh langit dan bumi kecuali ia akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai hamba (Maryam, 89-94).

Nasib Tragis Yang Akan Menimpa Bangsa-bangsa Barat
Penganut Ajaran Paulus

Lebih lanjut Allah Ta'ala berfirman tentang kedustaan ajaran Paulus mengenai TRINITAS dan PENEBUSAN DOSA serta akibat akhir yang yang buruk, yang akan menimpa bangsa-bangsa yang menjadi pemeluk ajaran Paulus tersebut:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجَا(2)قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا(3)مَاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا(4)وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا(5)مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا(6)
Segala puji bagi Allah Yang telah menurunkan atas hamba-Nya Kitab Al-Quran ini dan Dia tidak menjadikan baginya kebengkokan. Dia sebagai penjaga supaya memberi peringatan tentang SIKSAAN YANG DAHSYAT dari sisi-Nya, dan memberi khabar suka kepada orang-orang beriman dan mengerjakan amal shalih bahwasanya bagi mereka ada ganjaran yang baik, mereka tetap di dalamnya selama-lamanya, dan supaya MEMPERINGATKAN orang-orang yang mengatakan, "ALLAH TELAH MENGAMBIL SEORANG ANAK LAKI-LAKI. Mereka tidak memiliki ilmu mengenainya dan tidak pula bapak-bapak mereka. Sangat besar bahaya perkataan yang keluar dari mulut mereka. Mereka tidak mengucapkan kecuali DUSTA (Al-Kahf, 2-6).
Perang Dunia I dan Perang Dunia merupakan bukti benarnya pernyataan keras Allah Ta'ala dalam ayat tersebut, dan Perang dunia III – atau PERANG NUKLIR – yang akan terjadi secara tiba-tiba akan menghancur-luluhkan negara-negara yang menganut ajaran Paulus tersebut, sebagaimana diisyaratkan oleh ayat-ayat selanjutnya, firman-Nya:
فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى ءَاثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا(7)إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا(8)وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا(9)
Maka sangat mungkin engkau Rasulullah akan membinasakan diri engkau karena sangat sedih sesudah mereka berpaling jika mereka tidak beriman kepada keterangan Al-Quran ini. Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi perhiasan baginya supaya Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik amalnya. Dan sesungguhnya akan Kami jadikan segala yang ada di atasnya menjadi tanah rata yang tandus (Al-Kahf, 7-9).
Allah Ta'ala di dalam Surah Al-Fatihah ayat 7 telah menyebut para pemeluk ajaran Paulus dengan kata dhaalliin. Kata dhalla selain sesat juga berarti binasa atau hilang-sirna (lenyap). Jadi, menurut Allah Ta'ala, ajaran Paulus mengenai TRINITAS dan PENEBUSAN DOSA pada akhirnya akan binasa (hilang-surna/lenyap) ketika terbukti bahwa Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) – sekali pun sempat mengalami pemakuan di atas tiang salib selama 3 jam – akan tetapi beliau a.s. tidak pernah mengalami mati terkutuk di atas tiang salib sebagaimana yang diinginkan oleh para penentangnya dalam makar buruk tersebut.

"Batu Sandungan" Peristiwa Penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

Mempertuhan manusia, terutama para nabi dan orang-orang suci, di kalangan umat beragama -- seperti yang terjadi di kalangan kaum Yahudi dan Nashrani -- pada dasarnya adalah meniru-niru kebiasaan para penyembah berhala di masa lalu, firman-Nya:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ(30)اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ(31)يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ(32) هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ(33)
Dan orang-orang Yahudi berkata, "Uzair adalah anak Allah", dan orang-orang Nashrani berkata, "Al-Masih adalah anak Allah". Hal itu perkataan mereka dengan mulut mereka. Mereka hanya meniru-niru perkataan orang-orang yang ingkar terdahulu. Allah membinasakan mereka. Betapa jauh mereka berpaling. Mereka telah menjadikan ulama-ulama mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah, dan begitu juga mereka telah mempertuhankan Al-Mamsih Ibnu Maryam, padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya mereka menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia. Maha Suci Dia dari apa yang mereka sekutukan. Mereka berkehendak memadamkan Cahaya Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah menolak kecuali menyempurnakan Cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang ingkar membenci. Dia-lah Yang telah mengutus Rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar supaya Dia mengunggulkannya di atas semua agama walaupun orang-orang musyrik membenci (At-Taubah, 30-33).
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya dalam BAB III, bahwa menurut Allah Ta'ala, kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) tanpa ayah selain merupakan as-Saa'ah (tanda Kiamat) bagi Bani Israil -- yakni sebagai tanda akan berakhirnya kedudukan Bani Israil sebagai "kaum terpilih", sebab selanjutnya nikmat kenabian, nikmat kerajaan serta nikmat-nikmat lainnya (Qs.5:21) akan dianugerahkan Allah Ta'ala kepada "kaum lain", dalam hal ini adalah kepada Bani Ismail melalui pengutusan Nabi Besar Muhammad saw. -- juga merupakan misal (perumpamaan) terjadinya peralihan kerohanian orang-orang yang bertakwa dari tingkat kerohanian Maryam binti 'Imran ke tingkat kerohanian Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.66:13)
Namun kenyataan membuktikan bahwa kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) tanpa ayah telah menjadi batu sandungan yang sangat menggelincirkan bagi orang-orang yang ingkar di kalangan Bani Israil, sebab sudah merupakan Sunnatullah bahwa apabila suatu kaum berkali-kali melakukan kedurhakaan kepada Allah Ta'ala dan para Rasul-Nya maka ujian keimanan yang diberikan kepada mereka akan semakin menggelincirkan mereka dari jalan yang lurus.
Contohnya adalah peristiwa pelanggaran yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi pada Hari Sabat, sehingga Allah Ta'ala telah menyatakan mereka sebagai kera yang hina, babi dan sebagai penyembah syaithan (Qs.2:66-67; Qs. 4:48, 155; Qs.5:61; Qs.7:164; Qs.16:125), yakni mereka telah menjadi orang-orang sangat hina, seperti halnya kera, babi, dan para penyembah berhala.
Itulah pula sebabnya ketika beberapa orang ahli Taurat dan orang Farisi meminta kepada Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) agar beliau a.s. memperlihatkan suatu tanda (mukjizat) kepada mereka maka beliau a.s. menjawab kepada mereka dengan jawaban yang keras:
Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian pula anak manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam." (Matius, 12: 39-40). Lihat pula Mat 16:1-4.
Dalam Lukas diterangkan sebagai berikut:
Ketika orang banyak mengerumuninya, berkatalah Yesus: "Angkatan ini adalah angkatan yang jahat. Mereka menghendaki suatu tanda, tetapi kepada mereka tidak akan diberikan selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikian pulalah anak manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini" (Lukas 11:29-30).
Dalam jawaban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) tersebut sama sekali tidak ada celah sedikit pun untuk munculnya ajaran TRINITAS dan PENEBUSAN DOSA sebagaimana yang direkayasa oleh Paulus dalam surat-surat kirimannya, sebab kenyataan membuktikan bahwa Nabi Yunus a.s. tetap dalam keadaan HIDUP baik ketika beliau a.s. ditelan oleh ikan besar, ketika beliau a.s. berada dalam perut ikan selama 3 hari tiga malam, maupun ketika beliau a.s. keluar dari dalam perut ikan besar (Yunus 2:1-10; Qs.37:141-149).
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) menyatakan dengan tegas kepada para penuntut Tanda (mukjizat) tersebut bahwa beliau a.s. pun akan mengalami peritiwa seperti keadaan Nabi Yunus a.s., yakni beliau a.s. dalam keadaan HIDUP ketika diturunkan dari tiang salib, ketika beliau a.s. berada di dalam rahim (perut) bumi selama 3 hari 3 malam, maupun ketika beliau a.s. keluar dari "perut bumi", sebab Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) -- seperti halnya Nabi Yunus a.s. -- hanya mengalami "pingsan berat" atau mati suri selama 3 hari tiga malam.

Pernyataan Allah Ta'ala Tentang Gagalnya Makar Buruk
Upaya Pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Melalui Penyaliban

Jadi, TETAP HIDUPNYA Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus), sebagaimana halnya TETAP HIDUPNYA Nabi Yunus a.s., ketika keduanya mengalami peristiwa yang mengerikan tersebut, dengan telak telah menelanjangi ajaran rekayasa Paulus lainnya tentang PENEBUSAN DOSA, sebab terbukti Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) tidak pernah mengalami kematian terkutuk di atas tiang salib dalam rangka "menebus dosa warisan" yang diderita oleh seluruh umat manusia -- akibat "pelanggaran" yang dilakukan oleh Adam dan Hawa di "surga" karena keduanya telah memakan "buah pohon terlarang" (Kej 2:15-25 & 3:1-24; Qs.2:36-40; Qs.7:20-23; Qs.20:117-118). Merujuk kepada kenyataan itulah firman-Nya berikut ini:
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ وَكُفْرِهِمْ بِآيَاتِ اللَّهِ وَقَتْلِهِمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَقَوْلِهِمْ قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَلْ طَبَعَ اللَّهُ عَلَيْهَا بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُونَ إِلَّا قَلِيلًا(156)وَبِكُفْرِهِمْ وَقَوْلِهِمْ عَلَى مَرْيَمَ بُهْتَانًا عَظِيمًا(157)وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا(158)بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا(159)وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلَّا لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا(160)
Maka disebabkan pelanggaran mereka atas perjanjian mereka dan keingkaran mereka kepada Tanda-tanda Allah, dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa kebenaran dan disebabkan perkataan mereka, "Hati kami terselubung," tidak demikian, bahkan Allah telah memeterai (menyegel) hati mereka disebabkan keingkaran mereka, maka mereka tidak beriman kecuali sedikit. Dan disebabkan keingkaran mereka dan perkataan mereka terhadap Maryam berupa tuduhan palsu yang besar; dan disebabkan perkataan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih Isa Ibnu Maryam, Rasul Allah," padahal mereka TIDAK MEMBUNUHNYA dan TIDAK MEMATIKANNYA DI ATAS SALIB, akan tetapi ia DISAMARKAN kepada mereka seperti telah mati di atas salib. Dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih dalam hal penyaliban ini mereka benar-benar berada dalam KERAGUAN tentangnya, mereka tidak TIDAK MEMILIKI PENGETAHUAN YANG PASTI tentang ini kecuali menurut DUGAAN, dan MEREKA TIDAK MEMBUNUHNYA DENGAN YAKIN, bahkan Allah telah mengangkat kehormatannya kepada-Nya, dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Dan tidak ada seorang pun dari Ahlikitab kecuali akan tetap beriman kepada hal kematian Isa Ibnu Maryam di atas salib ini sebelum kematiannya, dan pada Hari Kiamat ia (Isa Ibnu Maryam) akan menjadi saksi terhadap kedustaan mereka (An-Nisaa, 156-160).
Ungkapan kalimat: رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا -- bahkan Allah telah mengangkat kehormatannya kepada-Nya, dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana", penggunaan kata rafa'a (mengangkat) dalam ayat tersebut pada hakikatnya merupakan penegasan dari Allah Ta'ala bahwa makar buruk para penentang Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) untuk menjatuhkan kehormatan beliau a.s. melalui penyaliban (Qs.3:53-55) -- agar terbukti bahwa beliau a.s. sesuai dengan hukum Taurat adalah "orang terkutuk" (Ul 21:22-23) -- sama sekali gagal.
Kenapa demikian? Sebab dengan tetap HIDUPNYA Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) -- sekali beliau a.s. pun sempat dipakukan pada tiang salib selama 3 jam -- membuktikan BENARNYA pendakwaan beliau a.s. sebagai AL-MASIH atau MESIAH (Mesias) yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta'ala kepada mereka (Mat 11:1-19; Yoh 1:19-28). Menurut Bible, nabi palsu pasti segera mati tidak lama setelah pendakwaannya yang dusta:
Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama Allah lain, NABI ITU HARUS MATI (Ulangan 18:20)
Dikarenakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) adalah Nabi Allah yang benar maka pasti beliau a.s. TIDAK PERNAH MENGALAMI KEMATIAN walaupun beliau a.s. sempat mengalami pemakuan di tiang salib selama 3 jam.

Kenistaan Yang Senantiasa Mengejar-ngejar Orang-orang Yahudi &
Generasi Penerus Pemeluk Ajaran Paulus

Akibat upaya pembunuhan yang gagal terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) melalui penyaliban maka orang-orang Yahudi bukan saja telah kehilangan tanah air dan kehilangan nikmat kerajaan bahkan mereka pun telah kehilangan nikmat kenabian. Lebih tragis lagi adalah bahwa di mana pun mereka berada mereka senantiasa menjadi sasaran perburuan kejam dan penistaan yang luar-biasa dari bangsa-bangsa yang membenci mereka, termasuk oleh bangsa Jerman pada masa kekuasaan Adolf Hitler, firman-Nya:
فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ(166)فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ(167)وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكَ لَيَبْعَثَنَّ عَلَيْهِمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَنْ يَسُومُهُمْ سُوءَ الْعَذَابِ إِنَّ رَبَّكَ لَسَرِيعُ الْعِقَابِ وَإِنَّهُ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ(168)وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الْأَرْضِ أُمَمًا مِنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ(169)
Maka tatkala mereka melupakan apa yang telah dinasihatkan kepada merekla, Kami menyelamatkan orang-orang yang melarang berbuat keburukan, dan Kami mengazab orang-orang yang aniaya dengan azab yang mengerikan karena mereka telah durhaka. Maka ketika mereka melanggar apa yang telah dilarang bagi mereka melakukannya Kami berfirman kepada mereka, "Jadilah kamu kera-kera yang hina!" Dan ingatlah ketika Tuhan engkau mengumumkan niscaya Dia akan mengirimkan kepada mereka hingga Hari Kiamat orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang mengerikan. Sesungguhnya Tuhan engkau sangat cepat dalam menghukum, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang, Dan Kami membagi-bagi mereka di bumi menjadi bangsa-bangsa. Di antara mereka ada orang-orang yang shalih, dan di antara mereka ada yang tidak demikian. Dan Kami menguji mereka dengan macam-macam kebaikan dan keburukan supaya mereka kembali kepada kebenaran (Al-A'raaf, 166-169).
Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman mengenai generasi penerus dari kalangan Bani Israil -- yakni kaum Nashrani pengikut ajaran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. -- yang kemudian mereka itu terkecoh oleh ajaran Paulus tentang Trinitas dan Panebusan Dosa, firman-Nya:
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الْأَدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لَا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ(170)
Kemudian datang sesudah mereka suatu generasi yang mewarisi Kitab Taurat itu. Mereka mengambil harta dunia yang hina ini, dan mereka berkata, "Kami pasti akan DIAMPUNI." Tetapi jika datang kepada mereka harta semacam itu mereka akan mengambilnya. Bukankah telah diambil dari mereka PERJANJIAN dalam Kitab bahwa mereka TIDAK AKAN MENGATAKAN SESUATU TERHADAP ALLAH kecuali YANG BENAR? Dan mereka telah mempelajari apa yang tercantum di dalamnya. Dan rumah akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Apakah kamu tidak mau mengerti? (Al-A'raaf, 170).
Ungkapan kalimat " وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا -- dan mereka berkata, "Kami pasti akan diampuni" merujuk kepada faham sesat ajaran Paulus tentang "Penebusan Dosa" oleh "Kematian Terkutuk Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di tiang salib". Penafsiran keliru Paulus tentang Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an sehubungan dengan Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) yang dilahirkan tanpa ayah tersebut telah melahirkan kekeliruan lainnya, yaitu bahwa menurut Paulus hukum syariat – termasuk hukum Taurat – bukan merupakan suatu berkat (keberkatan) bagi umat manusia melainkan merupakan kutuk atau laknat bagi manusia.
Kenapa demikian? Sebab menurut Paulus, akibat diturunkannya hukum syariat melalui para Rasul Allah pembawa syariat itulah maka telah timbul masalah "pelanggaran" dan "dosa", karena menurut Paulus seandainya tidak ada kewajiban bagi umat manusia untuk mentaati hukum-hukum syariat maka tidak akan timbul adanya masalah pelanggaran terhadap hukum-hukum syariat yang mengakibatkan orang-orang yang melanggarnya menjadi orang-orang yang berdosa.
Mengenai penafsiran keliru Paulus tentang Mesianisme atau Ke-Al-Masih-an dan tentang hukum Taurat tersebut nampak jelas dari berbagai surat kirimannya, antara lain:
• Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma (Rom fs 1 s/d fs 10)
• Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat Di Koristus (I Kor fs 12 s/d fs 15)
• Surat Paulus Yang Kedua Kepada Jemaat Di Koristus (II Kor fs 10 s/d fs 12)
• Surat Paulus Kepada Jemaat Di Galatia (Gal fs 1 s/d fs 6).
• Surat Paulus Kepada Jemaat Di Efesus (Ef fs 1 s/d fs 6)
• Surat Paulus Kepada Jemaat Di Filipi (Fil fs 1 s/d fs 3)
• Surat Paulus Kepada Jemaat Di Kolose (Kol fs 1 s/d 3)
• Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat Di Tesalonika (I Tes fs 1 s/d fs 5)
• Surat Paulus Yang Kedua Kepada Jemaat Di Tesalonika (II Tes fs 1 s/d fs 2)
• Surat Paulus Kepada Orang Ibrani (Ibr fs 1 s/d 13).
Kalau pendapat Paulus tersebut benar -- bahwa hukum-hukum syariat yang diturunkan Allah Ta'ala kepada para Rasul-Nya, termasuk hukum Taurat -- bukan merupakan keberkatan melainkan merupakan kutuk bagi para pemeluk agama, maka berbagai peraturan yang dibuat oleh pemerintahan suatu negara maupun peraturan organisasi yang dibuat oleh pengurusnya pasti jauh lebih terkutuk lagi daripada hukum syariat, sehingga semua orang tidak perlu mentaati semua peraturan buatan manusia tersebut. Benarkah demikian?



BAB VIII

Antikristus Nama Lain Dari Dajjal

Kerancuan pemahaman Paulus mengenai Mesianisme dalam surat-surat kirimannya mendapat tanggapan yang sangat kritis dari murid-murid resmi Yesus Kristus, antara lain Peterus, khususnya tentang munculnya "nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu" (II Petr fs 1 s/d fs 3). Berikut komentar Peterus tentang surat-surat kiriman Saul atau Paulus:
Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekaksih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia bericara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan tidak teguh imannya, MEMUTARBALIKKANNYA menjadi KEBINASAAN mereka sendiri, sama seperti juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain" (II Petr 3:15-16).
Sehubungan dengan peringatan Peterus tersebut, berikut adalah salah satu pernyataan Paulus betapa piawainya ia memutar-mutar perkataannya sehingga dapat menimbulkan multi tafsir yang dapat menyesatkan orang-orang yang berpikiran sederhana:
Jika demikian, apakah kelebihan orang Yahudi dan apakah gunanya sunat? Banyak sekali, dan di dalam segala hal. Pertama-tama: sebab kepada merekalah dipercayakan firman Allah. Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? Sekali-kali tidak! Sebaliknya: Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: "Supaya Engkau ternyata benar dalam segala firmanMu, dan menang, jika Engkau dihakimi". Tetapi jika KETIDAKBENARAN KITA menunjukkan KEBENARAN Allah, apakah yang akan kita katakan? Tidak adilkah Allah – aku berkata sebagai manusia -- jika Ia menampakkan murkaNya? Sekali-kali tidak! Andaikata demikian, bagaimanakah Allah dapat menghakimi dunia? Tetapi JIKA KEBENARAN ALLAH OLEH DUSTAKU semakin MELIMPAH BAGI KEMULIAAN-NYA, mengapa AKU MASIH DIHAKIMI SEBAGAI BERDOSA? Bukankah tidak benar fitnahan orang yang mengatakan, bahwa kita berkata: "Marilah kita berbuat yang jahat, supaya yang baik timbul dari padanya." Orang semacam itu sudah selayaknya mendapat hukuman. (Rom 3:1-8).
Demikian pula Yohanes, murid Yesus Kristus lainnya, telah mengemukakan kembali peringatan yang telah disampaikan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) sebelum beliau a.s. mengalami peristiwa penyaliban tentang kemunculan mesias-mesias palsu atau nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu (Mat 24:1-36) atau antrikristus (I Yoh 2:18-29).

Dajjal, Si Pendusta Besar Yang Matanya Buta Sebelah &
Para Penghuni Gua

Nabi Besar Muhammad saw. menyebut Antikristus tersebut sebagai DAJJAL, si pendusta besar, yang telah diperingatkan oleh semua Rasul Allah terdahulu kepada kaum mereka masing-masing. Beliau saw. bersabda:
"Tidak ada seorang Rasul Allah pun kecuali telah memperingatan kaumnya tentang kedatangan DAJJAL, si pendusta besar yang matanya MATANYA BUTA SEBELAH" (Bukhari, bab fitnah dajjal).
Bible dan Al-Quran menamakan bangsa-bangsa yang menganut ajaran antikristus atau dajjal tersebut Gog atau Ya'juj dan Magog atau Ma'juj (Qs.18:95-102; Qs.21:96-98), yang akan menyebar ke seluruh dunia setelah berakhirnya masa pemenjaraan iblis atau satan, yakni naga, si ular tua, selama 1000 tahun (Wahyu 20:1-10), firman-Nya:
وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا وَهُمْ رُقُودٌ وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيدِ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا(19)وَكَذَلِكَ بَعَثْنَاهُمْ لِيَتَسَاءَلُوا بَيْنَهُمْ قَالَ قَائِلٌ مِنْهُمْ كَمْ لَبِثْتُمْ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالُوا رَبُّكُمْ أَعْلَمُ بِمَا لَبِثْتُمْ فَابْعَثُوا أَحَدَكُمْ بِوَرِقِكُمْ هَذِهِ إِلَى الْمَدِينَةِ فَلْيَنْظُرْ أَيُّهَا أَزْكَى طَعَامًا فَلْيَأْتِكُمْ بِرِزْقٍ مِنْهُ وَلْيَتَلَطَّفْ وَلَا يُشْعِرَنَّ بِكُمْ أَحَدًا(20) إِنَّهُمْ إِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ أَوْ يُعِيدُوكُمْ فِي مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوا إِذًا أَبَدًا(21)
Dan engkau menyangka mereka itu bangun pada mereka itu tidur, dan Kami akan membalik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, dan anjing mereka sedang melonjorkan kedua kaki depannya di depan gua. Sekiranya engkau menyaksikan mereka di Akhir Zaman niscaya engkau berbalik dari mereka untuk melarikan diri dan niscaya engkau akan dipenuhi oleh rasa takut terhadap kehebatan kekuatan militer mereka. Dan demikianlah Kami membangkitkan mereka supaya mereka saling bertanya di antara mereka. Salah seorang dari mereka berkata, "Sudah berapa lamakah kamu tinggal?" Mereka berkata, "Kami telah tinggal sehari atau sebagian dari hari." Yang lain berkata, "Hanya Tuhan kamu yang lebih mengetahui lamanya kamu tinggal. Maka suruhlah sekarang salah seorang di antara kamu dengan mata uang kamu ini ke kota dan hendaklah ia meneliti (menyelidiki), siapa dari antara penghuni kota mempunyai bahan makanan terbaik, dan hendaklah ia membawa bahan makanan bagi kamu darinya. Dan hendaklah ia bersikap LEMAH-LEMBUT, dan janganlah sekali-kali dia memberitahukan tentang tujuan kamu yang sebenarnya kepada siapa pun, karena jika mereka berkuasa atas kamu niscaya mereka akan merajam (mengusir) kamu, atau akan memaksa kamu kembali ke dalam agama mereka, dan kamu tidak akan pernah berhasil selama-lamanya." (Al-Kahf, 19-21).
Terlepas dari cerita dongeng tentang "penghuni gua yang tidur selama 3000 tahun", sebenarnya kisah "para penghuni gua" (ashhaabul-Kahf) menceritakan 2 keadaan yang dialami oleh para pengikut Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. di masa awal, yakni:
1. Ketika mereka masih berpegang-teguh pada TAUHID sehingga menyebabkan mereka mengalami berbagai penganiayaan berat dari para pemuka agama orang-orang Yahudi dan juga dari para raja Romawi yang musyrik, sehingga guna menyelamatkan keimanannya maka mereka terpaksa harus bersembunyi di dalam gua-gua (catacomb/katakombe) selama kira-kira 300 tahun.
2. Generasi penerus mereka ketika Kaisar Romawi, Constantin, memeluk agama Kristen versi ajaran PAULUS seperti mereka, bahkan kemudian telah menjadikan AGAMA KRISTEN sebagai AGAMA NEGARA.
Orang-orang Islam di masa Nabi Besar Muhammad saw. telah diberi peringatan sebelumnya bahwa bangsa-bangsa Kristen di daerah utara – yakni Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) -- sedang berleha-leha, tetapi tidak lama lagi mereka akan bangkit dari keadaan lelap (tertidur) yang meliputi masa ratusan tahun (3 abad), dan mereka akan menyebar ke seluruh dunia serta akan menguasai dunia.

Peringatan Allah Ta'ala Kepada Umat Islam &
Fitnah Dajjal

Ungkapan "Kami akan membalik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri" mengisyaratkan kepada berkeliarannya (merajalelanya) mereka di muka bumi, tersebarnya mere4ka ke semua jurusan untuk mencari pasaran baru dan untuk mencapai kemenangan-kemenangan yang baru pula, yakni melakukan penjajahan terhadap bangsa-bangsa lain guna memperluas imperium mereka.
Ungkapan "dan anjing mereka sedang melonjorkan kedua kaki depannya di depan gua" selain menunjukkan kepada kesukaan yang mendalam bangsa-bangsa Kristen dari barat kepada anjing, dapat pula dianggap mengisyaratkan kepada kerajaan Byzantina (Byzantium) yang ketika itu melakukan penjagaan terhadap Eropa pada kedua pantai laut Marmora, yang kelihatan seperti seekor anjing yang melakukan penjagaan, dengan melonjorkan kedua kaki depannya ke kedua sisinya.
Ada pun Sekiranya engkau menyaksikan mereka di Akhir Zaman niscaya engkau berbalik dari mereka untuk melarikan diri dan niscaya engkau akan dipenuhi oleh rasa takut terhadap kehebatan kekuatan militer mereka" mengisyaratkan kepada masa ketika bangsa-bangsa Kristen dari barat akan mempetroleh kekuasaan politik yang besar. Al-Quran menubuatkan hakikat ini ratusan tahun sebelumnya, ketika bangsa-bangsa Kristen – yakni Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) – masih terbenam dalam "tidur lelap" selama ratusan tahun, sehingga daya-cipta yang betapa pun kaya dan luasnya tidak dapat meramalkan kekuasaan dan kemuliaan yang akan dicapai oleh bangsa-bangsa itu sesudahnya.
Jadi, ungkapan tersebut menggambarkan keistimewaan kekuasaan bangsa-bangsa Kristen dari barat atas negeri-negeri sebelah timur dan selatan, cara hidup mereka yang khusus, rasa takut serta keseganan yang bangsa ini timbulkan di tengah-tengah rakyat yang mendiami daerah-daerah jajahan mereka.
Ungkapan "Maka suruhlah sekarang salah seorang di antara kamu dengan mata uang kamu ini ke kota dan hendaklah ia meneliti (menyelidiki), siapa dari antara penghuni kota mempunyai bahan makanan terbaik, dan hendaklah ia membawa bahan makanan bagi kamu darinya. Dan hendaklah ia bersikap LEMAH-LEMBUT, dan janganlah sekali-kali dia memberitahukan tentang tujuan kamu yang sebenarnya kepada siapa pun, karena jika mereka berkuasa atas kamu niscaya mereka akan merajam (mengusir) kamu, atau akan memaksa kamu kembali ke dalam agama mereka, dan kamu tidak akan pernah berhasil selama-lamanya", ungkapan tersebut selain mengisyaratkan kepada upaya yang dilakukan oleh "para penghuni gua" untuk mengetahui situasi di luar gua – yakni apakah gelombang penindasan dan penganiayaan terhadap mereka masih tetap berkecamuk ataukah sudah mereda -- ungkapan itu pun mengisyaratkan kepada ekspedisi-ekspedisi perdagangan bangsa-bangsa Kristen dari barat ke seluruh dunia. Para ahli niaga Eropa mempunyai ketrampilan khas untuk berlaku "lemah-lembut" dan "sopan-santun" dan urusan perdagangan mereka.
Kata-kata "janganlah sekali-kali ia memberitahukan tentang kamu kepada siapa pun" selain mengisyaratkan kepada penyusupan pengaruh barat secara diam-diam dan tidak menyolok mata, juga mengisyaratkan kepada kepiawaian mereka lainnya, yakni mereka lihai dalam "mengemas" maksud-maksud utama mereka dengan cara-cara yang tidak mencurigakan – bahkan dengan cara-cara yang nampak akan mendatangkan keuntungan besar – padahal ujung-ujungnya mereka itu bermaksud untuk menguasai berbagai bidang kehidupan yang dimiliki bangsa-bangsa lain.

Ketidak-berdayaan Dajjal Menghadapi Imam Mahdi a.s.

Merujuk kepada kenyataan itulah peringatan Nabi Besar Muhammad saw. tentang bahaya fitnah DAJJAL, yakni si PENDUSTA yang matanya buta sebelah yang muncul di AKHIR ZAMAN ini, yang menurut beliau saw. tidak ada suatu kekuatan dunia pun yang dapat mengalahkannya kecuali IMAM MAHDI A.S., bahwa apabila DAJJAL bertemu dengan IMAM MAHDI A.S. maka keadaannya akan seperti GARAM disiram AIR, mencair dan akhirnya akan hilang sirna (binasa), yakni sesuai dengan makna lain dari kata dhaalliin dalam surah Al-Fatihah ayat 7, yakni selain "sesat" juga berarti "hilang-sirna" atau "binasa".
Artinya bahwa ajaran hasil rekasaya Paulus mengenai TRINITAS dan PENEBUSAN DOSA tdak akan dapat dipertahankan lagi ketika berhadapan dengan missi suci IMAM MAHDI A.S. atau AL-MASIH AKHIR ZAMAN yang dibangkitkan dari kalangan UMAT ISLAM. Sehubungan dengan hal tersebut berikut adalah penglihatan rohani (ru'ya) yang dialami oleh Yohanes di pulau Patmos tentang akan merajalelanya kembali bangsa-bangsa yang disebut Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) di Akhir Zaman:
Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu iblis dan satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya........ (Wahyu 20:1-3).
Ada pun yang dimaksudkan dengan "pemenjaraan" iblis atau setan, yakni naga si ular tua selama 1000 tahun tersebut adalah berupa pengutusan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus), sedangkan pelepasannya kembali dari "pemenjaraan selama 1000 tahun" tersebut adalah setelah 300 tahun (3 abad) masa kejayaan umat Islam yang pertama, setelah pengutusan Nabi Besar Muhammad saw..
Setelah umat Islam mengalami masa kejayaan yang pertama selama 3 abad tersebut, sejalan dengan dilepaskannya kembali iblis -- yakni setan, si ular tua -- dari "pemenjaraannya selama 1000 tahun", keadaan umat Islam pun mulai mengalami masa kemunduran selama 1000 tahun pula (Qs.32:6), dan pada puncak kemunduran umat Islam pada abad ke 16 Masehi itulah bangsa-bangsa Kristen dari Barat yang disebut Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) menyerbu ke seluruh wilayah dunia, termasuk ke wilayah kekuasaan umat Islam:
....... Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, iblis akan dilepaskan dari penjaranya, dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, yaitu Gog dan Magog, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah mereka sama dengan banyaknya pasir di laut. Maka naiklah mereka ke seluruh dataran bumi, lalu mengepung perkemahan tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu. Tetapi dari langit turunlah api menghanguskan mereka, dan iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya (Wahyu 20: 7-10).
Sehubungan dengan pernyataan Bible mengenai pelepasan Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) tersebut, Allah Ta'ala berfirman mengenai tidak terbendungnya penyerbuan-penyerbuan mereka serta pengaruh-pengaruh negatif yang mereka sebarkan terhadap bangsa-bangsa yang mereka jajah di Akhir Zaman ini, serta bagaimana akhir dari nasib buruk yang akan menimpa mereka:
وَحَرَامٌ عَلَى قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا أَنَّهُمْ لَا يَرْجِعُونَ(96)حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ(97)وَاقْتَرَبَ الْوَعْدُ الْحَقُّ فَإِذَا هِيَ شَاخِصَةٌ أَبْصَارُ الَّذِينَ كَفَرُوا يَاوَيْلَنَا قَدْ كُنَّا فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا بَلْ كُنَّا ظَالِمِينَ(98)
Dan diharamkan bagi suatu negeri yang telah Kami binasakan, bahwasanya mereka tidak akan kembali, sehingga ketika dibukakan penjara Ya'juj dan Ma'juj dan mereka akan tersebar luas dari setiap tempat yang tinggi, dan sudah dekat janji yang benar maka tiba-tiba akan terbelalak mata orang-orang yang telah ingkar, mereka berseru, "Aduhai celaka kami! Sungguh Kami dalam kelalaian mengenai ini, bahkan kami adalah orang yang aniaya (Al-Anbiyaa, 96-98).

Peringatan Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) Tentang
Kemunculan Antikristus (Mesias-mesias Palsu dan Nabi-nabi Palsu)

Akibat pelepasan kembali Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) dari "pemenjaraannya selama 1000 tahun" tersebut, bangsa Indonesia melalui missi perdagangan yang disebut VOC mengalami penjajahan bangsa Belanda selama 350 tahun, hampir sama dengan lamanya masa tertindasnya Bani Israil di Mesir selama 400 tahun oleh para Fir'aun (Qs.28:4-7).
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah Uga Wangsit Prabu Siliwangi berikut ini tentang kedatangan "munding bule" (kerbau bule) dan "jalma jangkung" (orang berperawakan tinggi):
31. .................. Dawuhan eyang Prabu geura ieu darengekeun: "Nu kiwari ngamusuhan jadi raja RAJA nepi ka mangsa TANAH BUGEL CIBUNTAEUN,
32. dijieun kandang MUNDING DONGKOL. Tah di dinya SANAGARA bakalan jadi SAMPALAN, sampalan MUNDING BARULE, diangon ku JALMA JANGKUNG, tutunjuk di alun-alun.
33. Ti harita RAJA dibelenggu, MUNDING BULE nyekel bubuntut, TURUNAN URANG NARIK WULUKU ngan narikna teu kawasa sabab murah jaman seubeuh hakan. Ti dinya wuluku ditarik ku KUNYUK.
Terjemahannya:
31. ................. Perkataan eyang Prabu coba dengarkan selanjutnya: "Yang sekarang memusuhi menjadi RAJA sampai kepada waktu "TANAH BUGEL CIBUNTAEUN" (wilayah yang memiliki nuansa/perbawa mistis),
32. dijadikan KANDANG "MUNDING DONGKOL" (kerbau yang tanduknya melengkung ke bawah). Nah di sana (di masa itu) SELURUH NEGARA akan menjadi "SAMPALAN" (tempat penggembalaan), "SAMPALAN" (tempat penggembalaan) KERBAU BULE, digembalakan oleh ORANG BERPERAWAKAN TINGGI, memberi berbagai perintah di "alun-alun" (lapangan di tengah kota).
Berikut adalah peringatan Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Krsitus) tentang kemunculan mesias-mesias palsu atau nabi-nabi palsu atau guru-guru palsu atau ANTIKRISTUS yang akan menyesatkan umat manusia dari Tauhid Ilahi, sehubungan dengan "kedatangan beliau a.s. yang kedua kali" di Akhir Zaman.
Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) – setelah mengecam keras kelakuan buruk ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Matius 23:1-36) – kemudian beliau a.s. bernubuat tentang kehancuran yang akan dialami oleh kota suci Yerusalem:
"Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: DIBERKATILAH IA YANG DATANG DALAN MAMA TUHAN !" (Matius 23:37-39).
Sebagaimana pengakuannya, Paulus pun merupakan bagian dari orang-orang "yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepada Bani Israil" tersbut (Gal 1:1-24; Kis 9:1-31).
Mengenai kemunculan mesias-mesias palsu atau nabi-nabi palsu atau guru-guru palsu atau ANTIKRISTUS yang akan menyesatkan umat manusia dari Tauhid Ilahi tersebut, selanjutnya dalam fasal berikutnya dijelaskan:
Sesudah itu Yesus keluar dari Bait Allah, lalu pergi. Maka datanglah murid-muridnya dan menunjuk kepada bangunan-bangunan Bait Allah. Ia berkata kepada mereka: "Kamu melihat semuanya itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak satu batu pun di sisi akan dibiarkannya terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan" (Matius 24:1-2).
Penjelasan Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) tersebut mengisyaratkan kepada penghancuran Bait Allah di Yerusalem yang kedua kali oleh serbuan dahsyat balatentara kerajaan Romawi dibawah pimpinan Titus dari kerajaan Romawi. Penghancuran Bait Allah di Yerusalem tersebut sebelumnya telah dilakukan oleh serbuan dahsyat balatentara raja Nebukadnezar dari kerajaan Babilonia (II Raja-raja 25:1-21; Matius 24:15-28; Qs.2:260; Qs.17:5-9).
Mengenai peristiwa penghancuran yang kedua kali Bait Allah di Yerusalem tersebut dan tentang kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. serta tentang tanda "kesudahan dunia" -- yakni "kiamat" (kehancuran) yang akan menimpa Bani Israil – selanjutnya dijelaskan:
Ketika Yesus duduk di atas bukit Zaitun, datanglah murid-muridnya untuk bercakap-cakap sendirian dengan dia. Kata mereka: "Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatanganmu dan tanda kesudahan dunia?" Jawab Yesus kepada mereka: "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah, jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya. Sebab bangsa- akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat. Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru. Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena namaku, dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci. Banyak nabi-nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai kesudahannya akan selamat. Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya." (Matius 24:3-15).

Penghancuran Yerusalem oleh Serbuan Panglima Titus

Selanjutnya mengenai penyerbuan dahsyat yang dilakukan oleh balatentara kerajaan Romawi pimpinan Titus -- yang akan menghancur-luluhkan kembali Bait Allah di Yerusalem tersebut beliau a.s. menjelaskan:
"Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, memurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya, dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya. Celakalah ibu-ibu yang sedang hamil atau yang menyusukan bayi pada masa itu. Berdoalah, supaya waktu kamu melarikan diri itu jangan jatuh pada musim dingin dan jangan pada hari Sabat. Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan tidak akan terjadi lagi. Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu dipersingkat." (Matius 24:15-22).
Kemudian mengenai akan munculnya berbagai informasi yang menyesatkan tentang kedatangan Mesias yang kedua kali selanjutnya Yesus Kristus a.s. bersabda:
"Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihatlah, Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. Sebab Mesias-Mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. Camkanlah, aku sudah mengatakannya terlebih dulu kepada kamu. Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau, Lihat, ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya. Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan anak manusia. Di mana ada bangkai, di situ burung nazar berkerumun." (Matius 24:23-28).
Sehubungan keluarbiasaan mesias-mesias palsu atau nabi-nabi palsu atau guru-guru palsu atau ANTIKRISTUS dalam memperlihatkan "mujizat" tersebut, pada waktu memberikan khotbah di bukit Yesus Kristus a.s. pun telah memperingatkan para pengikutnya mengenai keberadaan para penyesat manusia tersebut dari Tauhid Ilahi:
Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnya kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, atau pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti dtebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
BUKAN SETIAP ORANG YANG BERSERU kepadaku: TUHAN,TUHAN! akan masuk ke dalam KERAJAAN SORGA, melainkan DIA YANG MELAKUKAN KEHENDAK BAPA-KU DI SORGA. Pada HARI TERAKHIR BANYAK ORANG akan berseru kepadaku: TUHAN,TUHAN, bukankah kami BERNIBUAT demi NAMAMU, dan MENGUSIR SETAN demi NAMAMU, dan MENGADAKAN BANYAK MUJIJAT demi NAMAMU juga? Pada WAKTU itulah AKU AKAN BERTERUS TERANG KEPADA MEREKA dan berkata: AKU TIDAK PERNAH MENGENAL KAMU! ENYAHLAH DARI PADAKU, KAMU SEKALIAN PEMBUAT KEJAHATAN!" (Matius 7:15-23).
Penjelasan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Tentang
Kedatangannya Yang Kedua Kali Di Akhir Zaman

Ada pun mengenai tanda-tanda "kedatangannya yang kedua kali" -- yakni kedatangan MISAL AL-MASIH ISA IBNU MARYAM (Qs.43:58) -- di Akhir Zaman ini Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) selanjutnya menjelaskan:
"Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan goncang. Pada waktu itu akan tampak tanda anak manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat anak manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaannya. Dan ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikatnya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihannya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.
Tariklah pelajaran dari perumpamaan tentang pohon ara: Apabila ranting-rantingnya melembut dan mulai bertunas, kamu tahu, bahwa musim panas sudah dekat. Demikian juga, jika kamu melihat semuanya ini, ketahuilah, bahwa waktunya sudah dekat, sudah di ambang pintu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum semuanya ini terjadi. Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanku tidak akan berlalu.
Tetapi tentang hari dan saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan anakpun tidak, hanya Bapa sendiri" (Matius 24:29-36).
Itulah beberapa keterangan dari Bible mengenai kedatangan Mesias-mesias palsu atau Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) atau Al-Masih Dajjal (Si Pendusta) serta tentang kedatangan kedua kali Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. atau Al-Masih Mau'ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan) – yakni kedatangan misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.43:58) – sebagamana penjelasan beliau a.s. sendiri tentang makna sebenarnya dari kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s. dari langit menjelang pengutusan beliau (Mal 4:1-6), bahwa yang dimaksudkan dengan kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s. tiada lain adalah pengutusan Nabi Yahya bin Zakaria a.s. atau Yahya (Yohanes) Pembaptis:
Setelah murid-murid Yohanes pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: "Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian halus itu tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. Karena tentang dia ada tertulis: "Lihatlah Aku menyuruh utusanKu mendahului engkau, ia akan mempersiapkan jalanmu di hadapanmu."
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar daripadanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Sorga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan IALAH ELIA YANG AKAN DATANG ITU. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" (Matius 11:7-15).
Dengan demikian jelaslah bahwa apabila Allah Ta'ala atau seorang Rasul Allah menyatakan tentang kedatangan kedua kali seorang Rasul Allah maka maksudnya adalah orang lain yang memiliki banyak persamaan dengan Rasul Allah yang pernah diutus sebelumnya, contohnya keadaan Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya bin Zakaria a.s.) memiliki banyak persamaan dengan Nabi Elia a.s., sehingga dikatakan bahwa Nabi Elia a.s. akan datang lagi menjelang pengutusan Yesus Kristus (Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s.):
"Ingatlah kepada Taurat yang telah Kuperintahkan kepada Musa, hambaKu, di gunung Horeb untuk disampaikan kepada seluruh Israel, yakni ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum. Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi" (Maleakhi 4:4-6).
Makna ungkapan kalimat "supaya jangan Aku jangan memukul bumi" merujuk kepada Sunnatullah, bahwa Allah Ta'ala tidak pernah membinasakan umat manusia – bagaimana pun tersesatnya mereka dari Tauhid Ilahi – sebelum terlebih dulu Dia mengutus para Rasul-Nya kepada mereka, supaya manusia tidak memiliki alasan untuk menyalahkan Allah Ta'ala (Qs.6:132; Qs.11:118; Qs.17:16; Qs.20:134-136;; Qs.28:60)

Hakikat Kelahiran Nabi Yahya a.s. dan
Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Yang Unik

Walau pun kelahiran Nabi Yahya a.s. tidak seluar-biasa kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang dilahirkan tanpa ayah seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil, akan tetapi kelahiran Nabi Yahya a.s. di masa tua ayah beliau, Nabi Zakaria a.s., dan ibu beliau (Elisabet) pun dalam keadaan mandul (Lukas 1:525; Qs.3:36-42; Qs.19:2-16) merupakan peristiwa yang pun cukup unik pula.
Di dalam peristiwa kelahiran yang unik dari kedua orang Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan Bani Israil tersebut mengandung isyarat bahwa – sesuai dengan janji Allah Ta'ala kepada Nabi Ibrahim a.s. (Qs.2:125) dan sesuai dengan janji Allah Ta'ala kepada Nabi Musa a.s. (Ul 18:15-19) -- nikmat kenabian akan dipindahkan dari Bani Israil kepada Bani Ismail.
Dari Al-Quran diketahui bahwa isyarat akan dicabutnya nikmat kenabian dari kalangan Bani Israil oleh Allah Ta'ala tersebut dimulai dengan timbulnya keprihatinan besar yang dirasakan oleh istri 'Imran atau ibunda Maryam ketika beliau melihat kenyataannya telah sangat langkanya orang-orang yang bertakwa di kalangan Bani Israil, sehingga istri 'Imran yang shalih tersebut telah menazharkan bayi yang berada di dalam kandungannya untuk diwaqafkan guna sepenuhnya mengkhidmati agama, firman-Nya:
إِذْ قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ(36)فَلَمَّا وَضَعَتْهَا قَالَتْ رَبِّ إِنِّي وَضَعْتُهَا أُنْثَى وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا وَضَعَتْ وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنْثَى وَإِنِّي سَمَّيْتُهَا مَرْيَمَ وَإِنِّي أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ(37)فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنْبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِنْدَهَا رِزْقًا قَالَ يَامَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ(38)هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ(39)فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِينَ(40)قَالَ رَبِّ أَنَّى يَكُونُ لِي غُلَامٌ وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ وَامْرَأَتِي عَاقِرٌ قَالَ كَذَلِكَ اللَّهُ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ(41) قَالَ رَبِّ اجْعَلْ لِي ءَايَةً قَالَ ءَايَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمْزًا وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ(42)
Ingatlah ketika perempuan 'Imran berkata, "Wahai Tuhan-ku, sesungguhnya aku telah menazarkan kepada Engkau apa yang ada dalam kandunganku untuk berkhidmat maka terimalah itu dari aku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Naka tatkala ia telah melahirkannya ia berkata, "Wahai Tuhan-ku, sesungguhnya yang aku lahirkan itu seorang perempuan." Dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya. Dan anak laki-laki yang diharapkannya itu tidak sama seperti anak perempuan yang dilahirkannya. "Dan bahwa aku menaminya Maryam, dan sesungguhnya aku memperlindungkan dia dan keturunannya kepada Engkau dari syaitan yang terkutuk." Maka Tuhan-nya telah menerimanya dengan penerimaan yang baik, dan menumbuhkannya dengan pertumbuhan yang baik, dan menyerahkan pemerliharaannya kepada Zakaria. Setiap kali Zakaria datang menemuinya di mihrab didapatinya ada rezeki padanya. Ia, Zakaria, berkata, "Hai Maryam, dari manakah engkau dapatkan ini?" Ia berkata, "Itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhan-nya, dia berkata, "Wahai Tuhan-ku, anugerahilah aku dari sisi Engkau keturunan yang suci, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa." Maka malaikat menyerunya ketika ia berdiri shalat di mihrab, "Sesungguhnya Allah memberi engkau kabar suka tentang kelahiran Yahya, yang akan menggenapi kalimat dari Allah, dan ia seorang pemimpin dan pengekang hawa-nafsu dan seorang nabi dari antara orang-orang shalih." Ia, Zakaria, berkata, "Wahai Tuhan-ku, bagaimanakah aku akan mendapat anak laki-laki sedang masa tua telah menjelangku dan istriku mandul?" Dia berfirman, "Demikianlah kekuasaan Allah, Dia berbuat apa yang Dia kehendaki." Ia berkata, "Wahai Tuhan-ku, berikanlah kepadaku suatu Tanda." Dia berfirman, "Tanda bagi engkau ialah engkau tidak boleh berbicara dengan manusia selama tiga hari kecuali dengan isyarat. Dan berdzikirlah kepada Tuhan engkau sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah petang dan pagi." (Aali 'Imran, 36-42).
Dalam firman-Nya berikut ini nampak sekali kekhawatiran Nabi Zakaria a.s. melihat keadaan kaumnya yang semakin kehilangan "benih-benih keturunan yang baik", itulah sebabnya ketika beliau a.s, mendengar jawaban dari Maryam tentang "rezeki" yang diperolehnya -- bahwa "rezeki tu dari sisi Allah" (Qs.3:38-40) – maka semangat beliau a.s. untuk memperoleh keturunan yang shalih, yang akan menjadi pewaris keturunan Nabi Ya'qub a.s. semakin kuat, firman-nya:
كهيعص(2)ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا(3)إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا(4)قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا(5)وَإِنِّي خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَرَائِي وَكَانَتِ امْرَأَتِي عَاقِرًا فَهَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا(6)يَرِثُنِي وَيَرِثُ مِنْ ءَالِ يَعْقُوبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا(7) يَازَكَرِيَّا إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَامٍ اسْمُهُ يَحْيَى لَمْ نَجْعَلْ لَهُ مِنْ قَبْلُ سَمِيًّا(8)
Inilah penjelasan rahmat Tuhan engkau kepada hamba-Nya Zakaria, ketika ia berseru kepada Tuhan-nya dengan doa yang lembut. Ia berkata, "Wahai Tuhan-ku, sesungguhnya tulang-tulangku telah menjadi lemah, dan kepala telah dipenuhi uban, namun ya Tuhan-ku, tidak pernah aku kecewa dalam berdoa kepada Engkau. Dan sesungguhnya aku takut akan kaum keluargaku sesudahku, sedang istriku mandul maka anugerahkan kepadaku seorang pewaris dari sisi Engkau, yang akan menjadi warisku dan waris keturunan Ya'qub. Dan ya Tuhan-ku, jadikanlah dia seorang yang diridhai." Dia berfirman, "Hai Zakaria, Kami memberikan kabar suka kepada engkau tentang seorang anak laki-laki namanya Yahya. Tidak pernah Kami sebut seorang pun sebelum dia dengan nama itu" (Maryam, 3-8).
Bandingkan ayat-ayat Al-Quran tentang Nabi Zakaria a.s. dan tentang istri 'Imran yang menazharkan bayi yang masih berada di dalam kandungannya tersebut dengan penjelasan dalam Injil Lukas 1:1-80.

Isyarat Pencabutan Nikmat kenabian Dari Bani Israil

Jadi, dalam kelahiran Nabi Yahya a.s. di masa tua ayah beliau, Nabi Zakaria a.s., dan ibu beliau yang mandul, maupun dalam kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa perantaraan seorang ayah laki-laki dari kalangan Bani Israil, terkandung suatu isyarat atau tanda tentang semakin dekatnya masa pencabutan nikmat kenabian dari kalangan Bani Israil oleh Allah Ta'ala. Itulah sebabnya Allah Ta'ala dalam Al-Quran telah menyatakan bahwa kelahiran Nabi isa Ibnu Maryam a.s. tanpa ayah merupakan as-Saa'ah (tanda kiamat), firman-Nya:
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ(58)وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ(59)إِنْ هُوَ إِلَّا عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ مَثَلًا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ(60)وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلَائِكَةً فِي الْأَرْضِ يَخْلُفُونَ(61)وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلَا تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ(62)
Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal (perumpamaan) tiba-tiba kaum engkau ingar-bingar mengajukan bantahan terhadapnya, dan mereka berkata, "Apakah tuhan-tuhan kami lebih baik ataukah dia?" Mereka tidak mengemukakan hal itu kepada engkau kecuali perbantahan semata. bahkan mereka adalah kaum yang biasa berbantah. Tidaklah dia kecuali seorang hamba yang Kami telah menganugerahkan karunia kepadanya, dan Kami menjadikan dia (Isa Ibnu Maryam) suatu misal (perumpamaan) bagi Bani Israil, dan sesungguhnya ia benar-benar merupakan ilmu (tanda) Saat maka janganlah kamu ragu-ragu tentang itu dan ikutilah aku. Inilah jalan yang lurus (Az-Zukhruf, 58-62).
Dikarenakan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dilahirkan tanpa ayah seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil -- melainkan ibu beliau a.s. merangkap sebagai ayah beliau a.s. -- maka hubungan darah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dengan Bani Israil hanya dari pihak ibu (perempuan) saja, dan merupakan satu bentuk penghinaan dari Allah Ta'ala kepada kalangan kaum laki-laki Bani Israil bahwa tidak ada seorang pun laki-laki dari kalangan Bani Israil yang layak untuk menjadi ayah Rasul Allah terakhir yang dibangkitkan di kalangan mereka, sehingga ibunya merangkap sebagai ayahnya, itulah sebabnya ia bernama Al-Masih, Isa Ibnu (anak) Maryam a.s..
Akibat upaya pembunuhan yang dilakukan oleh para pemuka agama Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban maka Allah Ta'ala tidak pernah lagi membangkitkan Rasul Allah di kalangan Bani Israil, melainkan Rasul Allah selanjutnya yang diutus adalah dari kalangan Bani Ismail, yakni Nabi yang seperti Musa atau Nabi itu (Ul 18:18-19; Yoh1:19-23; Qs.26:193-198; Qs.46:11; Qs.73:16-17) yaitu Nabi Besar Muhammad saw.

BAB IX

Misi Rasul Akhir Zaman

Sehubungan Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta'ala di Akhir Zaman ini, setiap pemeluk agama-agama sepakat mempercayai, bahwa kedatangan para Rasul Allah tersebut adalah untuk memenangkan agamanya atas agama-agama lainnya, termasuk di dalamnya kepercayaan umumnya umat Islam, firman-Nya:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dia-lah Yang mengirimkan Rasul-Nya dengan petunjuk dan dengan agama yang benar supaya Dia memenangkannya di atas semua agama walaupun orang-orang musyrik membenci (Ash-Shaff, 10).
Ada pun yang menakjubkan adalah bahwa kepercayaan mengenai kedatangan kembali para Rasul Allah tersebut diisyaratkan pula di dalam Al-Quran, firman-Nya:
وَإِذَا الرُّسُلُ أُقِّتَتْ(12)لِأَيِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ(13)لِيَوْمِ الْفَصْلِ(14)وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ(15)وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(16)أَلَمْ نُهْلِكِ الْأَوَّلِينَ(17)ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ الْآخِرِينَ(18)كَذَلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ(19)
Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan. Hingga Hari manakah ditangguhkan? Hingga Hari Keputusan. Dan apa yang engkau ketahui tentang Hari Keputusan itu? Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Tidakkah Kami telah membinasakan kaum-kaum terdahulu? Lalu Kami mengikutkan kepada mereka orang-orang yang datang belakangan? Begitulah Kami memperlakukan kepada orang-orang berdosa. Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan (Al-Mursalaat, 12).
Firman-Nya lagi:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ(35)يَابَنِي ءَادَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَاتِي فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(36)وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(37)
Dan bagi tiap-tiap umat ada ajal (batas waktu) maka apabila telah datang ajal (batas waktu) mereka tidak dapat mereka mengundurkan barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat memajukannya. Hai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang membacakan Tanda-tanda-Ku kepada kamu maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri tidak akan ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami dan bersikap takabbur terhadapnya mereka itu penghuni api, mereka akan kekal di dalamnya (Al 'Araaf, 35-37).

Cara Allah Ta'ala Melakukan Penghakiman Di Dunia

Sudah merupakan Sunnatullah (ketentuan Allah Ta'ala) yang diberlakukan dari zaman ke zaman, apabila di kalangan umat beragama telah terjadi perpecahan dan pertentangan, dan setiap agama maupun sekte agama menyatakan diri bahwa hanya agama mereka atau sekte agama mereka sajalah yang benar sedangkan agama-agama lainnya atau sekte-sekte agama lainnya sesat, maka cara Allah Ta'ala memberikan "penghakiman" senantiasa dengan cara mengutus Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan kepada para pengikut agama-agama tersebut, firman-Nya:
مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ(180 )
Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman di dalam keadaan kamu sekarang sehingga Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah tidak akan memberitahukan yang gaib kepada kamu tetapi Allah memilih di antara rasul-rasul-Nya siapa yang Dia kehendaki. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan kepada rasul-rasul-Nya, dan jika kamu beriman dan bertakwa maka bagi kamu ganjaran yang besar (Ali 'Imran, 180).
Firman-Nya lagi:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا(27)إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا(28)لِيَعْلَمَ أَنْ قَدْ أَبْلَغُوا رِسَالَاتِ رَبِّهِمْ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا(29)
Dia-lah yang mengetahui yang gaib maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali kepada Rasul yang Dia ridhai, maka sesungguhnya barisan pengawal yakni malaikat-malaikat berjalan di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa sungguh mereka telah menyampaikan risalat-risalat Tuhan mereka, dan meliputi semua yang ada pada mereka, dan Dia membuat perhitungan tentang segala sesuatu (Al-Jin, 27-29).
Pentingnya pengutusan Rasul Allah Ta'ala dalam rangka melakukan "Penghakiman-Nya" tersebut sangat erat kaitannya dengan keinginan Allah Ta'ala untuk membukakan rahasia-rahasia Al-Asmaa-ul-husna bagi kepentingan pertumbuhan akhlak dan rohani umat manusia ke arah kesempurnaan, sebab hanya kepada Khalifah-Nya -- yakni Rasul Allah yang diridhai-Nya sajalah -- Allah Ta'ala berkenan membukakan rahasia gaib-Nya, tidak kepada para ulama biasa, firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ(31)وَعَلَّمَ ءَادَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(32)قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ(33)قَالَ يَاآدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ فَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ(34)وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ(35)
Dan ingatlah ketika Tuhan engkau berfirman kepada malaikat-malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di bumi," Mereka berkata, "Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan akan menumpahkan darah dalam melakukan penentangan kepadanya? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan pujian Engkau dan kami mengkuduskan Engkau." Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia mengemukakannya kepada malaikat-malaikat dan berfirman, "Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama ini jika kamu berkata benar." Mereka berkata, "Mahasuci Engkau, Kami tidak mempunyai ilmu kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." Dia berfirman, "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu., maka tatkala disebutkannya kepada mereka nama-nama itu, Dia berfirman, "Bukankah telah Aku katakan kepada kamu sesungguhnya Aku mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi, dan mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang yang kamu sembunyikan?" Dan ketika Kami berfirman kepada malaikat-malaikat, "Sujudlah kamu kepada Adam", maka mereka semua sujud kecuali iblis. Ia membangkang dan takabbur, dan ia termasuk orang-orang yang ingkar (Al-Baqarah, 31-35).

Khalifah Allah & Nikmat Allah Ta'ala

Menurut ayat-ayat tersebut apabila Allah Ta'ala berkehendak menciptakan suatu tatanan kehidupan yang baru di dalam kehidupan manusia – yakni menciptakan bumi baru dan langit baru (Qs.14: 48-50) atau "Yerusalem yang baru yang turun dari Surga" (Wahyu 21:1-2) – senantiasa melalui pengutusan seorang Khalifah-Nya, yakni Rasul Allah. Dan Nabi Adam a.s. merupakan salah seorang dari antara Khalifah Allah, yang pada zamannya ditugaskan oleh Allah Ta'ala untuk menciptakan kehidupan yang baru di kalangan umat manusia.
Demikian juga Allah Ta'ala pun telah menyatakan Nabi Daud a.s. sebagai Khalifah Allah di zamannya, karena pada zaman pemerintahan beliau a.s. itulah Bani Israil memiliki kerajaan yang sangat luas dan sangat kuat, firman-Nya:
يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ(28)
"Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi ini maka hakimilah di antara manusia dengan kebenaran, dan janganlah engkau mengikuti hawa-nafsu maka ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah". Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras disebabkan mereka melupakan Hari Perhitungan. (Shad, 18-27).
Menurut Allah dalam Al-Quran Ta'ala, kerajaan merupakan salah satu dari rangkaian nikmat-nikmat Allah Ta'ala yang anugerahkan-Nya kepada umat manusia. Rangkaian nikmat Allah Ta'ala tersebut dimulai dengan penganugerahan nikmat kenabian, firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَءَاتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ
Dan ingatlah tatkala Musa berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika Dia menjadikan nabi-nabi di antara kamu dan menjadikan kamu raja-raja dan Dia memberikan kepada kamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di antara bangsa-bangsa (Al Maidah, 21).
Salah satu bangsa di antara umat manusia yang telah mendapatkan rangkaian nikmat Allah Ta'ala tersebut adalah Bani Israil. Walau pun keturunan Nabi Ibrahim a.s. melalui Nabi Ya'qub a.s. (Israil) tersebut sebelumnya pernah mengalami penindasan yang keji dari para Fir'aun di Mesir selama 400 tahun (Qs.2:28:5-6; Kej 14:12-14), yakni sejak wafatnya Nabi Yusuf a.s. sebagai salah seorang pembesar kerajaan Mesir (Qs.12:51-58; Kej fs 41- fs 50).
Sesuai dengan janji Allah Ta'ala kepada Nabi Ibrahim a.s. (Qs.2:125), dengan perantaraan pengutusan Nabi Musa a.s. dan Nabi Harun a.s., akhirnya Bani Israil menjadi pewaris nikmat kerajaan, yakni setelah mereka memasuki Kanaan (Palestina) "negeri yang dijanjikan" (Maz 39:9, 11, 22 & 29; Ul 28:11 & 34:4; Qs. 21:106).
Pada awalnya Bani Israil sempat menolak memasuki "negeri yang dijanjikan" tersebut karena mereka merasa takut oleh bangsa-bangsa non Bani Israil yang ketika itu berada di Kanaan (Palestina) "negeri yang dijanjikan" tersebut, sehingga akibatnya pewarisan "negeri yang dijanjikan" tersebut selama 40 tahun ditangguhkan oleh Allah Ta'ala, firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَءَاتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ(21)يَاقَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ(22)قَالُوا يَامُوسَى إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا حَتَّى يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ(23) قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ(24)قَالُوا يَامُوسَى إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ(25)قَالَ رَبِّ إِنِّي لَا أَمْلِكُ إِلَّا نَفْسِي وَأَخِي فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ(26)قَالَ فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ أَرْبَعِينَ سَنَةً يَتِيهُونَ فِي الْأَرْضِ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ(27)
Dan ingatlah tatkala Musa berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika Dia menjadikan nabi-nabi di antara kamu dan menjadikan kamu raja-raja dan Dia memberikan kepada kamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di antara bangsa-bangsa. Hai kaumku, masukilah Tanah Suci yang telah ditetapkan Allah bagi kamu, dan janganlah kamu berpaling ke belakang sehingga kamu kembali menjadi orang-orang yang rugi." Mereka berkata, "Ya Musa, sesungguhnya di dalam negeri itu ada suatu kaum liar yang kuat, dan kami tidak akan memasukinya sehingga mereka keluar sendiri dari situ. Maka jika mereka ke luar sendiri dari situ maka sesungguhnya kami akan memasukinya." Berkata dua orang laki-laki di antara mereka yang takut kepada Allah, Allah telah memberi nikmat kepada keduanya, "Masuklah melalui pintu gerbang mereka, maka jika kamu memasuki negeri itu niscaya kamu akan menang. Dan kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang-orang yang beriman." Mereka berkata, "Hai Musa, sesungguhnya kami tidak akan pernah memasuki negeri itu selama mereka masih ada di dalamnya. Karena itu pergilah engkau bersama Tuhan engkau, dan berperanglah engkau berdua, sesungguhnya kami hendak duduk-duduk saja di sini." Musa berkata, "Wahai Tuhan-ku, sesungguhnya aku tidak berkuasa kecuali terhadap diriku dan saudara laki-lakiku, maka bedakanlah di antara kami dan kaum yang durhaka itu." Allah berfirman, "Maka sesungguhnya negeri itu diharamkan bagi mereka selama empat puluh tahun, mereka akan bertualang kebingungan di muka bumi. Maka janganlah engkau bersedih atas kaum yang durhaka (Ali 'Imran, 21-27).


BAB X

Proses Terbentuknya Kerajaan Bani Israil

Dalam Bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa berdasarkan sabda Nabi Besar Muhammad saw. persamaan keadaan Bani Ismail (umat Islam) dengan Bani Israil adalah seperti "persamaan sepasang sepatu" dalam segala seginya. Oleh karena itu untaian nikmat Allah Ta'ala yang telah dianugerahkan Allah Ta'ala kepada Bani Israil pun telah dianugerahkan pula kepada Bani Ismail (umat Islam), firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَءَاتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ(21)
Dan ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu, ketika Dia menjadikan nabi-nabi di antara kamu dan menjadikan kamu raja-raja dan Dia memberikan kepada kamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di antara bangsa-bangsa (Al-Maidah, 21).
Demikian pula halnya dengan 2 kali azab besar yang ditimpakan Allah Ta'ala kepada Bani Israil – sebagai hukuman Allah Ta'ala atas kedurhakaan mereka – juga telah ditimpakan kepada Bani Ismail (umat Islam), firman-Nya:
وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إسْرائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا(5)فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا(6)ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا(7)إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَافَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا(8)عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا(9)
Dan Kami telah tetapkan kepada Bani Israil dalam Kitab Taurat itu, "Niscaya kamu akan melakukan kerusakan di bumi dua kali, dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan sangat besar." Maka apabila datang janji pertama dari kedua peristiwa itu Kami bangkitkan untuk menghadapi kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat maka mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah. Dan itu suatu janji yang pasti akan terjadi. Kemudian Kami kembalikan kepada kamu kekuatan untuk mengalahkan mereka, dan Kami bantu kamu dengan harta dan anak-anak, dan Kami menjadikan kamu kelompok yang lebih besar dari sebelumnya. Jika kamu berbuat baik, kamu berbuat baik bagi diri kamu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk maka itu untuk diri kamu sendiri. Maka apabila datang janji kedua itu supaya mereka mendatangkan kesusahan pada wajah-wajah kamu, dan supaya mereka memasuki mesjid seperti pernah mereka memasukinya pada pertama kali, dan supaya mereka menghancurkan segala yang telah mereka kuasai. Boleh jadi Tuhan kamu akan menaruh kasihan kepada kamu, tetapi jika kamu kembali kepada kejahatan Kami pun akan kembali menimpakan azab, dan Kami jadikan jahannam sebagai penjara bagi orang-orang yang ingkar (Bani Israil, 5-9). Lihat Bible: Ulangan 28:15, 49-53, 63-64 & 30:15 tentang berkat dan kutuk).

Proses Kejayaan Bani Israil Yang Pertama

Menurut Allah Ta'ala dalam Al-Quran, upaya membangun kerajaan Bani Israil dimulai dibawah kepemimpinan Thalut (Qs.2:248-250) yaitu Gideon (Hakim-hakim 6:7-15 & 7:4-7), sekitar 200 tahun setelah Nabi Musa a.s.. Sebelum Thalut diangkat menjadi raja keadaan Bani Israil terpecah-belah dalam berbagai suku, mereka tidak memiliki raja maupun angkatan perang, sehingga mereka pada tahun 1258 sM., disebabkan kedurhakaan mereka, maka Allah Ta'ala membiarkan mereka menjadi mangsa penindasan dari kaum Midian selama 7 tahun, akibatnya mereka terpaksa mencari perlindungan di dalam gua-gua (Hakim-hakim 5:1-6).
Sehubungan dengan pengangkatan Thalut sebagai raja pertama di kalangan Bani Israil, seorang sahabat Nabi Besar Muhammad saw. diriwayatkan pernah berkata: "Kami berjumlah 313 orang dalam perang Badar, dan jumlah itu sesuai dengan jumlah orang yang mengikuti Thalut" (Tirmidzi bab Siyar).
Menurut Bible, jumlah orang yang tetap bersama dengan Gideon setelah menghadapi ujian dengan perantaraan aliran air sungai (Qs.2:250) jumlahnya tinggal 300 orang saja (Hakim-hakim 7:4-7), sama dengan jumlah pasukan Muslim dalam perang Badar, menghadapi 1000 orang pasukan kafir Quraisy Mekkah.
Kenyataan yang memperkuat bahwa Thalut dalam Al-Quran adalah sama dengan Gideon dalam Bible, kata itu berasal dari akar kata yang dalam bahasa Ibrani berarti "menumbangkan" (Encyclopaedia Biblica) atau "menebang" (Jew Encyclopaedia). Jadi, Thalut atau Gideon berarti "orang yang menebas musuh hingga merobohkannya ke tanah". Bible sendiri mengatakan tentang Gideon sebagai "pahlawan yang perkasa" (Hakim-hakim 6:12).
Sesuai dengan arti Gideon tersebut Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Quran tentang Thalut:
أَلَمْ تَرَ إِلَى الْمَلَإِ مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ بَعْدِ مُوسَى إِذْ قَالُوا لِنَبِيٍّ لَهُمُ ابْعَثْ لَنَا مَلِكًا نُقَاتِلْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ هَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ أَلَّا تُقَاتِلُوا قَالُوا وَمَا لَنَا أَلَّا نُقَاتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقَدْ أُخْرِجْنَا مِنْ دِيَارِنَا وَأَبْنَائِنَا فَلَمَّا كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقِتَالُ تَوَلَّوْا إِلَّا قَلِيلًا مِنْهُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالظَّالِمِينَ(247)وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ(248)وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ ءَايَةَ مُلْكِهِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ التَّابُوتُ فِيهِ سَكِينَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَبَقِيَّةٌ مِمَّا تَرَكَ ءَالُ مُوسَى وَءَالُ هَارُونَ تَحْمِلُهُ الْمَلَائِكَةُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ(249)
Tidakkah engkau memperhatikan ihwal para pemuka Bani Israil sesudah Musa, ketika mereka berkata kepada nabi mereka, "Angkatlah bagi kami seorang raja, supaya kami dapat berperang di jalan Allah." Berkata ia, "Apakah barangkali kamu tidak akan berperang jika berperang diwajibkan atas kamu?" Mereka berkata, "Mengapakah kami tidak akan berperang di jalan Allah jika kami telah diusir dari rumah-rumah kami dan dipisahkan dari anak-anak kami?" Maka tatkala diwajibkan berperang atas mereka berpalinglah mereka kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang aniaya. Dan berkata nabi mereka kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi raja bagi kamu." Mereka berkata, "Bagaimana ia bisa mempunyai kedaulatan atas kami, padahal kami lebih berhak mempunyai kedaulatan daripadanya, dan ia tidak diberi berlimpah-limpah harta?" Nabi itu berkata, "Sesungguhnya Allah telah memilihnya atas kamu dan melebihkannya dengan keluasan ilmu dan kekuatan badan." Dan Allah memberikan kedaulatan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas karunia-Nya, Maha Mengetahui. Dan nabi mereka berkata kepada mereka, "Sesungguhnya tanda kedaulatannya ialah akan datang kepada kamu suatu tabut, yakni keadaan hati, yang di dalamnya mengandung ketentraman dari Tuhan kamu dan pusaka, yakni jiwa ksatria, yang ditinggalkan oleh keluarga Musa dan keluarga Harun yang dipikul oleh malaikat-malaikat. Sesungguhnya dalam hal ini ada suatu tanda bagi kamu, jika kamu orang-orang yang beriman (Al Baqarah, 247-249).

Perbedaan Siasat Yang Dilaksanakan Nabi Daud a.s. dan
Siasat Yang Dilaksanakan Nabi Sulaiman a.s.

Dari Kitab suci Al-Quran maupun dari Bible diketahui bahwa kerajaan Bani Israil mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s., setelah keduanya sepenuhnya dapat mengalahkan bangsa-bangsa non-Israil yang di dalam Al-Quran digambarkan sebagai Jalut dan balatentaranya (Qs.2:247-253).
Nama yang sepadan dengan Jalut dalam Bible adalah Goliat (I Samuel 17:4), sedangkan yang dimaksud dengan "balatentara Jalut" adalah kaum Amalek dan semua suku bangsa di sebelah timur Palestina yang membantu kaum Midian dalam penyerangan mereka kepada 12 suku- Bani Israil (Hakim-hakim 6:3).
Pemanfaatan secara optimal SDA (Sumber Daya Alam) dan SDM (Sumber Daya Manusia) yang terdapat di lingkungan kerajaan Bani Israil di masa pemerintahan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s., menyebabkan penganugerahan untaian nikmat Allah Ta'ala kepada Bani Israil menjadi lengkap, yakni (1) nikmat kenabian, (2) nikmat kerajaan, (3) nikmat kesuksesan dalam bidang kehidupan duniawi, sebagaimana firman-Nya sebelum ini:
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَاقَوْمِ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَعَلَ فِيكُمْ أَنْبِيَاءَ وَجَعَلَكُمْ مُلُوكًا وَءَاتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ
Dan tatkala Musa berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atas kamu ketika Dia menjadikan nabi-nabi di antara kamu dan menjadikan kamu raja-raja dan Dia memberikan kepada kamu apa yang tidak diberikan kepada kaum lain di antara bangsa-bangsa (Al Maidah, 21).
Kesuksesan pendaya-gunaan secara optimal SDA (sumber Daya Alam) dan SDM (Sumber Daya Manusia) yang dilakukan pada masa pemerintahan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. tersebut diisyaratkan dalam firman-Nya berikut ini:
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ عِلْمًا وَقَالَا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي فَضَّلَنَا عَلَى كَثِيرٍ مِنْ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِينَ(16)
Dan sungguh Kami benar-benar telah memberikan ilmu kepada Daud dan Sulaiman, dan keduanya berkata, "Segala puji bagi Allah Dzat Yang telah memuliakan kami di atas kebanyakan dari hamba-hamba-Nya yang beriman" (An-Naml, 16).
Berikut adalah rincian kesuksesan pemerintahan di masa Nabi Daud a.s. dan di masa Nabi Sulaiman a.s., firman-Nya:
وَدَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ إِذْ يَحْكُمَانِ فِي الْحَرْثِ إِذْ نَفَشَتْ فِيهِ غَنَمُ الْقَوْمِ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شَاهِدِينَ(79)
Dan ingatlah Daud dan Sulaiman, ketika mereka berdua memberikan keputusan yang berbeda mengenai suatu ladang, ketika kambing-kambing suatu kaum merusak di dalamnya, dan Kami menjadi saksi atas benarnya keputusan mereka (Al-Anbiya, 79)
Dalam ayat ini dan dalam beberapa ayat berikutnya telah dipergunakan bahasa kiasan untuk menambah indahnya ungkapan. Al-harts (ladang) dapat merujuk kepada wilayah kerajaan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s., dan ungkapan ghanam al-qaum (kambing-kambing suatu kaum) merujuk kepada kabilah-kabilah tetangga Bani Israil yang buas dan suka merampok dan sering mengadakan serbuan-serbuan ke dalam wilayah kekuasaan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s..
Ayat tersebut mengisyaratkan kepada dua kebijaksanaan berbeda yang dilaksakan oleh Nabi Daud a.s. dan oleh Nabi Sulaiman a.s. pada masa pemerintahan masing-masing, dalam menghadapi gangguan dari suku-suku non-Bani Israil tersebut. Dikarenakan Nabi Daud a.s. adalah seorang ahli perang yang ulung maka beliau a.s. melancarkan siasat yang keras, yakni memerangi dan menaklukkan suku-suku non Bani Israil tersebut.
Sebaliknya pada masa pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., beliau melaksanakan siasat yang lebih lunak, yakni menundukkan suku-suku non Bani Israil tersebut dengan cara mengadakan perjanjian-perjanjian persahabatan dengan mereka, antara lain berupa melakukan hubungan perdagangan dan lain-lain, firman-Nya:
فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ وَكُلًّا ءَاتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُدَ الْجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ وَكُنَّا فَاعِلِينَ(80)
Maka Kami memberikan pengertian yang benar kepada Sulaiman, dan kepada masing-masing Kami berikan kebijaksanaan dan ilmu. Dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung untuk bertasbih bersama Daud. Dan Kami yang mengerjakan hal itu (Al-Anbiya 80).
Menurut ayat tersebut bahwa siasat lunak dan menciptakan perdamaian yang dijalankan oleh Nabi Sulaiman s.s. memang sangat tepat dalam keadaan-keadaan pada saat itu, sebagaimana tepatnya siasat keras yang dilaksanakan oleh ayahanda beliau. Nabi Daud a.s., di masa pemerintahannya.
Pernyataan Allah Ta'ala dalam ayat tersebut merupakan bantahan terhadap tuduhan yang dilancarkan oleh beberapa pengarang Yahudi yang telah menyalahkan siasat lunak yang dijalankan oleh Nabi Sulaiman a.s., sehingga menjadi penyebab kehancuran pemerintahan wangsa Nabi Daud a.s..
Ungkapan kalimat "dan kepada masing-masing Kami berikan kebijaksanaan dan ilmu" lebih memperjelas lagi, bahwa menurut Allah Ta'ala siasat-siasat berbeda yang dilaksanakan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. pada zamannya masing-masing merupakan tindakan terbaik dalam keadaan itu dan paling cocok pada peristiwa di masa pemerintahannya masing-masing.

Makna Ditundukkan-Nya "Gunung-gunung" Dan "Burung-burung"

Ungkapan kalimat "Dan Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung untuk bertasbih bersama Daud" sehubungan dengan penganugerahan nikmat kerajaan dan nikmat kesuksesan duniawi, tidak perlu diartikan secara harfiah, karena ungkapan-ungkapan seperti itu mengandung makna-makna yang luas dan dalam, antara lain berarti bahwa para pembesar kaum (al-jibaal/(gunung-gunung) dan ruhaniawan-ruhaniawan yang bermartabat tinggi (ath-thair/burung-burung) memuliakan Allah Ta'ala dan mendendangkan sanjungan-sanjungan Ilahi bersama-sama dengan Nabi Daud a.s..
Kenapa demikian? Sebab sekali pun beliau a.s. merupakan seorang raja sebuah kerajaan duniawi akan tetapi kewajiban Nabi Daud a.s. sebagai rasul Allah lebih dominan untuk berusaha mengarahkan semua orang yang ada di bawah kekuasaan beliau agar mereka menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah Ta'ala, firman-Nya:
اصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاذْكُرْ عَبْدَنَا دَاوُدَ ذَا الْأَيْدِ إِنَّهُ أَوَّابٌ(18)إِنَّا سَخَّرْنَا الْجِبَالَ مَعَهُ يُسَبِّحْنَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِشْرَاقِ(19)وَالطَّيْرَ مَحْشُورَةً كُلٌّ لَهُ أَوَّابٌ(20)وَشَدَدْنَا مُلْكَهُ وَءَاتَيْنَاهُ الْحِكْمَةَ وَفَصْلَ الْخِطَابِ(21)وَهَلْ أَتَاكَ نَبَأُ الْخَصْمِ إِذْ تَسَوَّرُوا الْمِحْرَابَ(22)إِذْ دَخَلُوا عَلَى دَاوُدَ فَفَزِعَ مِنْهُمْ قَالُوا لَا تَخَفْ خَصْمَانِ بَغَى بَعْضُنَا عَلَى بَعْضٍ فَاحْكُمْ بَيْنَنَا بِالْحَقِّ وَلَا تُشْطِطْ وَاهْدِنَا إِلَى سَوَاءِ الصِّرَاطِ(23) إِنَّ هَذَا أَخِي لَهُ تِسْعٌ وَتِسْعُونَ نَعْجَةً وَلِيَ نَعْجَةٌ وَاحِدَةٌ فَقَالَ أَكْفِلْنِيهَا وَعَزَّنِي فِي الْخِطَابِ(24)قَالَ لَقَدْ ظَلَمَكَ بِسُؤَالِ نَعْجَتِكَ إِلَى نِعَاجِهِ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْخُلَطَاءِ لَيَبْغِي بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ وَظَنَّ دَاوُدُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ(25)فَغَفَرْنَا لَهُ ذَلِكَ وَإِنَّ لَهُ عِنْدَنَا لَزُلْفَى وَحُسْنَ مَآبٍ(26) يَادَاوُدُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ(28)
Bersabarlah atas apa yang mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami, Daud, yang mempunyai kekuatan yang besar, sesungguhnya ia senantiasa kembali kepada Tuhan. Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung kepadanya. Mereka menyanjungkan puji-pujian Tuhan bersamanya pada waktu petang dan pagi hari. Dan Kami menundukkan kepadanya burung-burung yang berhimpun bersama-sama, semuanya patuh kepada Tuhan. Dan Kami meneguhkan kerajaannya, dan Kami memberikan kepadanya kebijaksanaan dan kepiawaian memutuskan perkara. Dan sudahkah datang kepada kamu kabar tentang orang-orang yang pura-pura bermusuhan, ketika mereka itu memanjat dinding kamar pribadinya? Ketika mereka masuk mendatangi Daud maka ia terkejut dari mereka itu. Mereka berkata, "Janganlah engkau takut, kami dua orang sedang bersengketa, kami berlaku melampaui batas terhadap satu sama lain maka hakimilah kami dengan keadilan, dan janganlah menganiaya kami dan tunjukilah kami ke jalan yang lurus. Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan domba betina sedangkan aku mempunyai seekor domba betina, lalu ia berkata, 'Serahkanlah domba betina itu kepadaku', dan ia telah mengungguli diriku dalam pembicaraan." Ia, Daud, berkata, "Sesungguhnya ia telah berlaku aniaya kepada engkau dengan meminta domba betina engkau untuk menambahkannya kepada domba-domba betinanya. Dan sesungguhnya banyak di antara orang-orang yang bersekutu berlaku aniaya sebagian terhadap sebagian lainnya, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan mereka yang seperti itu hanya sedikit." dan Daud menyangka bahwasanya Kami telah mengujinya maka ia memohon ampun kepada Tuhan-nya, dan ia merebahkan diri menyatakan kepatuhan dan menghadapkan diri kepada-Nya. Maka Kami mengampuni baginya kelemahan itu, dan sesungguhnya ia benar-benar mempunyai kedudukan akrab di sisi Kami dan mempunyai sebaik-baik tempat kembali. "Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi ini maka hakimilah di antara manusia dengan kebenaran, dan janganlah engkau mengikuti hawa-nafsu maka ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah". Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras disebabkan mereka melupakan Hari Perhitungan. (Shad, 18-27).
Seandainya Nabi Daud a.s. bukan seorang Rasul Allah maka sebagai seorang ahli perang yang ulung tentu beliau a.s. akan langsung membunuh kedua orang yang pura-pura sedang bersengketa tersebut, sebab beliau a.s. mengetahui bahwa kedua orang itu bermaksud akan membunuh beliau a.s. secara diam-diam, namun maksud buruk mereka menjadi gagal karena Nabi Daud a.s. senantiasa dalam keadaan waspada.
Sekali pun Nabi Daud a.s. mengetahui persengketaan dusta yang mereka kemukakan kepada beliau a.s. – yang tujuannya adalah menyindir Nabi Daud a.s. bahwa beliau a.s. adalah seorang raja yang haus kekuasaan dan senantiasa melakukan penaklukkan atas bangsa-bangsa lainnya – namun demikian beliau a.s. dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan melayani kepura-puraan mereka.
Bahkan Nabi Daud a.s. telah menganggap bahwa peristiwa tersebut sebagai "peringatan" dari Allah Ta'ala tentang adanya pihak-pihak di lingkungan kerajaan Bani Israil yang berusaha untuk mengakhiri kekuasaan beliau a.s. di kerajaan Bani Israil.

Makar-Buruk Di masa Pemerintahan Nabi Sulaiman a.s.

Makar-makar buruk dari pihak-pihak penentang wangsa Nabi Daud a.s. tersebut berlanjut pada masa pemerintahan Nabi Sulaiman a.s. (Qs.2:103-104), dan makar-buruk mereka mengalami keberhasilan pada masa kekuasaan putra beliau a.s. yang tidak memiliki ketakwaan, setelah Nabi Sulaiman a.s. wafat (Qs.38:31-41). Berikut firman-Allah Ta'ala tentang makar-makar buruk yang dilakukan terhadap kekuasaan Nabi Sulaiman a.s., yang juga telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi kepada Nabi Besar Muhammad saw.:
وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ وَمَا هُمْ بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنْفَعُهُمْ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ أَنْفُسَهُمْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ(103)وَلَوْ أَنَّهُمْ ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَمَثُوبَةٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ خَيْرٌ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ(104)
Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan, yakni dilakukan, oleh syaitan-syaitan, yakni para pemberontak, di masa kerajaan Sulaiman, dan bukanlah Sulaiman yang ingkar melainkan syaitan-syaitan, yakni para pemberontak, itulah yang ingkar, mereka mengajarkan sihir kepada manusia. Dan mereka mengaku mengikuti apa yang telah diturunkan kepada dua malaikat di Babil, Harut dan Marut. Dan keduanya tidak mengajar seorang pun sehingga mereka berkata, "Sesungguhnya kami hanyalah cobaan karena itu kamu jangan ingkar." Maka orang-orang belajar dari keduanya hal yang dengan itu mereka membuat perbedaan di antara laki-laki dan istrinya, dan mereka tidak mendatangkan mudharat kepada seorang pun dengan itu kecuali dengan seizin Allah; sedangkan mereka yang memberontak ini belajar hal yang mendatangkan mudharat kepada mereka dan tidak bermanfaat bagi mereka. Dan sungguh mereka benar-benar mengetahui bahwa barangsiapa berniaga dengan cara ini tiada baginya suatu bagian keuntungan di akhirat. Dan benar-benar sangat buruk hal yang untuk itu mereka menjual diri mereka, sekiranya mereka mengetahui. Dan sekiranya mereka beriman dan bertakwa niscaya ganjaran yang terbaik adalah di sisi Allah, sekiranya mereka mengetahui (Al-Baqarah, 103-104).
Ayat-ayat Al-Quran sehubungan dengan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. banyak menggunakan kata-kata kiasan (perumpamaan), misalnya ditundukkan-Nya gunung-gunung, burung-burung, jin-jin dan syaitan-syaitan, bahkan menggunakan istilah "dua orang malaikat, Harut dan Marut", atau ungkapan "besi dilunakkan bagi Nabi Daud a.s." atau "lembah semut" dan kata-kata kiasan lainnya, sehingga mengakibatkan banyak orang yang keliru menafsirkan ayat-ayat Al-Quran tersebut.


BAB XI

Makna Lain "Gunung-gunung" dan "Burung-burung"

Kata al-jibaal (gunung-gunung) dapat berarti pula "kaum-kaum yang tinggal di daerah pegunungan", sebab adakalanya nama suatu tempat dipakai untuk para penghuni tempat tersebut (Qs.12:83). Allah Ta'ala melalui lidah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) menyebut para pemuka kaum Yahudi – yakni ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi -- dengan "Yerusalem" (Mat 23:1-39):
Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: "Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan" (Matius 23:37-39). Lihat Qs.2:88-89.
Dengan demikian jelaslah bahwa ditundukkan-Nya "gunung-gunung" untuk berkhidmat kepada Nabi Daud a.s. mengandung arti, bahwa Nabi Daud a.s. berhasil menaklukkan dan menguasai kabilah-kabilah (kaum-kaum) liar serta biadab yang mendiami daerah pegunungan. Nabi Daud a.s. adalah seorang penakluk agung dan pengendali suku-suku bangsa pegunungan yang buas itu. Bible pun menunjuk kepada penaklukan suku-suku pegunungan oleh Nabi Daud a.s. (II Samuel bab 5).
Kata "thair" (burung-burung) yang ditundukkan Allah Ta'ala kepada Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. mengandung beberapa makna:
• Merujuk kepada para pembesar kerajaan yang senantiasa menyanjung kesucian Allah Ta'ala bersama-sama dengan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s., contohnya Hud-hud (Qs.27:21-32; Qs.34:11-15).
• Merujuk kepada burung-burung sebenarnya, maknanya ialah bahwa Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. mempergunakan burung-burung yang telah dilatih secara khusus untuk tujuan membawa berita dan pesan di masa peperangan.
• Merujuk kepada kawanan-kawanan burung yang mengikuti lasykar-lasykar Nabi Daud a.s. yang unggul di medan perang, dan burung-burung tersebut makan bangkai-bangkai manusia yang terbunuh dalam peperangan.
• Merujuk kepada pasukan berkuda (pasukan kavaleri) yang memilik kecepatan dalam bergerak melebihi pasukan infantri (Qs.27:16-32; Qs.38:31-35).

Makna Dilunakkan-Nya Besi Untuk Nabi Daud a.s.

Selanjutnya Allah Ta'ala berfirman mengenai pengembangan industri militer di masa pemerintahan Nabi Daud a.s., yaitu dalam rangka mensukseskan upaya penaklukkan "ghanam al-qaum" (kambing-kambing milik suatu kaum) -- yakni bangsa-bangsa liar dan biadab yang selalu menyerang "kebun" yakni wilayah kekuasaan kerajaan Bani Israil:
وَعَلَّمْنَاهُ صَنْعَةَ لَبُوسٍ لَكُمْ لِتُحْصِنَكُمْ مِنْ بَأْسِكُمْ فَهَلْ أَنْتُمْ شَاكِرُونَ(81)
Dan Kami mengajarkan dia (Daud) membuat baju besi bagi kepentingan kamu, supaya dapat melindungi dari pertempuran kamu. Maka apakah kamu mau bersyukur? (Al-Anbiya, 81).
Firman-Nya lagi:
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا دَاوُدَ مِنَّا فَضْلًا يَاجِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ(11)أَنِ اعْمَلْ سَابِغَاتٍ وَقَدِّرْ فِي السَّرْدِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ(12)
Dan sungguh Kami benar-benar telah menganugerahkan kepada Daud karunia dari Kami, "Hai gunung-gunung sanjunglah bersamanya, dan juga hai burung-burung." dan Kami menjadikan besi lunak baginya. "Buatlah baju besi yang cukup panjang, dan buatlah cincin-cincinnya berukuran tepat, dan berbuatlah amal shalih. Sesungguhnya Aku melihat apa pun yang kamu kerjakan." (As-Saba, 11-12).
Kemudian mengenai pendaya-gunaan SDA (Sumber Daya Alam) dan SDM (Sumber daya Manusia) di masa pemerintahan Nabi Sulaiman a.s., guna memperkokoh langkah-langkah diplomasi dengan negara-negara lain, Allah Ta'ala berfirman:
وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ عَاصِفَةً تَجْرِي بِأَمْرِهِ إِلَى الْأَرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَكُنَّا بِكُلِّ شَيْءٍ عَالِمِينَ(82)وَمِنَ الشَّيَاطِينِ مَنْ يَغُوصُونَ لَهُ وَيَعْمَلُونَ عَمَلًا دُونَ ذَلِكَ وَكُنَّا لَهُمْ حَافِظِينَ(83)
Dan Kami tundukkan kepada Sulaiman angin kencang, angin itu bertiup atas perintahnya ke arah daerah yang telah Kami berkati di dalamnya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan dari antara syaitan-syaitan yakni suku-suku pemberontak ada yang menyelam untuk dia, dan mereka menjalankan pekerjaan khusus lain selain itu, dan Kami yang memelihara mereka (Al-Anbiya, 82-83).
Penundukkan "angin kencang" kepada Nabi Sulaiman a.s. mengisyaratkan kepada pembangunan armada perdagangan melalui lautan dengan negara-negara tetangga kerajaan Bani Israil (Qs. 21:79-83; Qs.27:16-45; Qs.34:11-14; Qs.38:19-20, 31-4.)

Bersyukur & Tidak bersyukur

Sunnatullah yang telah ditetapkan Allah Ta'ala bagi manusia adalah bahwa apabila seorang manusia dipanjangkan umurnya maka setelah ia mengalami masa-masa puncak perkembangan jasmaninya dan jiwanya, manusia secara berangsur-angsur akan mengalami masa tua-renta dan pikun lalu akhirnya ia mengalami kematian (Qs.16:71; Qs.22:6; Qs.36:69).
Sunatullah tersebut berlaku pula bagi manusia sebagai bangsa (umat/kaum), yakni Allah Ta'ala telah menetapkan bahwa setiap umat memiliki ajal (batas waktu), firman-Nya:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ(35)يَابَنِي ءَادَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَاتِي فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(36)وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(38)
Bagi tiap-tiap umat ada (memiliki) ajal (batas waktu), maka apabila telah datang ajal (batas waktu mereka, tidak dapat mereka mengundurkan barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat memajukan. Wahai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan Tanda-tanda-Ku kepada kamu maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri, tidak akan ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih. Dan orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami dan berlaku takabbur terhadapnya, mereka itu penghuni api, mereka akan kekal di dalamnya (Al A'raaf, 35-37).
Walau pun dalam ayat tersebut dikatakan bahwa "apabila telah datang ajal (batas waktu mereka, tidak dapat mereka mengundurkan barang sesaat pun dan tidak pula mereka dapat memajukan" tidak berarti bahwa manusia sama sekali tidak memiliki ikhtiar (upaya) untuk mempercepat atau pun memperlambat kedatangan ajal (batas waktu) tersebut, firman-Nya:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ(8)
Dan ketika Tuhan engkau mengumumkan, "Jika kamu benar-benar bersyukur niscaya Aku akan menambah karunia lebih banyak kepada kamu, dan jika kamu tidak bersyukur sesungguhnya azab-Ku sangat keras" (Ibrahim, 8).
Firman-Nya lagi:
مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَءَامَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا(148)
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah Maha Menghargai, Maha Mengetahui (An Nisaa, 148).

Masa Kemunduran Kerajaan Bani Israil

Kerajaan Bani Israil mengalami kemunduran terjadi setelah kewafatan Nabi Sulaiman a.s., selain akibat lemahnya ketakwaan pewaris tahta kerajaan Bani Israil, Rehoboam -- yang di dalam Al-Quran digambarkan sebagai "jasad tanpa ruh yang duduk di atas singgasana" (Qs.38:35-36; I Raja-raja fs 12, 13 & 14) – juga akibat timbulnya pemberontakan dari kalangan suku-suku Bani Israil di luar wangsa Nabi Daud a.s., yang dipimpin oleh Jeroboam (I Raja-raja 12:28).
Keruntuhan kerajaan Bani Israil tersebut digambarkan sebagai "tongkat Nabi Sulaiman a.s. yang dimakan serangga bumi (rayap)", firman-Nya:
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ(15)
Dan ketika Kami menakdirkan kematiannya, tidak ada sesuatu yang menunjukkan kepada mereka kecuali serangga bumi (rayap) yang memakan tongkatnya, maka tatkala tongkat itu jatuh, jin-jin menyadari dengan jelas bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak akan tetap dalam azab yang menghinakan (As-Saba' 15).
Makna "tongkat" antara lain adalah "jama'ah", sebab "tongkat" melupakan lambang kepemimpinan dari seorang raja. Dengan demikian makna "tongkat" nabi Sulaiman a.s. dimakan "serangga bumi" (rayap) artinya bahwa setelah Nabi Sulaiman a.s. wafat kerajaan Bani Israil yang sangat kuat dan sangat luas wilayahnya menjadi pecah menjadi kerajaan Yehuda dan kerajaan Israel yang satu sama lain saling bertentangan.
Ada pun yang dimaksud dengan "jin-jin" adalah bangsa-bangsa non-Bani Israil yang ditaklukkan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. dan mereka dipekerjakan pada bidang-bidang yang dibutuhkan untuk mengelola berbagai SDA (Sumber Daya Alam) yang terdapat di wilayah kekuasaan kerajaan Bani Israil.
Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan pasukan dan para pekerja Nabi Sulaiman a.s. yang terdiri dari "jin, syaitan, dan burung" sama sekali tidak merujuk kepada makhluk halus – sebagaimana umumnya dipercayai – melainkan merujuk kepada berbagai macam SDM (Sumber Daya Manusia) yang dimiliki dan dimanfaatkan secara optimal oleh Nabi Sulaiman a.s. atas izin Allah Ta'ala. Di antara SDM (Sumber Daya Manusia) yang dimanfaatkan oleh Nabi Sulaiman a.s. tersebut adalah bangsa-bangsa taklukan Non- Bani Israil, yang di dalam Al-Quran disebut jin dan syaitan yang ditundukkan kepada Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. (Qs.21:83; Qs.27:40; Qs.34:13-15; Qs.38:38-39).
Sebelum ini telah dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan Jalut dalam Al-Quran adalah Goliat, yang bermakna "roh-roh yang suka berlari-lari, menyamun dan membinasakan" atau "pemimpin" atau "raksasa" (Encyclopaedia Biblica & Jew Encyclopaedia). Dengan demikian penyebutan "jin, syaitan, burung" – termasuk Hud-hud (Qs.27:21-29) – sehubungan dengan Nabi Sulaiman a.s. tidak diperlu diartikan secara harfiah, karena merupakan kata-kata kiasan (tamsil) yang mengandung makna-makna yang sangat dalam.

Kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.

Keruntuhan kerajaan Bani Israil mencapai puncaknya ketika kota suci Yerusalem dihancur-luluhkan oleh serangan bala tentara raja Nebukadnezar di kerajaan Babilonia pada masa pemerintahan raja Zedekia (II Raja-raja 25:1-21; Qs.2:260) pada tahun 587 sM., akibat melakukan pengkhianatan terhadap kekuasaan raja Nebukadnezar.
Di antara 10 suku Bani Israil yang diboyong oleh balatentara Nebukadnezar ke Babilonia terdapat seorang Rasul Allah, yakni Nabi Yehezkiel a.s. (Dzulkifli a.s. – Qs.2:260). Sejak pemboyongan suku-suku Bani Israil ke Babilonia itulah kemudian muncil istilah "domba-domba Israil yang hilang" yang merupakan kewajiban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) sebagai "gembala yang baik" untuk mencari mereka dan menyelamatkan ketersesatan mereka dari Tauhid (Yoh 10:1-20).
Pada hakikatnya penyerbuan dahsyat bala tentara raja Nebukadnezar ke kota suci Yerusalem tersebut merupakan hukuman Allah Ta'ala yang pertama dari 2 hukuman besar yang dijanjikan kepada Bani Israil (Qs.17:5-11), akibat berbagai bentuk kedurhakaan yang mereka lakukan kepada Allah Ta'ala dan kepada para Rasul Allah yang dibangkitkan di antara mereka (Qs.2:288-289; Mat 23:1-39).
Allah Ta'ala menyebut kedua azab besar yang menimpa Bani Israil tersebut sebagai kutukan dari Nabi Daud a.s. dan kutukan dari Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
Dilaknat orang-orang yang ingkar dari antara Bani Israil oleh lidah Daud dan Isa Ibnu Maryam. Hal itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas (Al Maidah, 79). Lihat pula Qs.3:88; Qs.4:48.
Mengenai kutukan Nabi Daud a.s. terhadap orang-orang yang ingkar dari Bani Israil tersebut terdapat dalam Mazmur 5:2-13, dalam Mazmur ayat 11 Nabi Daud a.s. menyatakan:
"Biarlah mereka menanggung kesalahan mereka, ya Allah, biarlah mereka jatuh karena rancanganannya sendiri; BUANGLAH MEREKA karena banyaknya pelanggaran mereka, sebab mereka memberontak terhadap Engkau".
Berikut adalah kutukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) kepada orang-orang yang ingkar dari Bani Israil sebagaimana sebelumnya Nabi Daud a.s. telah mengutuk mereka:
Pada pagi-pagi hari dalam perjalanan kembali ke kota Yesus merasa lapar. Dekat jalan ia melihat pohon ara lalu pergi ke situ, tetapi ia tidak mendapat apa-apa pada pohon itu selain daun-daun saja. katanya kepada pohon itu: "Engkau tidak akan berbuah lagi selama-lamanya!" Dan seketika itu juga keringlah pohon ara itu (Matius 21:18-19).
Sebenarnya sasaran kutukan dari Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) tersebut bukan pohon ara melainkan Bani Israil, sebab akibat upaya pembunuhan yang dilakukan mereka terhadap beliau a.s. melalui penyaliban menyebabkan Allah Ta'ala bukan saja telah mengusir mereka yang kedua kali dari Yerusalem secara hina bahkan Allah Ta'ala telah mencabut nikmat kenabian dari mereka lalu diberikan kepada saudara mereka dari kalangan Bani Israil, sehingga sejak itu keadaan Bani Israil benar-benar seperti pohon ara yang tidak berbuah lagi selama-lamanya.
Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab sebelumnya, azab besar kedua yang ditimpakan Allah Ta'ala kepada Bani Israil – tepatnya orang-orang Yahudi – adalah berupa penghancuran kota suci Yerusalem yang kedua kali akibat upaya pembunuhan yang dilakukan oleh para pemuka Yahudi terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. melalui penyaliban (Qs.4:158-159).
Pada tahun 70 M balatentara kerajaan Romawi Pimpinan Titus menghancur-luluhkan kota Yerusalem (Matius 23:37-39 & 24:1-28). Akibat penghancuran kedua kali kota suci Yerusalem tersebut orang-orang Yahudi bukan saja telah kehilangan tanah air mereka selama 2000 tahun, bahkan nikmat kenabian pun telah dicabut oleh Allah Ta'ala dari mereka dan selanjutnya dianugerahkan kepada Bani Ismail, yaitu kepada Nabi Besar Muhammad saw., sebagaimana firman Allah Ta'ala melalui lidah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus a.s.) berikut ini:
Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Dan Aku berkata kepadamu: Mulai sekarang kamu tidak akan melihat Aku lagi, hingga kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!" (Matius 23:37-39).
Sehubungan dengan peringatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut berikut firman-Nya tentang 2 kali kehancuran yang menimpa kota suci Yerusalem akibat serbuan bangsa asing:
وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إسْرائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا(5)فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ أُولَاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَنَا أُولِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا خِلَالَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَفْعُولًا(6)ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا(7)إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَافَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا(8)عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدْتُمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا(9)
Dan Kami telah tetapkan kepada Bani Israil dalam Kitab Taurat itu, "Niscaya kamu akan melakukan kerusakan di bumi dua kali, dan niscaya kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan sangat besar." Maka apabila datang janji pertama dari kedua peristiwa itu Kami bangkitkan untuk menghadapi kamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan tempur yang dahsyat maka mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah. Dan itu suatu janji yang pasti akan terjadi. Kemudian Kami kembalikan kepada kamu kekuatan untuk mengalahkan mereka, dan Kami bantu kamu dengan harta dan anak-anak, dan Kami menjadikan kamu kelompok yang lebih besar dari sebelumnya. Jika kamu berbuat baik, kamu berbuat baik bagi diri kamu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk maka itu untuk diri kamu sendiri. Maka apabila datang janji kedua itu supaya mereka mendatangkan kesusahan pada wajah-wajah kamu, dan supaya mereka memasuki mesjid seperti pernah mereka memasukinya pada pertama kali, dan supaya mereka menghancurkan segala yang telah mereka kuasai. Boleh jadi Tuhan kamu akan menaruh kasihan kepada kamu, tetapi jika kamu kembali kepada kejahatan Kami pun akan kembali menimpakan azab, dan Kami jadikan jahannam sebagai penjara bagi orang-orang yang ingkar (Bani Israil, 5-9). Lihat Bible: Ulangan 28:15, 49-53, 63-64 & 30:15 tentang berkat dan kutuk).

Peringatan Allah Ta'ala Kepada Umat Islam

Kedua azab besar yang pernah ditimpakan Allah Ta'ala kepada Bani Israil melalui serbuan bangsa-bangsa kafir yang memiliki kekuatan tempur yang sangat hebat tersebut terjadi juga pada umat Islam, yang pertama adalah ketika kota Baghdad yang merupakan pusat kekuasaan umat Islam dan pusat ilmu pengetahuan dihancur-luluhkan oleh serbuan dahsyat balatentara Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku Khan pada tahun 1258 M, konon sebanyak 1.800.000 orang Islam terbunuh pada peristiwa penyerbuan yang sangat dahsyat tersebut.
Ada pun hukuman Allah Ta'ala yang kedua kali yang ditimpakan kepada umat Islam melalui penyerbuan bangsa-bangsa kafir adalah melalui serbuan dahsyat bangsa-bangsa yang disebut Ya'juj (Gog) dan Ma'juj (Magog) yakni bangsa-bangsa Kristen dari Barat mulai abad ke 16 (Qs.18:95-102; Qs.21:97), bangsa Indonesia sendiri mengalami penjajahan bangsa Belanda melalui VOC selama 350 tahun, hampir sama dengan lamanya masa tertindasnya Bani Israil di Mesir selama 400 tahun (Qs.28:4-7).
Sebagaimana telah dijelasklan sebelumnya, bahwa yang unik dari lamanya penjajahan yang dilakukan oleh para Fir'aun di Mesir dengan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Kristen dari Barat (Gog dan Magog atau Yajuj dan Majuj) – sehingga mereka dapat mempertahankan masa penjajahan mereka yang cukup lama atas bangsa-bangsa lainnya adalah sama-sama menjalankan politik "devide et impera", yakni politik "memecah belah dan menjajah", firman-Nya:
طسم(2)تِلْكَ ءَايَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ(3)نَتْلُوا عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ(4)إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ(5) وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ(6)وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ(7)
Tha Sin Mim. Inilah ayat-ayat Kitab Al-Quran yang terang. kami bacakan kepada engkau kisah Musa dan Fir'aun dengan sebenarnya untuk kaum yang beriman. Sesungguhnya Fir'aun berlaku takabbur di atas bumi, dan ia menjadikan penduduknya berkelompok-kelompok, ia berusaha melemahkan sekelompok dari mereka dengan membunuh anak-anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup perempuan-perempuan mereka. Sesungguhnya ia (Fir'aun) termasuk orang-orang yang berbuat kerusuhan. Dan Kami berkehendak memberikan karunia kepada orang-orang yang dianggap lemah di bumi, dan menjadikan mereka pemimpin-pemimpin dan menjadikan mereka ahli waris karunia-karunia Kami, dan Kami teguhkan mereka di bumi dan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman dan lasykar keduanya di antara mereka, apa yang mereka khawatirkan (Al-Qashash, 2-7).
Perbudakan dan keaniayaan pasti menghasilkan nemesis-nya (pembalasan keadailannya) sendiri, dan kaum penjajah serta penindas tidak pernah merasa aman terhadap kemungkinan munculnya pemberontakan terhadap mereka oleh orang-orang yang terjajah, tertindas atau tertekan. Lebih hebat penindasan dari seseorang aniaya maka lebih besar pula ketakutannya akan pemberontakan dari mereka yang dijajah. Fir'aun pun dicekam oleh rasa takut semacam itu.

BAB XII

Khalifah Allah & Khalifah Rasul Allah

Setelah mengalami puncak kejayaannya di masa pemerintahan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s., maka sesudah Nabi Sulaiman a.s. wafat, kerajaan Bani Israil di masa pemerintahan putra beliau a.s. yang lemah (Qs.34:15; Qs.38:35-36) pecah menjadi 2 buah wilayah kerajaan, yakni: (1) kerajaan Yehuda, dan (2) kerajaan Israel.
Demikian pula halnya dengan kerajaan Islam Bani Ismail pun, setelah masa kepemimpinan para Khulafatur-Rasyidin maka kerajaan Islam Bani Umayyah yang berpusat di Damascus (Damsyik) akhirnya digantikan oleh Kekhalifahan Bani Abbas yang berpusat di Baghdad (750-1258 M), sedangkan Kekhalifahan Bani Umayyah selanjutnya berkuasa di Andalusia (Spanyol) yang berpusat di Kordoba.
Setelah kota Baghdad, pusat kekuasaan kekhalifahan Bani Abbas, dihancur-luluhkan oleh sebuan dahsyat bala tentara Mongol dan Tartar pimpinan Hulaku Khan pada th. 1258 Masehi, kemudian muncul kekuasaan para Sultan, dan pada abad ke 16 muncul 3 imperium Islam terbesar di antara sekian banyak Sultanat tersebut, yaitu:
1. Daulat Utsmaniyah yang menganut paham Sunni di Asia Barat dan Eropa Timur yang berpusat di Istambul;
2. Daulat Safawiyah yang menganut faham Syi'ah di Farsi; dan
3. Daulat Moghul yang menganut faham Sunni di anak benua India.
Kekuasaan Daulat Utsmaniah atau Daulat Otoman berakhir pada th. 1922 dengan dihapuskannya kesultanan, dan pada th. 1924 dihilangkannya kekhalifahan oleh revolusi pembaharuan di Turki yang dipimpin oleh Mustafa Kemal. Sejak saat itu umat Islam tidak lagi memiliki Khalifah.

"Kebangkitan Kembali" Kaum-kaum Purbakala &
"Kedatangan" Para Rasul Allah

Sesuai dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw., sistim Kekhalifahan di lingkungan umat Islam dibangkitkan lagi oleh Allah Ta'ala melalui pengutusan Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad a.s. pada th. 1889, yang atas perintah Allah Ta'ala beliau a.s. telah mendakwakan diri sebagai Al-Masih Mau'ud a.s. (Al-Masih yang dijanjikan) dan Imam Mahdi a.s., yakni Rasul Akhir Zaman yang kedatangannya sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh pemeluk agama dengan sebutan (nama) yang berlainan.
Pengutusan Rasul Akhir Zaman tersebut sangat penting, sebab di Akhir Zaman ini semua perbuatan buruk yang telah dilakukan oleh kaum-kaum purbakala -- yang telah dibinasakan oleh Allah Ta'ala karena mereka mendustakan dan menentang para Rasul Allah yang dibangkitkan di antara mereka-- semua keburukan kaum purbakala tersebut kini telah muncul kembali dalam kuantitas dan kualitas yang lebih mengerikan lagi, seakan-akan kaum-kaum purbakala tersebut telah bangkit lagi di permukaan bumi ini, firman-Nya:
وَإِذَا الرُّسُلُ أُقِّتَتْ(12)لِأَيِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ(13)لِيَوْمِ الْفَصْلِ(14)وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الْفَصْلِ(15)وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(16)أَلَمْ نُهْلِكِ الْأَوَّلِينَ(17)ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ الْآخِرِينَ(18)كَذَلِكَ نَفْعَلُ بِالْمُجْرِمِينَ(19)وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(20)...................وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(38)هَذَا يَوْمُ الْفَصْلِ جَمَعْنَاكُمْ وَالْأَوَّلِينَ(39)فَإِنْ كَانَ لَكُمْ كَيْدٌ فَكِيدُونِ(40)وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِلْمُكَذِّبِينَ(41)
Dan apabila rasul-rasul didatangkan pada waktu yang ditentukan, hingga Hari manakah ditangguhkan? Hingga Hari Keputusan. Dan apa yang engkau ketahui tentang Hari Keputusan itu? Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Tidakkah Kami telah membinasakan kaum-kaum dahulu? Lalu Kami mengikutkan kepada mereka orang-orang yang datang belakangan. Begitulah Kami memperlakukan terhadap orang-orang yang berdosa. Celakalah pada Hari itu orang-orang yang mendustakan...........................
Celakalah pada Hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Inilah Hari Keputusan. Kami mengumpulkan kamu dan kaum-kaum terdahulu. Maka jika kamu mempunyai tipu-daya, lakukanlah tipu daya terhadapku. Celakalah pada Hari itu orang-orang yang mendustakan (Qs.77:12-20 & 38-41)
Sungguh tidak adil, apabila di masa yang lalu jika ada suatu kaum yang melakukan syirik dan melakukan satu dua macam keburukan maka Allah Ta'ala sebelum mengazabnya terlebih dulu mengutus seorang Rasul Allah kepada kaum tersebut, sedangkan di Akhir Zaman ini tatkala semua jenis keburukan yang telah dilakukan oleh kaum-kaum purbakala telah dilakukan oleh umat manusia tetapi Allah Ta'ala tidak mengutus seorang Rasul-Nya. Benarkah demikian?

Khilafatan 'Alaa Minhajin Nubuwwat &
Khalifah Allah dan Khalifah Rasul Allah

Berikut adalah sabda Nabi Besar Muhammad saw. tentang akan dibangkitkannya lagi Khilafat 'alaa minhajjin nubuwwah (kekhalifahan atas dasar kenabian) di lingkungan umat Islam, setelah mengalami kemunduran selama 1000 tahun (Qs.32:6), sejak kejayaan umat Islam yang pertama selama 300 abad setelah pengutusan Nabi Besar Muhammad saw.:
"Takuunu nubuwwatu fiikum maasyaa-allaahu an takuuna, tsumma yarfa'uhallaahu ta'aala; tsumma takuunu khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati maasyaa-allaahu an takuuna, tsumma yarfa'uhallaahu ta'aala; tsumma takuunu mulkan 'aadhan fatakuuna maasyaa-allaahu an takuuna, tsumma yarfa'uhaallaahu ta'aala; tsumma takuunu mulkan jabbariyyatan fatakuunu maasyaa-allaahu an takuuna, tsumma yarfa'uhaallaahu ta'aala; tsumma takuunu khilaafatun 'alaa minhajin- nubuwwati", tsumma sakata.
"Sedang terjadi kenabian di kalangan kamu selama Allah menghendaki itu ada, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati (khilafat atas jalan kenabian) selama Allah menghendaki itu ada, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi kerajaan yang menggigit maka itu terjadi selama Allah menghendaki, kemudian Allah Ta'ala mengangkatnya; kemudian akan terjadi kerajaan yang memaksa maka itu terjadi selama Allah menghendaki, kemudian terjadi khilaafatun a'laa minhajin- nubuwwati (khilafat atas jalan kenabian)", kemudian diam (Abu Daud, Musnad Ahmad bin Hanbal; Kanzul Ummal, juz VI/15114).
Sesuai dengan sabda Nabi Besar Muhammad saw. tersebut, kekhalifahan di lingkungan umat Islam di Akhir Zaman ini dimulai dengan pengutusan Mirza Ghulam Ahmad a.s. (1835-1908), sebagai Al-Masih Mau'ud a.s. dan Imam Mahdi a.s. – yakni sebagai RASUL AKHIR ZAMAN -- yang tentang kedatangannya telah dijanjikan oleh Allah Ta'ala (Qs.43:58), dan juga oleh Nabi Besar Muhammad saw. ( Bukhari bab Turunnya Isa Ibnu Maryam a.s.).
Kenapa demikian? Sebab Allah Ta'ala tidak pernah membangun tatanan KHILAFAT tanpa dimulai dengan pengutusan RASUL ALLAH, karena hanya ada 2 macam KHALIFAH yang hakiki, yaitu:
1. KHALIFAH ALLAH, yakni PARA RASUL ALLAH, contohnya Nabi Adam a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Daud a.s., Nabi Isa a.s., Nabi Besar Muhammad saw..
2. KHALIFAH RASUL ALLAH, yakni penerus kepemimpinan RASUL ALLAH, contohnya para KHULAFA-UR-RASYIDAH, Abu Bakar Shiddiq r.a., Umar bin Khaththab r.a., Utsman bin 'Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a..
Oleh karena itu sebutan KHALIFAH bagi para PEMIMPIN UMAT ISLAM setelah para KHULAFA-UR-RASYIDAH tidak tepat sebab mereka itu adalah pada SULTHAN atau RAJA, itulah sebabnya Nabi Besar Muhammad saw. telah menyebut masa pemerintahan mereka sebagai Mulkan (Kerajaan), yakni Mulkan 'Aadhdhan dan Mulkan Jabbariyyatan.
Merujuk kepada kenyataan itulah ketika Allah Ta'ala berkehendak akan menjadikan seorang KHALIFAH di muka bumi -- untuk menciptakan "bumi baru" dan "langit baru" (Qs.14:49-53; Wahyu 21:1-5) -- maka Allah Ta'ala telah menjadikan ADAM yaitu seorang RASUL ALLAH, firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ(31)وَعَلَّمَ ءَادَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ(32)قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ(33)قَالَ يَاآدَمُ أَنْبِئْهُمْ بِأَسْمَائِهِمْفَلَمَّا أَنْبَأَهُمْ بِأَسْمَائِهِمْ قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ إِنِّي أَعْلَمُ غَيْبَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَأَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ(34)
Dan ketika Tuhan engkau berfirman kepada malaikat-malaikat, "Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang KHALIFAH di bumi," mereka berkata, "Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan akan menumpahkan darah? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan pujian Engkau dan mengkuduskan Engkau?" Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". Dan Dia mengajarkan kepada ADAM nama-nama semua, kemudian Dia mengemukakannya kepada malaikat-malaikat dan berfirman, "Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama ini jika kamu berkata benar." Mereka berkata, "Mahasuci Engkau, kami tidak mempunyai ilmu kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana." Dia berfirman, "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama itu," maka tatkala diberitahukannya kepada mereka nama-nama itu Dia berfirman, "Bukankah telah Aku katakan kepada kamu sesungguhnya Aku mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi dan mengetahui apa pun yang kamu zahirkan dan apa pun yang kamu sembunyikan" (Al-Baqarah, 31-34).
Dari Al-Quran diketahui bahwa hanya kepada para RASUL ALLAH sajalah Allah Ta'ala membukakan rahasia-rahasia gaib-Nya, firman-Nya:
قُلْ إِنْ أَدْرِي أَقَرِيبٌ مَا تُوعَدُونَ أَمْ يَجْعَلُ لَهُ رَبِّي أَمَدًا(26)عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا(27)إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا(28)لِيَعْلَمَ أَنْ قَدْ أَبْلَغُوا رِسَالَاتِ رَبِّهِمْ وَأَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَأَحْصَى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا(29)
Katakanlah, "Aku tidak mengetahui apakah azab yang dijanjikan kepada kamu itu telah dekat, atau apakah Tuhan-ku telah menetapkan bagi kedatangannya masa yang panjang?" Dia-lah Yang mengetahui yang haib maka Dia tidak menzahirkan rahasia gaib-Nya kepada siapa pun, kecuali kepada RASUL yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya barisan pengawal malaikat-malaikat berjalan di hadapannya dan di belakangnya, supaya Dia mengetahui bahwa sungguh mereka telah menyampaikan Amanat-amanat Tuhan mereka, dan Dia meliputi semua yang ada pada mereka, dan Dia membuat perhitungan tentang segala sesuatu (Al-Jin, 26-29).
Firman-Nya lagi:
مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ(180)
Allah tidak mungkin membiarkan orang-orang mukmin di dalam keadaan kamu sekarang sehingga Dia memisahkan yang buruk dari yang baik. Dan Allah tidak akan memberitahukan yang gaib kepada kamu tetapi Allah memilih di antara RASUL-RASUL-Nya siapa yang Dia kehendaki. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan RASUL-RASUL-Nya. Dan jika kamu beriman dan bertakwa maka bagi kamu ganjaran yang besar (Aali 'Imran, 180).

Hubungan Penumpahan Darah Dengan Ketakaburan Iblis

Menurut ayat tersebut apabila di lingkungan umat beragama telah timbul pertentangan dan saling mengkafirkan satu sama lain – baik antar umat beragama mau pun antar sekte (firqah) dari agama-agama -- cara Allah Ta'ala memberikan keputusan (penghakiman) untuk memisahkan yang buruk dan yang baik dalam keagamaannya senantiasa dengan mengutus RASUL ALLAH atau KHALIFAH ALLAH.
Dari zaman ke zaman Allah Ta'ala tidak pernah mendelegasikan (menyerahkan) wewenang untuk memberikan FATWA MUKMIN atau KAFIR berkenaan dengan perselisihan di kalangan umat beragama kepada suatu Lembaga Keagamaan buatan manusia, misal-Nya MAJLIS ULAMA melainkan senantiasa dengan cara mengutus RASUL ALLAH yang mengenai kedatangannya telah dijanjikan Allah Ta'ala dan para Rasul Allah yang diutus sebelumnya, firman-Nya:
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ(35)يَابَنِي ءَادَمَ إِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَاتِي فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ(36)وَالَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ(37)
Bagi tiap-tiap umat ada ajal (batas waktu), maka apabila datang ajal (batas waktu) mereka, tidak dapat mereka mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula dapat memajukannya. Hai Bani Adam, jika datang kepada kamu rasul-rasul dari antara kamu yang menceritakan kepada kamu Tanda-tanda-Ku maka barangsiapa bertakwa dan memperbaiki diri tidak akan ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka akan bersedih hati. Dan orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami dan berkaku takabbur terhadapnya mereka itu penghuni api, mereka akan kekal di dalamnya (Al-A'raf, 335-37).
Firman-Nya lagi:
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا ءَاتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ ءَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ(82)فَمَنْ تَوَلَّى بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ(83)
Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dari manusia melalui nabi-nabi, "Apa saja yang Aku berikan kepada kamu berupa Kitab dan Hikmah, kemudian datang kepada kamu seorang Rasul yang menggenapi apa yang ada pada kamu maka kamu harus beriman kepadanya dan kamu harus menolongnya." Dia berfirman, "Apakah kamu mengakui dan mengambil tanggung-jawab yang Aku bebankan kepada kamu mengenai hal itu?" Mereka berkata, "Kami mengakui." Dia berfirman, "Maka kamu hendaknya menjadi saksi dan Aku pun bersama kamu termasuk orang-orang yang menjadi saksi." Dan barangsiapa berpaling sesudah itu maka mereka adalah orang-orang yang durhaka. (Aali 'Imran, 82-83).
Akibat FATWA KAFIR serta SESAT DAN MENYESATKAN yang dikeluarkan oleh Lembaga-lembaga Keagamaan buatan manusia -- yang mengambil-alih otoritas Allah Ta'ala -- dari zaman ke zaman seperti itulah justru telah timbul KERUSUHAN dan PERTUMPAHAN DARAH di muka bumi, sebagaimana yang disinyalir oleh malaikat-malaikat ketika menanggapi kehendak Allah Ta'ala akan menjadikan seorang KHALIFAH di muka bumi:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ(31)
Dan ketika Tuhan engkau berfirman kepada malaikat-malaikat, "Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang KHALIFAH di bumi," mereka berkata, "Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan akan menumpahkan darah? Padahal kami senantiasa bertasbih dengan pujian Engkau dan mengkuduskan Engkau?" Dia berfirman, "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Al-Baqarah, 31).

Hakikat Iblis dan Setan atau Naga si "Ular Tua" &
"Lautan Api dan Belerang"

Jadi, keliru sekali jika ada yang menganggap bahwa yang dimaksud oleh malaikat-malaikat akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah itu adalah KHALIFAH ALLAH atau RASUL ALLAH melainkan pihak-pihak yang menentang dan mendustakan KHALIFAH ALLAH atau RASUL ALLAH itulah yang dari zaman ke zaman telah menyebabkan tertumpahnya darah dari kalangan orang-orang yang telah beriman kepada KHALIFAH ALLAH atau RASUL ALLAH.
Itulah sebabnya ketika malaikat-malaikat mengakui berbagai keutamaan (keunggulan) KHALIFAH ALLAH yakni ADAM berkenaan rahasia-rahasia gaib Ketuhanan (Al-Asmaa-ul-Husna Allah Ta'ala) yang telah diajarkan Allah Ta'ala kepadanya maka ketika Allah Ta'ala memerintahkan malaikat-malaikat untuk bersujud kepada ADAM lalu mereka bersujud semuanya, kecuali IBLIS karena merasa lebih mulia daripada ADAM atau KHALIFAH ALLAH atau RASUL ALLAH (Qs.7:12-13), firman-Nya:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَى وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ(35)
Dan ketika Kami berfirman kepada MALAIKAT-MALAIKAT, "Sujudlah kamu kepada ADAM" maka mereka sujud kecuali IBLIS, ia enggan dan takabbur, dan ia termasuk ORANG-ORANG KAFIR" (Al-Baqarah, 35).
Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud dengan "MALAIKAT-MALAIKAT yang sujud kepada ADAM" dapat pula merujuk kepada orang-orang yang beriman kepada KHALIFAH ALLAH atau RASUL ALLAH, sedangkan IBLIS yang menolak sujud kepada ADAM dapat merujuk kepada orang-orang kafir yang mendustakan dan menentang KHALIFAH ALLAH atau RASUL ALLAH.
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah Bible telah menggambarkan IBLIS dan SATAN (setan) sebagai NAGA, si ular tua (Keluaran 3:1-15; Wahyu 20:1-10), sebab ULAR walau pun ribuan kali BERGANTI KULIT tetap ULAR. Begitu juga halnya dengan IBLIS, ia dalam melakukan penentangannya terhadap ADAM atau KHALIFAH ALLAH atau RASUL ALLAH dari zaman ke zaman selalu BERGANTI KULIT atau BERGANTI JUBAH atau BERGANTI PEMERANNYA akan tetapi di dalamnya adalah tetap IBLIS atau SATAN (setan) yakni NAGA, si "Ular Tua". Salah satu penjelmaan IBLIS dan SATAN atau NAGA, si "Ular Tua" adalah GOG (Yajuj) dan MAGOG (Majuj) atau ANTIKRISTUS atau DAJJAL si PENDUSTA BESAR, yang muncul di AKHIR ZAMAN ini:
Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; ia menangkap NAGA, si ULAR TUA itu, yaitu IBLIS dan SATAN. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya........
Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, IBLIS akan dilepaskan dari penjaranya, dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi, yaitu GOG dan MAGOG, dan mengumpulkan mereka untuk berperang dan jumlah mereka sama dengan banyaknya pasir di laut. Maka naiklah mereka ke seluruh dataran bumi, lalu mengepung perkemahan tentara orang-orang kudus dan kota yang dikasihi itu. Tetapi dari langit turunlah api menghanguskan mereka, dan IBLIS, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat BINATANG dan NABI PALSU itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya (Wahyu 20:1—3 & 7-10).
Nabi Besar Muhammad saw. telah menyatakan, bahwa keberhasilan penyebaran GOG (Yajuj) dan MAGOG (Majuj) atau ANTIKRISTUS -- yakni DAJJAL si PENDUSTA BESAR -- ke seluruh dunia di AKHIR ZAMAN tersebut karena mereka berhasil memanfaatkan "tenaga api".
Merujuk kepada kepada kenyataan itulah sabda Nabi Besar Muhammad saw. bahwa makanan "keledai" yang ditunggangi oleh Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) yakni DAJJAL bukan rumput melainkan API, yaitu akibat keberhasilan mereka mencetuskan REVOLUSI INDUSTRI yang memanfaatkan tenaga API.
Mengisyaratkan kepada kenyataan itu pulalah firman Allah Ta'ala berikut ini tentang unta, yaitu bahwa alat transportasi kuno yang selama ribuan tahunnya lamanya dipergunakan sebagai alat tranportasi utama di wilayah gurun pasir akan ditinggalkan karena kedudukannya diganti oleh "keledai" DAJJAL yang "makanannya" API, firman-Nya: وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ(5) "Dan apabila unta-unta bunting sepuluh bulan ditinggalkan (At-Takwir, 5).
Pemanfaatan tenaga API oleh bangsa-bangsa yang disebut Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) tersebut bukan hanya dipergunakan dalam pembuatan sarana transportasi darat, laut, dan udara saja (Qs.16:6-9; Qs.36:42-43), tetapi juga dimanfaatkan dalam industri militer, berupa pembuatan kendaraan-kendaraan militer yang diperlengkapi dengan senjata API yang memiliki daya hancur yang sangat hebat seperti meriam dan bom serta berbagai jenis senjata pemusnah massal lainnya yang memanfaatkan tenaga API.

Peterus & "Hari Tuhan"

BIBLE dan AL-QURAN sepakat bahwa di AKHIR ZAMAN ini IBLIS atau SATAN (Setan) atau NAGA si Ular Tua – yakni GOG (Yajuj) dan MAGOG (Majuj) serta NABI PALSU – akan dibinasakan, yaitu mereka akan dimasukkan ke dalam LAUTAN API dan BELERANG, yakni PERANG DUNIA III atau PERANG NUKLIR, sebab PERINGATAN Allah Ta'ala kepada mereka berupa 2 PERANG DUNIA sebelumnya tidak menyadarkan mereka dari kekeliruan mereka telah MEMPERTUHANKAN MANUSIA akibat tertipu oleh AJARAN PAULUS tentang TRINITAS dan PENEBUSAN DOSA.
Berikut adalah keterangan Peterus – KHALIFAH resmi YESUS KRISTUS A.S. (Mat 17:13-20) – tentang KOBARAN API di AKHIR ZAMAN ini yang akan "membinasakan bumi" (umat manusia) serta komentarnya tentang isi surat-surat kiriman PAULUS yang telah menggelincirkan umat manusia dari TAUHID:
Saudara-saudaraku yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan PENGERTIAN YANG MURNI oleh PERINGATAN-PERINGATAN, supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh NABI-NABI kudus dan mengingat akan PERINTAH TUHAN dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu. Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari ZAMAN AKHIR akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu ORANG-ORANG YANG HIDUP MENURUT HAWA NAFSUNYA. Kata mereka; "Dimanakah janji tentang KEDATANGANNYA ITU? Sebab Sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan." Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh Firman Allah LANGIT telah ada sejak dahulu, dan juga BUMI yang berasal dari AIR dan oleh AIR, dan bahwa OLEH AIR, BUMI YANG DAHULU TELAH BINASA, DIMUSNAHKAN OLEH AIR BAH. Tetapi oleh Firman itu juga LANGIT dan BUMI YANG SEKARANG terpelihara dari API dan DISIMPAN UNTUK HARI PENGHAKIMAN dan KEBINASAAN ORANG-ORANG FASIK. Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan SATU HARI SAMA SEPERTI SERIBU TAHUN dan SERIBU TAHUN SAMA SEPERTI SATU HARI. Tuhan TIDAK LALAI MENEPATI JANJINYA, sekali pun ada orang yang menganggapnya sebagai KELALAIAN, tetapi Ia SABAR terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat. Tetapi HARI TUHAN AKAN TIBA SEPERTI PENCURI. Pada HARI ITU LANGIT AKAN LENYAP DENGAN GEMURUH YANG DAHSYAT dan UNSUR-UNSUR DUNIA AKAN HANGUS DALAM NYALA API, dan BUMI dan SEGALA YANG ADA DI ATASNYA AKAN HILANG LENYAP. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup yaitu KAMU YANG MENANTIKAN dan MEMPERCEPAT kedatangan HARI ALLAH. Pada HARI itu LANGIT AKAN BINASA DALAM API dan UNSUR-UNSUR DUNIA AKAN HANCUR KARENA NYALANYA. Tetapi sesuai JANJINYA, kita menantikan LANGIT YANG BARU DAN BUMI YANG BARU, di mana TERDAPAT KEBENARAN.
Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, SAMBIL MENENTIKAN SEMUANYA INI, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda dihadapanNya, dalam perdamaian dengan Dia. Anggaplah KESABARAN TUHAN KITA sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga PAULUS, saudara kita yang kekasih, TELAH MENULIS KEPADAMU MENURUT HIKMAT YANG DIKARUNIAKAN KEPADANYA. Hal itu dibuatnya dalam semua SURATNYA, APABILA IA BERBICARA TENTANG PERKARA-PERKARA INI. Dalam surat-suratnya itu ADA HAL-HAL YANG SUKAR DIFAHAMI, sehingga ORANG-ORANG YANG TIDAK MEMAHAMINYA dan YANG TIDAK TEGUH IMANNYA, MEMUTARBALIKKANNYA MENJADI KEBINASAAN MEREKA SENDIRI, sama SEPERTI YANG JUGA MEREKA BUAT DENGAN TULISAN-TULISAN YANG LAIN.
Tetapi kamu, saudara-saudaraku, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu WASPADALAH, supaya kamu JANGAN TERSERET KE DALAM KESESATAN ORANG-ORANG YANG TIDAK MENGENAL HUKUM, dan JANGAN KEHILANGAN PEGANGANMU YANG TEGUH. Tetapi bertumbuhlah dalam KASIH KARUNIA dan DALAM PENGENALAN AKAN TUHAN dan JURUSELAMAT kita, YESUS KRISTUS. BagiNya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya. (II Petrus 3:1-18).

"Bumi Baru" dan "Langit Baru"

Bible dan Al-Quran pun sepakat pula bahwa setelah IBLIS dan SATAN (setan) – yakni NAGA, si Ular Tua – serta "balatentaranya" di AKHIR ZAMAN ini binasa dalam "lautan api dan belerang" – yakni PERANG DUNIA III atau PERANG NUKLIR – maka melalui KHALIFAH ALLAH atau RASUL AKHIR ZAMAN Allah Ta'ala akan menciptakan "bumi baru" dan "langit baru" atau "Yerusalem baru yang turun dari surga".
Berikut adalah "penglihatan rohani" yang dialami oleh Yohanes dalam Kitab Wahyu 21:1-8 tentang hal itu:
Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari tahta itu berkata, "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umatNya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama telah berlalu. Ia yang duduk di atas takhta itu berkata: "Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!" Dan firmanNya: "Tuliskanlah, karena segela perkataan ini adalah tepat dan benar." FirmanNya lagi kepadaku: "Semuanya telah terjadi. Aku adalah Alfa dan Omega, Yang Awal dan Yang Akhir. Orang yang haus akan Kuberi minum dengan cuma-Cuma dari mata air kehidupan. Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anakKu. Tetapi orang-orang penakut, orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala dengan api dan belerang; inilah kematian yang kedua." (Wahyu 21:1-8).
Sejalan dengan "penglihatan rohani" yang dikemukakan Yohanes tersebut, berikut adalah firman Allah Ta'ala dalam Al-Quran tentang "BUMI BARU" dan "LANGIT BARU" serta "nasib buruk" orang-orang yang mendustakan dan menentang KHALIFAH ALLAH atau RASUL AKHIR ZAMAN:
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ(43)مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ(44)وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ أَوَلَمْ تَكُونُوا أَقْسَمْتُمْ مِنْ قَبْلُ مَا لَكُمْ مِنْ زَوَالٍ(45)وَسَكَنْتُمْ فِي مَسَاكِنِ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ وَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْوَتَبَيَّنَ لَكُمْ كَيْفَ فَعَلْنَا بِهِمْ وَضَرَبْنَا لَكُمُ الْأَمْثَالَ(46)وَقَدْ مَكَرُوا مَكْرَهُمْ وَعِنْدَ اللَّهِ مَكْرُهُمْ وَإِنْ كَانَ مَكْرُهُمْ لِتَزُولَ مِنْهُ الْجِبَالُ(47)فَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ مُخْلِفَ وَعْدِهِ رُسُلَهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ(48)يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ(49)وَتَرَى الْمُجْرِمِينَ يَوْمَئِذٍ مُقَرَّنِينَ فِي الْأَصْفَادِ(50)سَرَابِيلُهُمْ مِنْ قَطِرَانٍ وَتَغْشَى وُجُوهَهُمُ النَّارُ(51)لِيَجْزِيَ اللَّهُ كُلَّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ(52)هَذَا بَلَاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ(53)
Dan janganlah sekali-kali engkau menyangka Allah lengah terhadap apa yang dikerjakan oleh orang-orang aniaya. Sesungguhnya Dia hanya memberi tangguh kepada mereka sampai HARI yang di dalamnya mata mereka akan terbelalak ngeri, mereka bergegas-gegas datang memenuhi panggilan Rasul Allah dengan menengadahkan kepalanya sedang mata mereka tidak berkedip dan hati mereka kosong. dan PERINGATKANLAH manusia tentang HARI ketika AZAB itu AKAN DATANG KEPADA MEREKA maka akan berkata orang-orang yang aniaya, "Ya Tuhan kami, berilah kami tangguh hingga masa yang dekat, kami akan sambut seruan Engkau dan akan mengikuti RASUL-RASUL." Dia berfirman, "Bukankah kamu dahulu telah bersumpah bahwa kekuasaan kamu tidak akan jatuh (binasa)? Dan kamu telah menetap di tempat tinggal orang-orang yang aniaya terhadap diri mereka, dan telah nyata bagi kamu bagaimana Kami berlaku terhadap mereka, dan Kami telah menjelaskan kepada kamu perumpamaan-perumpamaan". Dan sesungguhnya mereka telah melakukan MAKAR mereka tetapi MAKAR mereka ada di sisi Allah, dan sekali pun MAKAR mereka DAPAT MENGGERAKKAN (memindahkan) GUNUNG-GUNUNG. Maka janganlah engkau sekali-kali menyangka bahwa Allah AKAN MENYALAHI JANJI-Nya kepada RASUL-RASUL-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, Pemilik pembalasan. Pada HARI ketika BUMI ini diganti dengan BUMI YANG LAIN, dan juga SELURUH LANGIT, dan mereka akan tampil menghadap Allah Yang Maha Esa, Maha Perkasa. Dan engkau akan melihat pada HARI ITU orang-orang yang berdosa DIIKAT DENGAN RANTAI, BAJU MEREKA DARI TER dan MUKA MEREKA AKAN TERTUTUP API, supaya Allah membalas setiap jiwa apa yang telah diusahakannya. Sesungguhnya Allah sangat cepat dalam perhitungan. Al-Quran ini penjelasan yang cukup bagi manusia dan supaya mereka diberi PERINGATAN dengan itu dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa, dan supaya orang-orang yang berakal mengabil nasihat (Ibrahim, 43-53).



BAB XIII

Kerajaan-kerajaan Di Jawa Barat &
Uga Wangsit Prabu Siliwangi

Sehubungan dengan kedatangan Rasul Akhir Zaman, sebelumnya di dalam Bab II tentang Hizbullaah Hakiki & Hubungan Kata Shaffan Dengan "Pajajaran" telah dikemukakan bahwa kepercayaan tentang kedatangan Rasul Akhir Zaman tersebut bukan hanya bersumber dari kitab-kitab agama tetapi juga hampir di semua suku-suku di Indonesia mempercayai pula hal tersebut, terutama sekali di kalangan suku Sunda di Jawa Barat, yaitu dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi. Ada pun Prabu Siliwangi adalah raja kerajaan Pajajaran yang pertama dan yang paling terkenal.
Sebelum bangsa-bangsa Eropa -- yakni bangsa Portugis, bangsa Belanda dan Bangsa Inggris -- datang ke wilayah kepulauan Nusantara (Indonesia), di bumi Nusantara terdapat banyak kerajaan, termasuk di Pulau Jawa. Kerajaan-kerajaan di Nusantara pada awalnya merupakan penganut agama Hindu.
Salah satu contohnya adalah raja Dewawarman, pendiri kerajaan Salakanagara yang berlokasi di wilayah Kabupaten Pandeglang, provinsi Banten. Ia berasal dari kerajaan Palawa di India, yang kemudian menikah dengan Pohaci Larasati, putri dari Aki Tirem atau Sang Aki Luhur Mulya, yang ketika itu sebagai penguasa wilayah pesisir Jawa Barat.
Ketika agama Buddha tersebar di Nusantara maka di antara raja-raja kerajaan Hindu pun ada yang memeluk agama Buddha, demikian pula setelah datang agama Islam -- yang disebarkan melalui para pedagang yang datang dari Timur Tengah melalui Gujarat di India -- banyak raja-raja yang tadinya memeluk agama Hindu atau Budha menjadi penganut agama Islam. Ada pun kedatangan agama Nashrani bersamaan dengan datangnya bangsa-bangsa Eropa, yakni Yajuj (Gog) dan Majuj (Magog).
Satu hal yang sangat unik dari bangsa Indonesia adalah, walau pun bangsa Belanda menjajah bangsa Indonesia selama 350 tahun, namun mayoritas penduduk Indonesia tetap memeluk agama Islam, berbeda dengan, misalnya di Filipina kebanyakan penduduknya menganut agama Nashrani. Dari kenyataan tersebut membuktikan bahwa Tauhid yang tertanam di dalam jiwa umumnya bangsa Indonesia sangat kuat.
Berikut adalah beberapa kerajaan yang pernah berdiri di wilayah Jawa Barat beserta raja-rajanya, yang membuktikan bahwa suku Sunda di Jawa Barat merupakan salah satu suku di Nusantara yang sejak lama telah mengenal peradaban dan berkebudayaan yang tinggi:
(A) Kerajaan Salakanagara
1. Dewawarman I (130-168 M).
2. Dewawarman II (168-195 M).
3. Dewawarman III (195-238 M).
4. Dewawarman IV (menantu A.3: 238-251 M).
5. Dewawarman V (menantu A.4: 251-289 M).
6. Dewawarman VI (289-308 M).
7. Dewawarman VII (308-340 M).

(B) Kerajaan Tarumanagara
1. Jayasinghawarman (menantu A.7: 358-382 M).
2. Darmayawarman (382-395 M).
3. Purnawarman (395-434 M).
4. Wisnuwarman (434-455 M).
5. Indrawarman (455-515 M).
6. Candrawarman (551-535 M).
7. Suryawarman (535-562 M).
8. Kertawarman (561-628 M).
9. Sudawarman (adik B.8: 628—639 M).
10. Dewamurti (639-640 M).
11. Ngajayawarman (menantu B.10: 640-666 M).
12. Linggawarman (666-669 M).

(C) Kerajaan Kendan/Galuh
1. Manikmaya (menantu B.7: 536-568 M).
2. Suraliman Sakti (568-597 M).
3. Kandiawan Dewaraja (597-612 M).
4. Wretikandayun (Galuh/Karangkamulyan: 612-702 M).
5. Mandiminyak (702-709 M).
6. Bratasenawa (709-716 M).
7. Purbasora (kemenangan C.5: 716-723 M).
8. Sanjaya (putra C.6:723-732 M).
9. Tamperan Barmawijaya (732-739 M).
10. Manarah (Ciung Wanara/cicit C.7:739-783 M).
11. Manisri (menantu C.10: 783-799 M).
12. Tariwulan (799-806 M).
13. Welengan (806-813 M).
14. Linggabumi (813-852 M).

(D) Kerajaan Sunda Pakuan
1. Tarusbawa (menantu B.12: 669-723 M).
2. Sanjaya Harisdarma (cucu-mantu D.1 = C.8: 723-732 M).
3. Tamperan Barmawijaya (= C9: 732-739 M).
4. Rakean Banga (739-766 M).
5. Rakean Medan Prabu Hulukujang (766—783 M).
6. Rakean Ujung Kulon Prabu Gilingwesi (menantu D.5: 783-795 M).
7. Pucuk Bumi Darmeswara (menantu D.6: 795-819 M).
8. Rakeyan Wuwus Prabu Gajah Kulon (819-891 M).
9. Prabu Darmaraksa (adik ipar D.8: 891-895 M).
10. Windu Sakti Prabu Dewageng (895-913 M).
11. Rakeyan Kamuning Gading Prabu Pucuk Wesi (913-926 M).
12. Rakeyan Jayagiri Prabu Wanayasa (menantu (D.11: 916-942 M).
13. Prabu Resi Atmayadarma Hariwangsa (942-954 M).
14. Prabu Limbur Kancana (putra D.11: 954-964 M).
15. Prabu Munding Ganawirya (964-973 M).
16. Rakeyan Wulung Gadung Prabu Jayagiri (973-984 M).
17. Prabu Brajawisesa )989-1012 M).
18. Prabu Dewa Sanghyang (1012-1019 M).
19. Prabu Sanghyang Ageng (s.m. Situ Sanghyang: 1019-1030 M).
20. Prabu Detyamaharaja Sri Jayabupati (1030-1042 M).
21. Prabu Darmaraja (s.m. Winduraja: 1042-1065 M).
22. Prabu Langlangbumi (s.m. Kerta: 1065-1155 M).
23. Rakeyan Jayagiri Prabu Menakluhur (1155-1157 M).
24. Prabu Darmakusuma (s.m. Winduraja: 1157-1175 M).
25. Prabu Guru Darmasiksa (1175-1297 M).
26. Rakeyan Saunggalah Prabu Ragasuci (s.m. Taman:1297-1303 M).
27. Prabu Citraganda (s.m. Tanjung:1303-1311 M).
28. Prabu Linggadewata (s.m. Kikis: 1311-1333 M).

(F) Kerajaan Galuh/Kawali

1. Ajiguna Linggawisesa (s.m. Kiding = menantu E. 28: 1333-1340 M).
2. Prabu Ragamulya Sang Aki Kolot (1340-1350 M).
3. Maharaja Linggabuana/Prabu Wangi (s.m. Bubat: 1350-1557 M).
4. Bunisora Suradipati (Adik F.3: 1357-1371 M).
5. Niskala Wastu Kancana/Prabu Wangisutah (putra E.3: 1371-1475 M).
6. a. Dewaniskala (di Kawali: 1475-1482 M).
b. Susuktunggal/Sang Haliwungan (di Pakuan/Bogor: 1382-1482 M).

(G) Kerajaan Pajajaran

1. Jayadewata - Sri Baduga Maharaja/Prabu Siliwangi (1482-1521 M).
2. Prabu Sanghyang Surawisesa (1521-1535 M).
3. Ratu Dewatabuana (1535-1543 M).
4. Ratu Sakti (1543-1551 M).
5. Prabu Nilakendra (1551-1567 M).
6. Prabu Ragamulya Suryakencana (1567-1579 M).

Di antara raja-raja yang pernah berkuasa di wilayah Jawa Barat tersebut yang paling dikenal ada 4 orang raja, yakni:
3 Raja Purnawarman, raja kerajaan Tarumanagara, meninggalkan berbagai prasasti. Yang paling terkenal adalah prasasti telapak kaki raja Purnawarman yang terletak di Ciampea – Bogor.
3 Prabu Lingga Buana, raja kerajaan Kawali yang gugur sebagai ksatria sejati mempertahankan kehormatan kerajaan Sunda Galuh dalam Perang Bubat melawan pasukan kerajaan Majapahit pimpinan Patih Gajahmada, sehingga beliau disebut sebagai Prabu Wangi.
3 Prabu Niskala Wastu Kancana, putra bungsu Lingga Buana, yang disebut Prabu Wangisutah. Sutah artinya pengganti. Prabu Wangi Sutah g meninggalkan beberapa prasasti yang terdapat di Astana Gede, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis.
3 Prabu Jayadewata atau Sri Baduga Maharaja yang lebih dikenal dengan sebutan Prabu Siliwangi, raja pertama kerajaan Pajajaran. Ia adalah cucu dari Prabu Wangi Sutah (Prabu Niskala Wastu Kencana) dari putranya yang bernama Prabu Dewa Niskala.
Kemasyhuran Prabu Siliwangi di kalangan penduduk Jawa Barat selain keadilannya dalam memerintah kerajaan Pajajaran selama 39 tahun dan pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan -- antara lain membina kebebasan beragama di wilayah kekuasaannya, membangun parit pertahanan di sekitar istana kerajaan Pajajaran, membangun situs bukit Badigul di Rancamaya dan lain-lain -- adalah Uga Wangsit Prabu Siliwangi yang berisi nubuatan (khabar gaib) tentang perjalanan sejarah bangsa Indonesia setelah lenyapnya kerajaan Pajajaran.

Uga Wangsit Prabu Siliwangi

1. Pangapunten jisim abdi ka sadaya para wargi, hususnya para karuhun, neda hapunten ka para dewata, ka sangiang, ka dangiang, ka LULUHUR GALUH PAKUAN.
2. putra-putri PAJAJARAN, di kawit GALUH PAKUAN, dugi ka kiwari pisan nu katelah PUTRA SUNDA, mugi dijaga diriksa, dilanglangan saraosna.
3. Ti abdi saparakanca mung sakadar ngawakilan, wawakil panyambung lisan mengdugikeun WEJANGANANA TI EYANG PRABU SILIWANGI tina samemeh ngahiyang.
4. Mangga geura darangukeun, regepkeun dugi kaharti UGA WANGSIT SILIWANGI, supados jadi panggeuing ka sadaya putra-putri nyandang kawilujengan.
5. Saur EYANG PRABU pokna ka sadaya balad PAJAJARAN anu parantos malundur, sateuacanna ngahiyang:"LALAKON URANG TEH NGAN NEPI KA POE IEU PISAN UGANA.
6. SANAJAN DIA KABEHAN KA NGAING PADA SATIA, TAPI NGAING HENTEU MEUNANG MAWA PIPILUEUN NGILU HIRUP BALANGSAK, NGILU RUDIN BARI LAPAR.
7. Daria KUDU MARILIH, supaya engke jagana pikeun HIRUP KA HAREUPNA, sangkan JEMBAR SUGIH-MUKTI bisana NGADEGNA DEUI nya NAGARA PAJAJARAN.
8. Tapi lain PAJAJARAN, PAJAJARAN nu kiwari, pasti PAJAJARAN ANYAR, ANYAR DIADEGKEUNANA, nu NGADEGNA digeuingkeun, pasti ku OBAHNA JAMAN."
9. Lajeng EYANG PRABU mitutur: "GEURA PARILIH KU DARIA, NGAING MO REK NGAHALANG-HALANG PIKEUN NGAING MAH, sababna HENTEU PANTES JADI RAJA mun SOMAH LAPAR BALANGSAK."
10. Dawuhan EYANG PRABU geura ieu darengekeun: "Nu tetep ngilu jeung ngaing marisah ka beulah KIDUL, nu hayang baralik deui ka dayeuh nu ditinggalkeun,
11. geura misah ka beulah KALER, ari nu rek kumawula ka nu keur jaya geura misah pindah ka beulah WETAN, nu mawa karep sorangan marisah ka beulah KULON.
12. Darengekeun ku daria, dia nu ti beulah WETAN masing nyaraho areling, kajayaan ngilu jeung dia turunan daria jagana bakal marentah ka dulur ka batur.
13. Tapi dia sing nyaraho ari inyana kamalinaan pasti aya babalesna, jig bae geura marisah, tuturkeun ka beulah WETAN, heug rasakeun BABALESNA.
14. Dia nu ti beulah kulon, papay ku dia lacakna ti lacak KI SANTANG, sabab, ENGKE TURUNAN DIA JADI PANGGEUING KA DULUR SARTA NGAGEUING KA BATUR,
15. ka batur urut salembur, ka dulur nu sauyunan, ka nu RANCAGE HATENA. Ke jaga mun tengah peuting ti GUNUNG HALIMUN aya sora TUTULUNGAN.
16. tah eta TANDANA PISAN SATURUNAN DIA DISAMBAT ku nu dek kawin ti lebak, kawin ti LEBAK CAWENE, ulah rek talangke deui sabab TALAGA BAKAL BEDAH.
17. Jung geura narindak, tapi ulah ngalieuk ka tukang. Daria anu marisah ka beulah KALER darengekeun: "DAYEUH ku dia bakal MOAL KASAMPAK WUJUDNA,
18. ukur TEGALAN BALADEUHAN, turunan dia lolobana bakalan jaradi SOMAH, mun aya nu jadi PANGKAT bakal LUHUR PANGKATNA ngan TEU BOGA KAKAWASAAN.
19. Ari inyana engke jagana bakal kaseundeuan batur, loba batur nu ti anggang, tapi batur nu sarusah jeung batur nu nyusahkeun, tah daria sing waspada sakabeh turunan dia.
20. SAKABEH TURUNAN DIA KU NGAING BAKAL DILANGLANG, NGALANGLANG DINA WAKTUNA DIMANA NGAING PERLU BAKAL DATANG DEUI NULUNGAN NU BARUTUH DITULUNGAN,
21. MANTUAN NU SARUSAH, ka nu HADE HATE LAKU LAMPAHNA, MOAL KADEULEU MUN NGAING DATANG, MOAL KADENGE MUN NYARITA, memang NGAING BAKAL DATANG KA NU RANCAGE HATENA,
22. NU GEUS WAWUH DISEMU DINA SEMU, NU SAESTU, NU NGARTI KANA WAWANGI SAJATI, NU LANTIP PIKIRNA, NU HADE LAKU LAMPAHNA.
23. MUN NGAING WAKTUNA DATANG TEU NYARITA, TEU NGARUPA, tapi CIRINA KU WAWANGI, mimiti POE IEU ieu pisan LEUNGIT DI ALAM HIRUP, LEUNGIT DAYEUH JEUNG NAGARA.
24. PAJAJARAN moal ninggalkeun TAPAK lian ti NGARAN pikeun MAPAY, sabab BUKTI NU KARI bakal rea NU MALUNGKIR, tatapi ENGKE JAGANA BAKAL AYA NO NYOBA-NYOBA,
25. supaya ANU LALEUNGIT SANGKAN BISA KAPANGGIH DEUI, pasti BISA KATIMU, mapay kudu jeung AMPARAN, tapi nu marapayna loba nu ARIEU AING PANG PINTERNA.
26. Ari nu kitu buktina ngan KUDU AREDAN HEULA, sabab BAKAL REA ENGKENA NU KATIMU, sabagian laju KABURU DILARANG ku nu disebut RAJA PANYELANG.
27. NU WANI TERUS NGOREHAN, teu ngahiding ka panglarang, NGOREHAN BARU NGALAWAN, NGALAWAN BARINA SEURI, nyaeta BUDAK ANGON, imahna DI BIRIT LEUWI,
28. pantona BATU SATANGTUNG, kahieuman ku HANDEULEUM, karimbunan ku HANJUANG. Ari nu DIANGONNA lain EMBE lain MUNDING lain BANTENG lain MAUNG,
29. tapi KALAKAY jeung TUTUNGGUL, inyana JONGJON NGOREHAN NGUMPULKEUN NU KATARIMU, DISUMPUTKEUN sabab LALAKON TACAN WAYAH, lamun GEUS WAYAH jeung MANGSA,
30. BARIS LOBA NU KABUKA, MARENTA DILALAKONKEUN, tapi KUDU NGALAMAN LOBA LALAKON, lilana saban JAMAN sarua jeung WAKTU NYUKMA NGUSUMAH reujeung NITISNA,
31. laju NITIS MINDAH SUKMA". Dawuhan eyang Prabu geura ieu darengekeun: "Nu kiwari ngamusuhan jadi RAJA nepi ka mangsa TANAH BUGEL CIBUNTAEUN,
32. dijieun kandang MUNDING DONGKOL. Tah di dinya SANAGARA bakalan jadi SAMPALAN, sampalan MUNDING BARULE, diangon ku JALMA JANGKUNG, tutunjuk di alun-alun.
33. Ti harita RAJA dibelenggu, MUNDING BULE nyekel bubuntut, TURUNAN URANG NARIK WULUKU ngan narikna teu kawasa sabab murah jaman seubeuh hakan. Ti dinya wuluku ditarik ku KUNYUK.
34. Lajuna TURUNAN URANG AYA NU LILIR, tapi LILIRNA JIGA NU HUDANG NGIMPI. Ti NU LEUNGIT tambah LOBA MANGGIHANANA, tapi LOBA NU PAHILI,
35. Nu lain kudu dibawa, TEU ARENGEUH TURUNAN URANG yen JAMAN GEUS GANTI LALAKON. Ti dinya GEGER SANAGARA, panto nutup digedoran ku NU NGANTEUR PAMUKA JALAN.
36. Tapi JALAN NU PASINGSAL. Nu TUTUNJUK nyumput jauh, alun-alun jadi suwung, MUNDING BULE kalabur, SAMPALAN diranjah KUNYUK, ngareunah seuri turunan urang,
37. tapi henteu anggeus seurina sabab warung beak ku KUNYUK, sawah ge beak ku KUNYUK, kebon ge beak ku KUNYUK, huma diacak-acak ku KUNYUK, cawene reuneuh ku KUNYUK.
38. Saniskara diranjah KUNYUK, turunan upama sieun ku KUNYUK, panarat ditarik ku KUNYUK bari diuk dina bubuntut, ARI WULUKU DITARIKNYA MASIH KU TURUNAN URANG.
39. Loba nu PAEH KALAPARAN. Ti dinya TURUNAN URANG NGAREP-NGAREP PELAK JAGONG, sabari NYANYAHOANAN maresek CATURRANGGA, teu arengeuh yen JAMAN ganti LALAKON.
40. Laju aya hawar-hawar ti tungtung SAGARA KALER, ngaguruh jeung ngageleger GARUDA MEGARKEUN ENDOGNA, GENJLONG SAAMPARAN JAGAT, di urang rame nu MANGPRING.
41. PRANGPRING SABULU-BULU GADING, kumpul KUNYUK ting rumpuyuk TURUNAN URANG NGARAMUK, ngaramuk TEU JEUNG ATURAN, loba nu paraeh pisan, NU PARAEH TANPA DOSA.
42. MUSUH dijarieun BATUR, BATUR dijarieun MUSUH, ngadadak lobana PANGKAT, MARENTAH SIGA NU EDAN, nu bingung tambah baringung, BUDAK SATEPAK JARADI BAPA.
43. Nu ngaramuk tambah rosa, ngaramuk teu pilih bulu, nu BARODAS dibuburak, nu HIDEUNG disieuh saheng buana urang ku sabab nu ngaramukna. Teu beda reujeung tawon du dipalengpeng sayangna, SANUSA DIJIEUN JAGAL, tapi kaburu disapih, nu nyapihna URANG SEBRANG, laju ngadegna deui RAJA
44. Asalna JALMA BIASA, memang TITISAN RAJA, TITISAN RAJA BAHEULA, biangna hiji PUTRI, PUTRI PULO DEWATA, da puguh TITISAN RAJA.
45. RAJA ANYAR hese apesna, hese apes ku rogahala. Ti harita GANTI DEUI JAMAN, GANTI JAMAN GANTI LALAKON, teu lila geus TEMBONG BULAN, tembongna bulan TI BEURANG,
46. disusul kalewat BENTANG, BENTANG CAANG NU NGAGENCLANG, di urut NAGARA URANG ngadeg deui KARAJAAN, RAJA JERO KARAJAAN, lain TEUREUH PAJAJARAN.
47. Laju aya deui RAJA, tapi RAJA BUTA, lawang teu meunang dibuka, panto teu meunang ditutup, PANCURAN di tengah jalan, ngingu HEULANG na CARINGIN.
48. Da puguh RAJANA BUTA, teu neuleu aya BUHAYA, reujeung AJAG, UCING GARONG, reujeung pirang-pirang KUNYUK NGOROWOTAN NU SARUSAH. Sakalina AYA NU NGAGEUING,
49. nu diporog LAIN SATONA, tapi JALMA NU NGELINGAN. Mingkin hareup mingkin hareup LOBA JALMA NU BARUTA, naritah NYEMBAH BERHALA, bubuntut SALAH NGATURNA.
50. NGATURNA SAKAMA-KAMA PANARAT, pabeulit dina cacadan, SALAH NGAWULUKUNA lain JALMA TUKANG TANI, karuhun TARATE hampa sawareh,
51. nya KAPAS hapa buahna, nya PARE acak-acakan, LOBA NU TEU ASUP KANA ASEUPAN, sabab bongan NU NGEBONNA LOLOBANA TUKANG BOHONG.
52. Nu TANI ngan wungkul JANGJI, loba nu PALINTERNA, pinterna KABALINGER. Hol datang BUDAK JANGGOTAN SAJAMANG HIDEUNG, datangna nyonyoren KANERON BUTUT.
53. NGAGEUING nu KEUR SASAR, NGELINGAN KANU PAROHO, tapi TEU PISAN DIWARO da KABELINGER PINTERNA, HARAYANG MEUNANG SORANGAN, TEU ELING KA NU NGELINGAN.
54. LANGIT geus BEUREUM SEMUNA HASEUP, NGEBULNA PIRUNAN, boro-boro REK NGAWARO, ku inyana DITAREWAK, arasup ka PANGBEROKAN, eta BARUDAK JANGGOTAN.
55. Laju inyana NGAWUT-NGAWUT PIRANG-PIRANG DAPUR BATUR, majarkeun NEANGAN MUSUH, padahal ari inyana NYIAR-NYIAR PIMUSUHEUN, urangna masing WASPADA,
56. sabab ENGKENA ari inyana BAKAL NYARAM PAJAJARAN, HENTEU BEUNANG DIDONGENGKEUNG, sabab ari inyana pisan SARIEUNEUN KANYAHOAN TEGESNA ari inyana pisan.
57. Anu jadi gara-gara SAGALA JADI DANGDARAT, BUTA nu BARUTA mangkin TAMBAH BEDEGONG, bedegong LEUWIH TI MISTI, ngaleuleuwihan MUNDING BULE.
58. Ari inyana TEU ARELING, yen HARITA TEH JAMAN NU GEUS KAASUP KANA JAMAN NYATA, JAMAN SATO pisan, meh kabeh JAMAN MANUSA ku SATO dikawasaanana.
59. Jarayana BUTA-BUTA teu sabaraha lilana, bongan KACIDA TEUING NYANGSARANA KA SOMAH-SOMAH, loba somah NGAREP-NGAREP CARINGIN REUNTAS di alun-alun.
60. BUTA bakal jaradi WADAL, tina PAMOLAHNA SORANGAN, pasti BUKTI NA MANGSANA, NYATA mun GEUS KATEMBONG BUDAK ANGON, wanci datangna MANGSA LOBA NU RIBUT.
61. Mimiti RIBUT DI DAPUR, ti dapur laju ALEMBUR, salembur jadi SANAGARA, nu BODO JADI GARELO, nu GARELUT dibantuan BUDAK BUNCIRENG kokolotna.
62. Nu matak GARELUT ROSA rosa pasti PAREBUT WARISAN, nu hawek HAYANG PANG LOBANA, nu teu hawek HAYANG LOBA, anu boga MARENTA TINA HAK BAGIANANA,
63. Ngan NU ARELING CICING, ngan ukur NGALALAJOANAN ngan sakadar KABARERANG. Nu garelut laju REUREUH, laju kakara arengeuh, TAYA NU MEUNANG BAGIAN,
64. sabab WARISAN KABEH PEREN, BEAKNA KU NU NYAREKEL, ku nu NYAREKEL GADEAN. BUTA-BUTA nyarusup, NU GELUT JADI KAREUEUNG ditempuhkeun LEUNGITNA NAGARA.
65. Laju NEANGAN BUDAK ANGON, nu saungna DI BIRIT LEUWI, dihateup ku HANDEULEUM, pantona BATU SATANGTUNG, ditihangan HANJUANG, BUDAK ANGONna GEUS EUWEUH.
66. Ari inyana dek MENTA TUMBAL nya ka BUDAK ANGON tea, geus narindak babarengan jeung BUDAK JANGGOTAN mariang PINDAH BABAKAN, pindah ka LEBAK CAWENE.
67. Nu kasampak kari GAGAK, nyata GAGAKNA keur NGELAK, dina TUTUNGGUL". Eyang Prabu pok ngadawuh: "Geura ieu darengekeun, JAMAN BAKAL GANTI DEUI,"
68. "Nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui SAJAGAT, URANG SUNDA DISARAMBAT.
69. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA NGAHAMPURA, HADE DEUI SAKABEHNA, NAGARA NGAHIJI DEUI, NUSA JADI DEUI, sabab NGADEG RATU ADIL.
70. RATU ADIL NU SAJATI, Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU ADIL, engke dia nyaraho, KIWARI SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU TANGTU.
71. Tah sakitu kami WAWANGSIT ka daria sakabeh, eta WANGSIT KUDU PUHIT, kiwari GEURA NARINDAK, ULAH NGALIEUK KA TUKANG BISI AYA BALUKARNA."

Terjemahan secara bebas:

1. Saya meminta maaf kepada semua keluarga (saudara-saudara), khususnya para karuhun (leluhur), minta maaf kepada para dewata, kepada para sangiang, kepada dangiang, kepada LELUHUR GALUH PAKUAN,
2. putra-putri PAJAJARAN dari mulai GALUH PAKUAN sampai kepada saat (waktu) ini yang disebut PUTRA SUNDA, harap dijaga, diperiksa, dikunjungi (diperhatikan) secara diam-diam sekehendak hati.
3. dari saya dan kawan-kawan hanya sekedar mewakili, sebagai wakil penyambung ucapan (perkataan) menyampaikan nasihatnya dari eyang PRABU SILIWANGI sebelum menghiyang (menghilang/meninggal).
4. Silakan dengarkanlah, perhatikan sampai mengerti UGA WANGSIT SILIWANGI (ucapan ilhami Siliwangi) supaya menjadi pemberi ingat (mengingatkan) kepada semua putra-putri mendapat keselamatan.
5. Kata EYANG PRABU kepada rakyat (pasukan) PAJAJARAN yang sudah mengundurkan diri sebelum "ngahiyang" (menghilang/meninggal): "Kisah kita semua hanya sampai hari ini saja "ugana" (perjalanan sejarahnya yang telah ditakdirkan).
6. Walau pun kalian semua berlaku setiap kepadaku akan tetapi aku tidak boleh membawa kalian ikut-serta mengalami hidup susah, berpakaian compang-camping dan kelaparan.
7. Kalian harus memilih supaya nanti di masa depan untuk kehidupan ke depannya, supaya "jembar sugih-mukti" (meraih kejayaan dan tidak kekurangan sesuatu apapun) DALAM RANGKA BERDIRINYA KEMBALI NEGARA PAJAJARAN.
8. Akan tetapi bukan PAJAJARAN, PAJAJARAN yang sekarang, pasti PAJAJARAN YANG BARU, BARU DIDIRIKANNYA, yang BERDIRINYA pasti diperingatkan oleh BERUBAHNYA JAMAN."
9. Selanjutnya EYANG PRABU berkata: "Hendaknya kalian secepatnya menentukan pilihan, sebab bagiku aku tidak akan menghalang-halangi, sebabnya TIDAK PANTAS MENJADI RAJA kalau RAKYAT MENDERITA KELAPARAN dan MENGALAMI KESUSAHAN HIDUP."
10. Perkataan EYANG PRABU coba dengarkanlah ini: "Yang tetap ikut denganku [hendaknya] memisahkan diri ke sebelah SELATAN; yang mau kembali lagi ke kota yang ditinggalkan,
11. segera memisahkan diri ke sebelah UTARA; bagi yang akan mengabdi kepada yang sedang jaya segera memisahkan diri pindah ke sebelah TIMUR, yang mengikuti keinginannya sendiri hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT.
12. Dengarkanlah oleh kalian, dia (mereka) yang dari sebelah TIMUR harus mengetahui dan ingat [bahwa] kejayaan ikut dengan mereka, keturunan mereka kelak akan memerintah atas saudara-saudara dan atas orang lain.
13. Tetapi dia (mereka) harus mengetahui bahwa sebenarnya jika melampaui batas pasti bakal ada pembalasannya, silakan segera saling berpisah, ikuti ke sebelah timur, dan rasakanlah pembalasannya.
14. Dia yang dari sebelah BARAT hendaknya cari [dan selidiki] olehnya dari lacak [jejak perjalanan] Ki SANTANG, sebab nanti keturunannya akan menjadi pemberi ingat kepada saudara dan pemberi ingat kepada orang lain,
15. kepada orang lain yang pernah se sekampung (sedaerah), kepada saudara yang seia-sekata, kepada yang "rancage" cage" (gesit/kreatif/trampil) hatinya. Kelak nanti kalau tengah malam dari gunung HALIMUN ada suara minta tolong,
16. nah, itulah tandanya seketurunan dia "disambat" (dimohon untuk memberi bantuan/pertolongan) oleh orang yang akan menikah di "lebak cawene" (lembah perawan), jangan hendaknya bersikap lambat (ogah-ogahan) lagi, sebab danau bakal rebah/jebol).
17. Segeralah kalian berangkat akan tetapi jangan menegok (berpaling) ke belakang. Kalian yang memisahkan diri ke sebelah UTARA dengarkanlah: "KOTA olehnya (oleh mereka) tidak akan kelihatan lagi wujudnya,
18. hanyalah berupa sebuah tegalan yang tidak lagi terurus, keturunan mereka akan menjadi rakyat, kalau pun ada yang memiliki pangkat (jabatan) bakal tinggi pangkatnya (jabatannya) akan tetapi tidak memiliki kekuasaan.
19. Diri mereka nanti di masa depan bakal banyak didatangi/kedatangan yang yang memerlukan bantuannya, banyak "batur" (teman), banyak teman dari yang jauh, akan tetapi teman yang mengalami berbagai kesusahan dan teman yang menyusahkan, nah kalian dan semua keturunan kalian harus waspada.
20. Semua keturunan mereka akan "dilanglang" (dikunjungi secara diam-diam) olehku, mengunjungi pada waktunya dimana aku perlu bakal datang lagi memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan pertolongan,
21. memberi pertolongan kepada yang mengalami kesusahan, kepada yang baik perilaku kehidupannya; tidak akan kelihatan kalau aku datang, tidak akan terdengar kalau aku berkata-kata, memang aku bakal datang kepada mereka yang "rancage" (gesit/trampil/cekatan) hatinya,
22. kepada yang sudah "wawuh disemua dina semu" (mengenal roman muka/keadaan alam/zaman), yang sebenarnya, yang mengerti "wawangi sajati" (keharuman/kebenaran yang sejati), yang pikirannya suci dan cerdas, yang baik peri laku kehidupannya,
23. Kalau pada waktunya aku datang tidak berkata-kata, tidak memperlihatkan rupa (wujud), akan tetapi tandanya oleh "wawangi" (keharuman/kebenaran hakiki), mulai dari hari ini juga hilang lenyap di alam kehidupan, hilang lenyap kota dan negara.
24. PAJAJARAN tidak akan meninggalkan bekas kecuali NAMA untuk keperluan penelusuran, sebab bukti yang tersisa bakal banyak yang mengingkari, akan tetapi kelak di kemudian hari bakal ada yang mencoba-coba,
25. supaya yang pada menghilang dapat bertemu (diketemukan) lagi, pasti bisa ditemukan (bertemu), menelusuri harus dengan "amparan" (landasan/cara-cara yang hakiki), akan tetapi yang melakukan penelusuran (penyelidikan) banyak yang merasa diri yang paling pandai.
26. Kalau yang demikian (seperti) itu keadaannya (kenyatannya) harus terlebih dulu menjadi gila, sebab nantinya bakal banyak yang diketemukan (bertemu). Sebagian keburu dilarang oleh yang disebut RAJA PANYELANG.
27. Yang berani terus "ngorehan" (melakukan penelitian), tidak menghiraukan kepada adanya larangan, melakukan penelitian sambil melawan, melawan sambil tertawa, yaitu yang disebut BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA), rumahnya "di birit leuwi" (di belakang/pinggir palung/lubuk sungai).
28. Pintunya batu "satangtung" (sebuah batu), "kahieuman" (dipenuhi (tertutup) oleh "handeuleum", dirimbuni oleh "hanjuang". Yang digembalakannya bukan kambing bukan kerbau bukan harimau,
29 melainkan "kalakay" (ranting/daun-daun kering) dan "tutungul" (pokok batang pohon), dia tekun melakukan penelitian/pencarian) mengumpulkan apa pun yang diketemukannya, disembunyikan sebab "lalalon" (babak sejarah) belum waktunya, kalau sudah waktu dan "mangsa" (zaman/waktu),
30. bakal banyak yang terbuka, meminta digelarkan ceritanya, akan tetapi [terlebih dulu] harus banyak mengalami banyak "lalakon" (cerita/kisah kehidupan), lamanya setiap jaman sama dengan waktu "nyukma ngusumah jeung nitisna" (melepaskan sukma/jiwa yang menitisnya),
(31) laju nitis mindah sukma". Perkataan eyang Prabu coba dengarkan selanjutnya: "Yang sekarang memusuhi menjadi RAJA sampai kepada waktu "tanah bugel cibuntaeun" (wilayah yang memiliki nuansa/perbawa mistis),
32. dijadikan kandang "munding dongkol" (kerbau yang tanduknya melengkung ke bawah). Nah di sana (di masa itu) seluruh negara bakal menjadi "sampalan" (tempat penggembalaan), "sampalan (tempat penggembalaan) kerbau bule (albino), digembalakan oleh ORANG BERPERAWAKAN TINGGI, memberi berbagai perintah di "alun-alun" (lapangan di tengah kota).
33. Dari sejak saat itu raja di belenggu, KERBAU BULE (albino) memegang "bubuntut" (kendali bajak), keturunan kita menarik bajak hanya saja menariknya tidak berkuasa sebab "murah jaman seubeuh hakan" (serba dicukupi/dininabobokan). Setelah itu alat bajak ditarik oleh KERA.
34. Lajuna (kemudian) keturunan kita kita dan yang mendusin, akan tetapi mendusinnya seperti yang bangun dari mimpi. dari yang hilang bertambah banyak menemukannya, akan tetapi banyak yang tertukar.
35. Yang bukan seharusnya dibawa keturunan kita tidak mengetahui bahwa jaman sudah berganti cerita. Setelah itu seluruh negara menjadi gempar, pintu yang tertutup "digedoran" (dipaksa supaya dibuka)) oleh yang mengantar pembuka jalan,
36. akan tetapi jalan yang "pasingsal" (tidak teratur/berantakan). Yang "tutunjuk" (memberi perintah) bersembunyi jauh, lapangan menjadi sunyi dan mencekam, kerbau bule (albino) melarikan diri, sampalan (padang gembalaan)) diserbu KERA, keturunan kita enak tertawa.
37. tetapi tertawanya tidak sampai selesai sebab warung habis [diseru] oleh KERA, sawah juga habis oleh KERA, kebun juga habis oleh KERA, "huma" ladang diobak-abraik oleh KERA, cawene (anak gadis) dihamili oleh KERA.
(38) Segala sesuatu diserbu oleh KERA, keturunan "upama" (.............) takut oleh KERA, "panarat" (...................) ditarik oleh KERA sambil duduk pada "bubuntut" (kemudi bajak), tetapi bajak ditariknya masih oleh keturunan kita.
39. Banyak yang mati kelaparan. Dari sana (setelah itu) keturunan kita mengharapkan tanaman jagung sambil "sok tahu" membuka "caturrangga" (cerita legenda kuno), mereka tidak mengetahui bahwa jaman sudah berganti cerita.
40. Laju (kemudian) terdengar sayup-sayup di ujung LAUTAN SEBELAH UTARA "ngaguruh jeung ngageleger" (bersuara menderum keras dan menggelegar) BURUNG GARUDA MENETASKAN TELURNYA, gempar seluruh dunia, di [kawasan] kita ramai yang "mangpring" (mengamuk/melawan penjajah).
41. Prang-pring sabulu-bulu gading (mengamuk/melawan penjajah), kumpulan KERA berjatuhan lemas, keturunan kita semuanya mengamuk, mengamuk tidak dengan aturan, sehingga banyak yang mati, yang mati tanpa dosa.
42. Musuh dijadikan teman, teman dijadikan musuh, mendadak banyak pangkat (jabatan), memerintah seperti orang gila, yang bingung menjadi semakin bingung, "budak satepak jaradi bapa" (anak masih ingusan menjadi bapak/penguasa) .
43. Yang mengamuk bertambah hebat, mengamuk dengan tanpa pilih bulu, "nu barodas" (orang-orang yang putih/benar) diusir-usir, yang hitam (tidak benar/jahat) "disieuh saheng buasa urang" (diusir), sebab yang mengamuknya,
44. tidak berbeda dengan tawon yang sarangnya dilempar, senusa (tanah air) dijadikan jagal (tempat pembantaian), tetapi keburu dilerai, yang melerainya bangsa seberang (asing), kemudian berdirinya lagi RAJA.
45. Asalnya orang biasa, tetapi memang keturunan RAJA, keturunan RAJA dahulu kala, ibunya seorang PUTRI, PUTRI PULAU DEWATA, karena memang KETURUNAN RAJA,
46. RAJA BARU sulit mengalami apes (nasib malang), sukar mengalami nasib malang oleh usaha pembunuhan. Dari sejak itu berganti lagi jaman, berganti jaman berganti cerita, tidak lama waktunya sudah kelihatan bulan, kelihatan bulan di siang hari,
47. disusul "kalewat bentang" (munculnya bintang), terang bintang yang berbinar, di bekas KERAJAAN kita berdiri lagi KERAJAAN, RAJA dalam KERAJAAN, bukan KETURUNAN PAJAJARAN.
48. Lalu (kemudian) ada lagi RAJA, tapi RAJA BUTA (RAKSASA), pintu tidak boleh dibuka, jendela tidak boleh ditutup, pancuran di tengah jalan, memelihara elang di atas pohon beringin.
49. Karena memang RAJANYA RAKSASA, tidak melihat ada buaya dan serigala, kucing hutan dan macam-macam kera yang mengerogoti orang-orang yang hidup susah. Sekalinya ada yang memberi peringatan,
50. Yang ditangkap bukan binatangnya melainkan orang yang memperingatkannya. Semakin ke depan semakin ke depan banyak orang yang menjadi RAKSASA (rakus), menyuruh menyembah berhala, kemudian banyak salah mengaturnya.
51. mengaturnya sekehendak hati "panarat" (bajak) "pabeulit jeung cacadan" (memasang alat tidak pada tempatnya), salah membajaknya bukan oleh orang yang biasa bertani (petani), "karuhun" (leluhur) teratai hampa sebagian.
52. begitu juga kapas hamba buahnya, begitu juga padi acak-acakan, banyak yang tidak masuk, tidak masuk ke dalam tempat mengukus, disebabkan karena kebanyakan orang-orang yang suka berdusta.
53. Yang bertani hanya sekedar janji, banyak orang yang pinter (pandai), [tetapi] pinter keblinger. Lalu datang BUDAK ANGON (Anak Gembala) "sajamang hideung" (berbaju hitam), datangnya sambil menyelendangkan "kaneron butut" (kantong anyaman jelek).
54. Memberitahu (memperingatkan) yang sedang tersesat, mengingatkan mereka yang lupa, akan tetapi tidak digubris, karena keblinger pinternya, mereka ingin memang sendiri, tidak ingat (tidak percaya) kepada yang memberi ingat.
55. Langit sudah merah merona (berwarna), bertasapnya nyala api, jangankan mau mentaati bahkan olehnya ditangkap, masuk ke dalam penjara, "Anak Kecil Berjanggut".
56. Kemudian dia memporak-porandakan banyak dapur milik orang lain, dengan dalih mencari musuh, padahal dia mencari-cari calon musuh, kita harus waspada,
57. sebab nantinya dia bakal melarang [berdirinya] PAJAJARAN, tdak boleh dikemukakan ceritanya, sebab dia itu takut ketahuan, tegasnya kalau yang sebenar-benarnya.
58. Yang menjadi gara-gara segala jadi "dangdarat" (tanggung/gagal/susah) , RAKSASA yang "baruta" (rakus) semakin "bedegong" (tegar tengkuk/degil), degil secara berlebihan, melebihi KERBAU BULE.
59. Dia sebenarnya tidak sadar bahwa pada waktu itu JAMAN yang sudah masuk ke dalam JAMAN NYATA, benar-benar [merupakan] JAMAN BINATANG (kebinatangan), hampir semua JAMAN MANUSIA dikuasai oleh BINATANG (kebinatangan).
60. Berjayanya RAKSASA tidak seberapa lamanya, sebabnya adalah keterlaluan menyengsarakan rakyat banyak, banyak rakyat menunggu-nunggu (mengharap-harapkan) pohon beringin yang ada di tanah lapang tumbang.
61. Para RAKSASA bakal menjadi wadal (tumbal) oleh karena ulah sendiri, pasti terbukti pada waktunya akan nyata kalau sudah terlihat "BUDAK ANGON" (Anak Gembala), saat datangnya waktu (zaman) banyak yang ribut (bertengkar).
62. Mula-mula bertengkar di dapur, dari dapur menjadi sekampung, dari sekampung menjadi senegara, yang bodoh menjadi gila, mereka yang berkelahi dibantu "budak buncireng kolotnya" (anak kecil yang perutna buncit).
63. Yang menjadi alasan berkelahi begitu hebatnya pasti rebutan WARISAN, yang rakus ingin yang paling banyak. Yang tidak rakus [juga] ingin banyak, yang tidak punya meminta bagian dari haknya.
64. Hanya saja mereka yang "areling" (sadar akan diri) diam, hanya menonton, hanya sekedar "kabarerang" (kena percikan). Yang berkelahi kemudian semakin reda, kemudian mereka mengetahui (menyadari), tidak ada yang memperoleh bagian [apa pun].
65. sebab WARISAN semuanya habis, habis oleh yang memegang "gadean" (barang jaminan), Para RAKSASA "nyarusup" (menyelinap masuk), yang berkelahi menjadi takut "katempuhan" (didakwa) hilangnya NEGARA.
66. Kemudian mereka mencari BUDAK ANGON (anak gembala), yang gubuknya di "birit leuwi" (di pinggir lubuk/palung sungai), "dihateup ku handeuleum" (bagian atas gubuknya ditutup oleh handeuleum), "pantona batu satangtung" (pintunya sebuah batu), bertiangkan batang/pohon hanjuang tetapi anak gembalanya sudah tidak ada.
67. Ada pun tujuannya hendak meminta "tumbal" (obat/sarana penyembuh) kepada anak gembala) tersebut, tetapi ia sudah berangkat bersama-sama dengan "budak janggotan" (anak/remaja berjanggut) pergi berpindah tempat, pindah ke "lebak cawene" (lembah perawan).
68. Yang ditemukan hanya burung gagak yang sedang berbunyi terus menerus di atas tunggul pohon. Eyang Prabu [Siliwangi] selanjutnya berkata: "Dengarkanlah ini oleh kalian, JAMAN AKAN BERUBAH LAGI,"
69. Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).
70. Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal memaafkan, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL.
71. RATU ADIL YANG SEJATI. Coba, SIAPAKAH WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti [kebenarannya].
72. Nah, sekian saja saya menyampaikan WANGSIT (amanat/pesan) kepada kalian semua, WANGSIT tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat."
BAB XIV

Prabu Siliwangi

Sebelum menjelaskan makna-makna yang terkandung dalam Wangit Uga Prabu Siliwangi berikut ini adalah sedikit penjelasan (informasi) tentang Prabu Siliwangi, sumber rujukan sepenuhnya dari Wikipedia:
"Zaman Pajajaran diawali oleh pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Ratu Jayadewata) yang memerintah selama 39 tahun (1482-1521). Pada masa inilah Pakuan mencapai puncak perkembangannya.
Dalam prasasti Batutulis diberitakan bahwa Sri Baduga dinobatkan dua kali, yaitu yang pertama, ketika Jayadewata menerima Tahta Kerajaan Galuh dari ayahnya (Prabu Dewa Niskala), yang kemudian bergelar Prabu Guru Dewapranata. Yang kedua, ketika ia menerima Tahta Kerajaan Sunda dari mertuanya, Prabu Susuktunggal (Sang Haliwungan). Dengan peristiwa ini, ia menjadi penguasa Kerajaan Sunda-Galuh dan dinobatkan dengar gelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Jadi, sekali lagi dan untuk terakhir kalinya, setelah "sepi" selama 149 tahun, Jawa Barat kembali menyaksikan iring-iringan rombongan raja yang berpindah tempat dari timur ke barat. Untuk melukiskan situasi kepindahan keluarga kerajaan Sunda Galuh dapat dilihat pada sub-judul "Pindahnya Ratu Pajajaran."

Prabu Siliwangi

Di Jawa Barat Sri Baduga ini lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi. Nama Siliwangi sudah tercatat dalam kropak 630 sebagai lakon pantun. Naskah itu ditulis tahun 1518 ketika Sri Baduga masih hidup. Lakon Prabu Siliwangi dalam berbagai versinya berintikan kisah tokoh ini menjadi raja di Pakuan. Peristiwa itu dari segi sejarah berarti saat Sri Baduga mempunyai kekuasaan yang sama besarnya dengan kakeknya, maharaja Niskala Wastu Kancana alias Prabu Wangisutah.
Menurut tradisi lama, orang segan atau tidak boleh menyebut gelar raja yang sesungguhnya, maka juru pantun mempopulerkan sebutan Siliwangi. Dengan nama itulah ia dikenal dalam literatur Sunda. Pangeran Wangsakerta pun mengungkapkan bahwa Siliwangi bukan nama pribadi, ia menulis:
"Kawalya ta wwang Sunda lawan ika wwang Carbon mwang sakweh ira wwang Jawa Kulwan anyebuta Prabhu Siliwangi raja Pajajaran. Dadyeka dudu ngaran swaraga nira".
(Hanya orang Sunda dan orang Cirebon serta semua orang Jawa Barat yang menyebut Prabu Siliwangi raja Pajajaran. Jadi nama itu bukan nama pribadinya).
Waktu mudanya Sri Baduga terkenal sebagai kesatria pemberani dan tangkas bahkan satu-satunya yang pernah mengalahkan Ratu Japura, Prabu Amuk Murugul (Surabima) waktu bersaing memperbutkan Subanglarang (istri kedua Prabu Siliwangi yang beragama Islam). Dalam berbagai hal, orang sejamannya teringat kepada kebesaran mendiang buyutnya (Prabu Maharaja Lingga Buana) yang gugur dalam "Perang Bubat" di Bubat yang kemudian digelari Prabu Wangi.

Tentang hal itu, Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara II/2 mengungkapkan bahwa orang Sunda menganggap Sri Baduga sebagai pengganti Prabu Wangi, sebagai silih yang telah hilang. Naskahnya berisi sebagai berikut (artinya saja):
"Di medan perang Bubat ia banyak membinasakan musuhnya karena Prabu Maharaja sangat menguasai ilmu senjata dan mahir berperang, tidak mau negaranya diperintah dan dijajah orang lain.
Ia berani menghadapi pasukan besar Majapahit yang dipimpin oleh sang Patih Gajah Mada yang jumlahnya tidak terhitung. Oleh karena itu, ia bersama semua pengiringnya gugur tidak tersisa.
Ia senantiasa mengharapkan kemakmuran dan kesejahteraan hidup rakyatnya di seluruh bumi Jawa Barat. Kemashurannya sampai kepada beberapa negara di pulau-pulau Dwipantara atau Nusantara namanya yang lain. Kemashuran Sang Prabu Maharaja membangkitkan rasa bangga kepada keluarga, menteri-menteri kerajaan, angkatan perang dan rakyat Jawa Barat. Oleh karena itu nama Prabu Maharaja mewangi. Selanjutnya ia di sebut Prabu Wangi, dan keturunannya lalu disebut dengan nama Prabu Siliwangi. Demikianlah menurut penuturan orang Sunda".
Kesenjangan antara pendapat orang Sunda dengan kenyataan sejarah seperti yang diungkapkan di atas mudah dijajagi. Pangeran Wangsakerta, penanggung jawab penyusunan Sejarah Nusantara, menganggap bahwa tokoh Prabu Wangi adalah Maharaja Linggabuana yang gugur di Bubat, sedangkan penggantinya ("silih"nya) bukan Sri Baduga melainkan Maharaja Niskala Wastu Kancana atau Prabu Anggalarang (kakek Sri Baduga, yang menurut naskah Maharaja Niskala Wastu Kancana disebut juga Prabu Wangisutah).
Nah, orang Sunda tidak memperhatikan perbedaan ini sehingga menganggap Prabu Siliwangi sebagai putera Maharaja Niskala Wastu Kancana (Prabu Anggalarang). Tetapi dalam Carita Parahiyangan disebutkan bahwa Maharaja Niskala Wastu Kancana itu adalah "seuweu" Prabu Wangi. Mengapa Dewa Niskala (ayah Sri Baduga) dilewat? Ini disebabkan Dewa Niskala hanya menjadi penguasa Kerajaan Galuh. Dalam hubungan ini tokoh Sri Baduga memang penerus "langsung" dari maharaja Niskala Wastu Kancana. Menurut Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara II/4, ayah dan mertua Sri Badugan -- yaitu Dewa Niskala dan Susuktunggal -- hanya bergelar Prabu, sedangkan Jayadewata bergelar Maharaja (sama seperti kakeknya Maharaja Niskala Wastu Kancana sebagai penguasa Kerajaan Sunda-Galuh).
Dengan demikian, seperti diutarakan Amir Sutaarga (1965), Sri Baduga itu dianggap sebagai "silih" (pengganti) Maharaja Wangi Wastu Kancana (oleh Pangeran Wangsakerta disebut Prabu Wangisutah). "Silih" dalam pengertian kekuasaan ini oleh para pujangga babad yang kemudian ditanggapi sebagai pergantian generasi langsung dari ayah kepada anak, sehingga Prabu Siliwangi dianggap putera Maharaja Niskala Wastu Kancana.

Perang Bubat & Kebijakan Sri Baduga dan Kehidupan Sosial

Keterangan tentang Bubat yang dimuat harian Suara Merdeka adalah sebagai berikut:
"Perang antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda itu terjadi di desa Bubat. Perang ini dipicu oleh ambisi Mahapatih Gajah Mada yang ingin menguasai Kerajaan Sunda. Pada saat itu sebenarnya antara Kerajaan Sunda dan Majapahit sedang dibangun ikatan persaudaraan, yaitu dengan menjodohkan Dyah Pitaloka dengan Maharaja Hayamwuruk. Nah Rombongan Kerajaan Sunda ini digempur oleh pasukan Mahapatih Gajah Mada yang menyebabkan semua pasukan Kerajaan Sunda yang ikut rombongan punah. Akibat perang Bubat ini pula maka hubungan antara Mahapatih Gajah Mada dan Maharaja Hayamwuruk menjadi renggang".
Ada sebuah pustaka yang bisa dijadikan rujukan, Guguritan Sunda, yang Mengisahkan gejolak sosial dan pecahnya perang di Desa Bubat antara Kerajaan Majapahit dengan Kerajaan Sunda dan gugurnya Mahapatih Gajah Mada secara misterius. Alih bahasa oleh I Wayan Sutedja (sepertinya pustaka aslinya ditulis dalam Bahasa Bali, 1995. disimpan di Universitas Ohio.
Tindakan pertama yang diambil oleh Sri Baduga setelah resmi dinobatkan jadi raja adalah menunaikan amanat dari kakeknya (Niskala Wastu Kancana) yang disampaikan melalui ayahnya (Dewa Niskala/Ningrat Kancana) ketika ia masih menjadi mangkubumi di Kawali. Isi pesan ini bisa ditemukan pada salah satu prasasti peninggalan Sri Baduga di Kebantenan. Isinya sebagai berikut (artinya saja):
"Semoga selamat. Ini tanda peringatan bagi Rahyang Niskala Wastu Kancana. Turun kepada Rahyang Ningrat Kancana, maka selanjutnya kepada Susuhunan sekarang di Pakuan Pajajaran.
Harus menitipkan dayeuhan (ibukota) di Jayagiri dan ibukota di Sunda Sembawa. Semoga ada yang mengurusnya. Jangan memberatkannya dengan "dasa", "calagra", "kapas timbang", dan "pare dongdang".
Maka diperintahkan kepada para petugas muara agar jangan memungut bea, karena merekalah yang selalu berbakti dan membaktikan diri kepada ajaran-ajaran. Merekalah yang tegas mengamalkan peraturan dewa.
Dengan tegas di sini disebut "dayeuhan" (ibukota) di Jayagiri dan Sunda Sembawa. Penduduk kedua dayeuh ini dibebaskan dari 4 macam pajak, yaitu "dasa" (pajak tenaga perorangan), "calagra" (pajak tenaga kolektif), "kapas timbang" (kapas 10 pikul) dan "pare dondang" (padi 1 gotongan). Dalam kropak 630, urutan pajak tersebut adalah dasa, calagra, "upeti", "panggeureus reuma".
Dalam koropak 406 disebutkan bahwa dari daerah Kandang Wesi (sekarang Bungbulang, Garut) harus membawa "kapas sapuluh carangka" (10 carangka = 10 pikul = 1 timbang atau menurut Coolsma, 1 caeng timbang) sebagai upeti ke Pakuan tiap tahun. Kapas termasuk upeti. Jadi tidak dikenakan kepada rakyat secara perorangan, melainkan kepada penguasa setempat.
"Pare dondang" disebut "panggeres reuma". Panggeres adalah hasil lebih atau hasil cuma-cuma tanpa usaha. Reuma adalah bekas ladang. Jadi, padi yang tumbuh terlambat (turiang) di bekas ladang setelah dipanen dan kemudian ditinggalkan karena petani membuka ladang baru, menjadi hak raja atau penguasa setempat (tohaan).
Dongdang adalah alat pikul seperti "tempat tidur" persegi empat yang diberi tali atau tangkai berlubang untuk memasukan pikulan. Dongdang harus selalu digotong. Karena bertali atau bertangkai, waktu digotong selalu berayun sehingga disebut "dondang" (berayun). Dongdang pun khusus dipakai untuk membawa barang antaran pada selamatan atau arak-arakan. Oleh karena itu, "pare dongdang" atau "penggeres reuma" ini lebih bersifat barang antaran.
Pajak yang benar-benar hanyalah pajak tenaga dalam bentuk "dasa" dan "calagra" (di Majapahit disebut "walaghara = pasukan kerja bakti). Tugas-tugas yang harus dilaksanakan untuk kepentingan raja diantaranya : menangkap ikan, berburu, memelihara saluran air (ngikis), bekerja di ladang atau di "serang ageung" (ladang kerajaan yang hasil padinya di peruntukkan bagi upacara resmi).
Dalam kropak 630 disebutkan "wwang tani bakti di wado" (petani tunduk kepada wado). Wado atau wadwa ialah prajurit kerajaan yang memimpin calagara. Sistem dasa dan calagara ini terus berlanjut setelah jaman kerajaan. Belanda yang di negaranya tidak mengenal sistem semacam ini memanfaatkannya untuk "rodi". Bentuk dasa diubah menjadi "Heerendiensten" (bekerja di tanah milik penguasa atau pembesar). Calagara diubah menjadi "Algemeenediensten" (dinas umum) atau "Campongdiesnten" (dinas Kampung) yang menyangkut kepentingan umum, seperti pemeliharaan saluran air, jalan, rumah janda dan keamanan. Jenis pertama dilakukan tanpa imbalan apa-apa, sedangkan jenis kedua dilakuan dengan imbalan dan makan. "Preangerstelsel" dan "Cultuurstelsel" yang keduanya berupa sistem tanam paksa memanfaatkan tradisi pajak tenaga ini.
Dalam akhir abad ke-19 bentuknya berubah menjadi "lakon gawe" dan berlaku untuk tingkat desa. Karena bersifat pajak, ada sangsi untuk mereka yang melalaikannya. Dari sinilah orang Sunda mempunyai peribahasa "puraga tamba kadengda" (bekerja sekedar untuk menghindari hukuman atau dendaan). Bentuk dasa pada dasarnya tetap berlangsung. Di desa ada kewajiban "gebagan" yaitu bekerja di sawah bengkok dan ti tingkat kabupaten bekerja untuk menggarap tanah para pembesar setempat.
Jadi, "gotong royong tradisional berupa bekerja untuk kepentingan umum atas perintah kepala desa", menurut sejarahnya bukanlah gotong royong. Memang tradisional, tetapi ide dasarnya adalah pajak dalam bentuk tenaga. Dalam Pustaka Jawadwipa disebut karyabhakti dan sudah dikenal pada masa Tarumanagara dalam abad ke-5.
Piagam-piagam Sri Baduga lainnya berupa "piteket" karena langsung merupakan perintahnya. Isinya tidak hanya pembebasan pajak tetapi juga penetapan batas-batas "kabuyutan" di Sunda Sembawa dan Gunung Samaya, yang dinyatakan sebagai "lurah kwikuan" yang disebut juga desa perdikan, desa bebas pajak.

Peristiwa-peristiwa di Masa Pemerintahan Prabu Siliwangi

Beberapa peristiwa menurut sumber-sumber sejarah, dalam Carita Parahiyangan, pemerintahan Sri Baduga dilukiskan demikian:
"Purbatisi purbajati, mana mo kadatangan ku musuh ganal musuh alit. Suka kreta tang lor kidul kulon wetan kena kreta rasa. Tan kreta ja lakibi dina urang reya, ja loba di sanghiyang siksa".
(Ajaran dari leluhur dijunjung tinggi sehingga tidak akan kedatangan musuh, baik berupa laskar maupun penyakit batin. Senang sejahtera di utara, barat dan timur. Yang tidak merasa sejahtera hanyalah rumah tangga orang banyak yang serakah akan ajaran agama).
Dari Naskah ini dapat diketahui, bahwa pada saat itu telah banyak Rakyat Pajajaran yang beralih agama (Islam) dengan meninggalkan agama lama.
Naskah Pustaka Nagara Kretabhumi parwa I sarga 2 menceritakan, bahwa pada tanggal 12 bagian terang bulan Caitra tahun 1404 Saka, Syarif Hidayat menghentikan pengiriman upeti yang seharusnya di bawa setiap tahun ke Pakuan Pajajaran. [Syarif Hidayat adalah cucu Sri Baduga dari Lara Santang. Ia dijadikan raja oleh uanya (Pangeran Cakrabuana) dan menjadi raja merdeka di wilayah Pajajaran, di Bumi Sunda (Jawa Barat)].
Ketika itu Sri Baduga baru saja menempati istana Sang Bhima (sebelumnya di Surawisesa). Kemudian diberitakan, bahwa pasukan Angkatan Laut Demak yang kuat berada di Pelabuhan Cirebon untuk menjaga kemungkinan datangnya serangan Pajajaran.
Tumenggung Jagabaya beserta 60 anggota pasukannya yang dikirimkan dari Pakuan ke Cirebon, tidak mengetahui kehadiran pasukan Demak di sana. Jagabaya tak berdaya menghadapi pasukan gabungan Cirebon-Demak yang jumlahnya sangat besar. Setelah berunding, akhirnya Jagabaya menghamba dan masuk Islam.
Peristiwa itu membangkitkan kemarahan Sri Baduga. Pasukan besar segera disiapkan untuk menyerang Cirebon. Akan tetapi pengiriman pasukan itu dapat dicegah oleh Purohita (pendeta tertinggi) keraton Ki Purwa Galih. [Cirebon adalah daerah warisan Cakrabuana (Walangsungsang) dari mertuanya (Ki Danusela) dan daerah sekitarnya diwarisi dari kakeknya Ki Gedeng Tapa (Ayah Subanglarang)].
Cakrabuana sendiri dinobatkan oleh Sri Baduga (sebelum menjadi Susuhunan) sebagai penguasa Cirebon dengan gelar Sri Mangana. Karena Syarif Hidayat dinobatkan oleh Cakrabuana dan juga masih cucu Sri Baduga, maka alasan pembatalan penyerangan itu bisa diterima oleh penguasa Pajajaran.
Demikianlah situasi yang dihadapi Sri Baduga pada awal masa pemerintahannya. Dapat dimaklumi kenapa ia mencurahkan perhatian kepada pembinaan agama, pembuatan parit pertahanan, memperkuat angkatan perang, membuat jalan dan menyusun PAGELARAN (formasi tempur).
Menurut sumber Portugis, di seluruh kerajaan, Pajajaran memiliki kira-kira 100.000 prajurit. Raja sendiri memiliki pasukan gajah sebanyak 40 ekor. Di laut, Pajajaran hanya memiliki enam buah Kapal Jung 150 ton dan beberapa lankaras (?) untuk kepentingan perdagangan antar-pulaunya (saat itu perdagangan kuda jenis Pariaman mencapai 4000 ekor/tahun).
Keadaan makin tegang ketika hubungan Demak-Cirebon makin dikukuhkan dengan perkawinan putera-puteri dari kedua belah pihak. Ada empat pasangan yang dijodohkan, yaitu:
1. Pangeran Hasanudin dengan Ratu Ayu Kirana (Purnamasidi).
2. Ratu Ayu dengan Pangeran Sabrang Lor.
3. Pangeran Jayakelana dengan Ratu Pembayun.
4. Pangeran Bratakelana dengan Ratu Ayu Wulan (Ratu Nyawa).
Perkawinan Pangeran Sabrang Lor alias Yunus Abdul Kadir dengan Ratu Ayu terjadi 1511. Sebagai Senapati Sarjawala, panglima angkatan laut, Kerajaan Demak, Sabrang Lor untuk sementara berada di Cirebon.
Persekutuan Cirebon-Demak inilah yang sangat mencemaskan Sri Baduga di Pakuan. Tahun 1512, ia mengutus putera mahkota Surawisesa menghubungi Panglima Portugis Alfonso d'Albuquerque di Malaka (ketika itu baru saja gagal merebut Pelabuhan Pasai atau Samudra Pasai). Sebaliknya upaya Pajajaran ini telah pula meresahkan pihak Demak.
Pangeran Cakrabuana dan Susuhunan Jati (Syarif Hidayat) tetap menghormati Sri Baduga karena masing-masing sebagai ayah dan kakek. Oleh karena itu permusuhan antara Pajajaran dengan Cirebon tidak berkembang ke arah ketegangan yang melumpuhkan sektor-sektor pemerintahan. Sri Baduga hanya tidak senang hubungan Cirebon-Demak yang terlalu akrab, bukan terhadap Kerajaan Cirebon. Terhadap Islam, ia sendiri tidak membencinya karena salah seorang permaisurinya, Subanglarang, adalah seorang muslimah dan ketiga anaknya -- Walangsungsang alias Cakrabuana, Lara Santang, dan Raja Sangara -- diizinkan sejak kecil mengikuti agama ibunya (Islam).
Karena permusuhan tidak berlanjut ke arah pertumpahan darah, maka masing masing pihak dapat mengembangkan keadaan dalam negerinya. Demikianlah pemerintahan Sri Baduga dilukiskan sebagai jaman kesejahteraan (Carita Parahiyangan). Tome Pires ikut mencatat kemajuan jaman Sri Baduga dengan komentar "The Kingdom of Sunda is justly governed; they are true men" (Kerajaan Sunda diperintah dengan adil; mereka adalah orang-orang jujur).
Juga diberitakan kegiatan perdagangan Sunda dengan Malaka sampai ke kepulauan Maladewa (Maladiven). Jumlah merica bisa mencapai 1000 bahar (1 bahar = 3 pikul) setahun, bahkan hasil tammarin (asem) dikatakannya cukup untuk mengisi muatan 1000 kapal.
Naskah Kitab Waruga Jagat dari Sumedang dan Pancakaki Masalah karuhun Kabeh dari Ciamis, yang ditulis dalam abad ke-18 dalam bahasa Jawa dan huruf Arab-pegon masih menyebut masa pemerintahan Sri Baduga ini dengan masa gemuh Pakuan (kemakmuran Pakuan), sehingga tak mengherankan bila hanya Sri Baduga yang kemudian diabadikan kebesarannya oleh raja penggantinya dalam jaman Pajajaran.
Sri Baduga Maharaja alias Prabu Siliwangi yang dalam Prasasti Tembaga Kebantenan disebut Susuhunan di Pakuan Pajajaran, memerintah selama 39 tahun (1482 - 1521). Ia disebut secara anumerta Sang Lumahing (Sang Mokteng) Rancamaya karena ia dipusarakan di Rancamaya."



BAB XV

Tafsir Uga Wangsit Prabu Siliwangi


1. Pangapunten jisim abdi ka sadaya para wargi, hususnya para karuhun, neda hapunten ka para dewata, ka sangiang, ka dangiang, ka LULUHUR GALUH PAKUAN.
2. putra-putri PAJAJARAN, di kawit GALUH PAKUAN, dugi ka kiwari pisan nu katelah PUTRA SUNDA, mugi dijaga diriksa, dilanglangan saraosna.
3. Ti abdi saparakanca mung sakadar ngawakilan, wawakil panyambung lisan mengdugikeun WEJANGANANA TI EYANG PRABU SILIWANGI tina samemeh ngahiyang.
4. Mangga geura darangukeun, regepkeun dugi kaharti UGA WANGSIT SILIWANGI, supados jadi panggeuing ka sadaya putra-putri nyandang KAWILUJENGAN.
5. Saur EYANG PRABU pokna ka sadaya balad PAJAJARAN anu parantos malundur, sateuacanna ngahiyang:"LALAKON URANG TEH NGAN NEPI KA POE IEU PISAN UGANA.
6. SANAJAN DIA KABEHAN KA NGAING PADA SATIA, TAPI NGAING HENTEU MEUNANG MAWA PIPILUEUN NGILU HIRUP BALANGSAK, NGILU RUDIN BARI LAPAR.
7. Daria KUDU MARILIH, supaya engke jagana pikeun HIRUP KA HAREUPNA, sangkan JEMBAR SUGIH-MUKTI bisana NGADEGNA DEUI nya NAGARA PAJAJARAN.
8. Tapi lain PAJAJARAN, PAJAJARAN nu KIWARI, pasti PAJAJARAN ANYAR, ANYAR DIADEGKEUNANA, nu NGADEGNA digeuingkeun, pasti ku OBAHNA JAMAN."
9. Lajeng EYANG PRABU mitutur: "GEURA PARILIH KU DARIA, NGAING MO REK NGAHALANG-HALANG PIKEUN NGAING MAH, sababna HENTEU PANTES JADI RAJA mun SOMAH LAPAR BALANGSAK."

Terjemahannya:

1. Saya meminta maaf kepada semua keluarga (saudara-saudara), khususnya para karuhun (leluhur), minta maaf kepada para dewata, kepada para sangiang, kepada dangiang, kepada LELUHUR GALUH PAKUAN,
2. putra-putri PAJAJARAN dari mulai GALUH PAKUAN sampai kepada saat (waktu) ini yang disebut PUTRA SUNDA, harap dijaga dan diayomi, dikunjungi secara diam-diam sekehendak hati.
3. Dari saya dan kawan-kawan hanya sekedar mewakili, sebagai wakil penyambung ucapan (perkataan) menyampaikan nasihatnya dari eyang PRABU SILIWANGI sebelum menghiyang (wafat).
4. Silakan dengarkanlah, perhatikan sampai mengerti UGA WANGSIT SILIWANGI (ucapan ilhami Siliwangi) supaya menjadi PEMBERI INGAT (mengingatkan) kepada semua putra-putri mendapat KESELAMATAN.
5. Kata EYANG PRABU kepada rakyat (pasukan) PAJAJARAN yang sudah mengundurkan diri sebelum "ngahiyang" (menghilang/meninggal): "KISAH kita semua HANYA SAMPAI HARI INI SAJA ugana (perjalanan sejarah yang telah ditakdirkan).
6. Walau pun kalian semua BERLAKU SETIA KEPADAKU akan tetapi AKU TIDAK BOLEH MEMBAWA KALIAN IKUT SERTA MENGALAMI HIDUP SUSAH, BERPAKAIAN COMPANG-CAMPING, DAN KELAPARAN.
7. Kalian harus MEMILIH supaya nanti di masa depan UNTUK KEHIDUPAN KE DEPANNYA, supaya "JEMBAR SUGIH MUKTI" (meraih kejayaan dan tidak kekurangan sesuatu apapun) DALAM RANGKA BERDIRINYA KEMBALI NEGARA PAJAJARAN.
8. Akan tetapi bukan PAJAJARAN, PAJAJARAN yang sekarang, pasti PAJAJARAN YANG BARU, BARU DIDIRIKANNYA, yang BERDIRINYA diperingatkan pasti oleh BERUBAHNYA JAMAN."
9. Selanjutnya EYANG PRABU berkata: "Hendaknya kalian secepatnya MENENTUKAN PILIHAN, sebab bagiku AKU TIDAK AKAN MENGHALANG-HALANGI, sebabnya TIDAK PANTAS MENJADI RAJA kalau RAKYAT MENDERITA KELAPARAN dan MENGALAMI KESUSAHAN HIDUP."

Kebebasan Beragama

Dari Uga Wangit Prabu Siliwangi tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan di antaranya adalah:

 Ketinggian akhlak dan rohani Raja "URANG SUNDA" tersebut, beliau memberikan kebebasan kepada seluruh rakyatnya dalam menentukan sikap -- termasuk kebebasan beragama -- demikian juga mengenai rasa tanggungjawabnya sebagai raja terhadap keselamatan dan kesejahteraan kehidupan rakyatnya.

Mengenai hal tersebut dalam Pustaka Nagara Kretabhuni I/2 yang isinya antara lain dijelaskan:
"Sang Maharaja membuat karya besar, yaitu membangun telaga besar yang bernama Maharena Wijaya, membuat jalan yang menuju ke ibukota Pakuan dan jalan ke Wanagiri, memperteguh kedatuan, memberikan desa (perdikan) kepada semua pendeta dan pengiringnya untuk menggairahkan kegiatan agama yang menjadi penuntun kehidupan rakyat. Kemudian membuat kaputren (tempat isteri-isteri-nya), kesatrian (asrama prajurit), satuan-satuan tempat (pagelaran), tempat-tempat hiburan, memperkuat angkatan perang, memungut upeti dari raja-raja bawahan dan kepala-kepala desa dan menyusun Undang-undang Kerajaan Pajajaran."
Sikap terpuji Prabu Siliwangi tersebut -- khususnya dalam masalah kebebasan beragama -- sesuai dengan ajaran Islam (Al-Quran) sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (Qs.2:257; Qs.10:100; Qs.11:119; Qs.18:30; Qs.76:4). Kepedulian besar Prabu Siliwangi terhadap masalah agama tercermin dalam penjelasan sebelum ini:
"Tindakan pertama yang diambil oleh Sri Baduga setelah resmi dinobatkan jadi raja adalah menunaikan amanat dari kakeknya (Niskala Wastu Kancana) yang disampaikan melalui ayahnya (Dewa Niskala/Ningrat Kancana) ketika ia masih menjadi mangkubumi di Kawali. Isi pesan ini bisa ditemukan pada salah satu prasasti peninggalan Sri Baduga di Kebantenan. Isinya sebagai berikut (artinya saja):
"Semoga selamat. Ini tanda peringatan bagi Rahyang Niskala Wastu Kancana. Turun kepada Rahyang Ningrat Kancana, maka selanjutnya kepada Susuhunan sekarang di Pakuan Pajajaran.
Harus menitipkan dayeuhan (ibukota) di Jayagiri dan ibukota di Sunda Sembawa. Semoga ada yang mengurusnya. Jangan memberatkannya dengan "dasa", "calagra", "kapas timbang", dan "pare dongdang".
Maka diperintahkan kepada para petugas muara agar jangan memungut bea, karena merekalah yang selalu berbakti dan membaktikan diri kepada ajaran-ajaran. Merekalah yang tegas mengamalkan peraturan dewa."

 Perjalanan sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa Barat yang berpegang teguh kepada "agama-agama" atau "kepercayaan-kepercayaan" yang datang sebelum "agama Islam" berakhir dengan lenyapnya "istana kerajaan Pajajaran" di Bogor, oleh penyerbuan kedua kali pasukan rahasia dari kesultanan Banten pada masa pemerintahan Sultan Banten I, Maulana Hasanuddin. Pada peristiwa penyerbuan kedua tersebut Istana kerajaan Pajajaran -- yang umumnya terbuat dari kayu -- dibakar habis.

Peristiwa penghancuran keraton Pakuan Pajajaran tersebut terjadi pada masa pemerintahan Prabu Nilakendra atau Tohaan di Majaya (1551-1567), raja Pajajaran kelima. Dalam penyerbuan-penyerbuan tersebut ikut berperan putra mahkota Kesultanan Banten, Maulana Yusuf.
Sebenarnya penyerbuan pasukan rahasia Kesultanan Banten terhadap pusat kerajaan Pajajaran tersebut telah dimulai pada masa pemerintahan Ratu Dewata (1535-1543), raja Pajajaran ketiga, yang menggantikan kedudukan ayahnya, Prabu Surawisesa (Guru Gantangan atau Munding Laya Dikusuma), raja Pajajaran kedua, yang menggantikan Prabu Siliwangi (Shri Baduga Maharaja). Namun penyerbuan ketika itu dapat digagalkan berkat kokohnya benteng pertahanan keraton Pakuan Pajajaran. Pada peristiwa penyerbuan pasukan Banten yang pertama tersebut 2 orang Senapati kerajaan Pajajaran yaitu, Tohaan Ratu Sangiang dan Tohaan Sarendet gugur.
Prabu Surawisesa adalah putra Prabu Siliwangi dari istri beliau yang bernama Kentring Manik Mayang Sunda, putri Prabu Susuk Tunggal (sang Haliwungan). Prabu Susuk Tunggal adalah putra dari Maharaja Niskala Wastukancana dari kerajaan Kawali, dari istri beliau yang berasal dari Lampung, Dewi Sarkati, putri Resi Susuk Lampung. Putra lainnya dari Maharaja Niskala Wastu Kancana adalah Dewa Niskala, ayah Prabu Siliwangi.
Gagal memasuki benteng kota Pakuan Pajajaran, pasukan penyerbu dari Banten tersebut dengan cepat bergerak ke utara dan menghancurkan pusat-pusat keagamaan di Sumedang, Ciranjang dan Jayagiri, yang dalam jaman pemerintahan Prabu Siliwangi (Sri Baduga Maharaja) merupakan desa kawikuan yang dilindungi oleh negara.
Terlepas dari adanya manfaat berupa tersebarnya agama Islam di wilayah Jawa Barat -- sehingga umumnya penduduk Jawa Barat menjadi pemeluk agama Islam -- namun penyerbuan yang dilakukan pasukan Banten terhadap desa-desa kawikuan tersebut bertentangan dengan ajaran Al-Quran, kecuali jika benar-benar terbukti bahwa tempat-tempat yang dilarang oleh ajaran Islam (Al-Quran) dijadikan sasaran penyerbuan tersebut dipergunakan pihak musuh sebagai tempat pertahanan atau dipergunakan sebagai tempat untuk melakukan penyerangan (Qs. 2:191-195 & 218; Qs.8:40; Qs.9:7-15; Qs.22:40-41; Qs.60:8-10).
Berikut adalah ajaran Islam (Al-Quran) berkenaan dengan izin melakukan peperangan, firman-Nya:
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ(40)الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّا أَنْ يَقُولُوا رَبُّنَا اللَّهُ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ(41)
Telah diizinkan bagi mereka yang telah diperangi untuk berperang disebabkan mereka telah dianiaya, dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka. Yaitu orang-orang yang diusir dari rumah-rumah mereka tanpa kebenaran, hanya karena mereka berkata, "Tuhan kami ialah Allah." Dan sekiranya tidak ada tangkisan Allah terhadap sebagian manusia oleh sebagian yang lain maka akan hancur biara-biara dan gereja-gereja Nasrani dan rumah-rumah ibadah Yahudi dan masjid-masjid yang banyak disebut nama Allah di dalamnya. dan pasti Allah akan menolong siapa yang menolong-Nya. Sesunguhnya Allah maha Kuasa, Maha Perkasa (Al-Hajj, 40-41).
Berdasarkan ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan ajaran Islam sebagaimana yang disunnahkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dan para Khulafa-ur-Rasyidah bahwa:
• Perang hanya ditujukan terhadap mereka yang terlebih dahulu mengangkat senjata melawan kaum Muslimin. Dengan demikian perang yang dilakukan oleh kaum Muslimin bersifat untuk melakukan pembelaan diri, dengan tujuan untuk melenyapkan rintangan-rintangan yang diletakkan pihak lawan di jalan Allah Ta'ala, sehingga terjamin kebebasan menganut kepercayaan dan melaksanakan ibadah bagi semua umat beragama (Qs.4:76-77; Qs.22:40).
• Perang yang dilancarkan oleh umat Islam sama sekali bukan untuk tujuan (1) merampas hak orang-orang lain atas rumah dan milik mereka, atau (2) merampas kemerdekaan mereka serta memaksa mereka tuntuk kepada kekuasaan asing, atau (3) untuk tujuan menjajagi pasar-pasar yang baru, atau untuk memperoleh tanah-tanah jajahan baru – seperti yang telah diusahakan oleh kekuasaan negara-negara Kristen dari Barat – melainkan semata-mata untuk membela diri dan untuk menyelamatkan Islam dari kemusnahan dan untuk menegakkan kebebasan berpikir, begitu juga untuk membela tempat-tempat peribadatan yang dimiliki oleh agama-agama lain – gereja-gereja, rumah-rumah peribadatan prang-orang Yahudi, kuil-kuil, biara-biara, dan sebagainya (Qs.2:194 & 257; Qs.8:40 & 73; Qs,22:40-41).
• Kaum Muslimin harus meletakkan senjata segera sesudah musuh menghentikan peperangan. (Qs.2:191-193; Qs.8:40).
Pasukan rahasia dari Kesultanan Banten baru berhasil memasuki benteng pertahanan keraton Pakuan Pajajaran pada masa pemerintahan raja Pajajaran kelima, Prabu Nilakendra atau Tohaan Di Majaya (1551-1567), akibat penghianatan salah seorang prajurit kerajaan Pajajaran, saudara dari salah seorang anggota pasukan rahasia Kesultanan Banten, Ki Jongjo, yang secara diam-diam di malam hari telah membukakan pintu gerbang benteng pertahanan keraton Pakuan Pajajaran. Sumber lain menceritakan bahwa justru Ki Jongjo itulah yang melakukan pemberontakan (pengkhianatan) di Pakuan Pajajaran tersebut
Dengan jatuhnya kota Pakuan – Pusat Kerajaan Pajajaran -- pada masa pemerintahan Prabu Nilakendra ke dalam kekuasaan para penyerbu dari Kesultanan Banten, maka ketika Prabu Raga Mulya menggantikan kedudukan Prabu Nilakendra sebagai raja Kerajaan Pajajaran, ia tidak lagi berkedudukan di Pakuan Pajajaran melainkan di tempat pengungsian, yang terletak di lereng gunung Pulasari, di Kadu Hejo, Kecamatan Menes - Paneglang (Pandeglang).
Berdasarkan sumber lain raja terakhir Kerajaan Pajajaran (Prabu Raga Mulya) tersebut dikenal pula dengan sebutan Pucuk Umun (Panembahan) Pulasari. Prabu Raga Mulya mengungsi ke daerah Banten Girang (Pasirbatang Kulon) bersama dengan 800 orang anggota keluarga kerajaan Pajajaran ke lereng gunung Cibodas dan lereng gunung Pulasari.
Mereka inilah yang disebut dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi sebagai orang-orang yang memisahkan diri ke sebelah barat:
11. .................. nu MAWA KAREP SORANGAN marisah ka beulah KULON............
14. Dia nu ti beulah KULON, papay ku dia lacaknya ti LACAK KI SANTANG, sabab, ENGKE TURUNAN DIA JADI PANGGEUING KA DULUR SARTA NGAGEUING KA BATUR,
15. ka BATUR URUT SALEMBUR, ka DULUR NU SAUYUNAN, ka nu RANCAGE HATENA. Ke jaga mun TENGAH PEUTING ti GUNUNG HALIMUN aya SORA TUTULUNGAN.
16. tah eta TANDANA PISAN SATURUNAN DIA DISAMBAT ku nu DEK KAWIN TI LEBAK, kawin ti LEBAK CAWENE, ulah rek TALANGKE deui sabab TALAGA BAKAL BEDAH.
Terjemahan:
11. ........... yang MENGIKUTI KEINGINANNYA SENDIRI hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT...........
14. DIA YANG DI SEBELAH BARAT hendaknya CARI OLEHNYA DARI LACAK [jejak perjalanan] Ki SANTANG, sebab nanti KETURUNANNYA AKAN MENJADI PEMBERI INGAT KEPADA SAUDARA dan PEMBERI INGAT KEPADA ORANG LAIN,
15. kepada TEMAN SEKAMPUNG (sedaerah), kepada SAUDARA YANG SEIA-SEKATA, kepada yang "RANCAGE" (gesit/kreatif/trampil) HATINYA. Kelak nanti kalau TENGAH MALAM dari GUNUNG HALIMUN ada SUARA MINTA TOLONG,
16. nah, itulah TANDANYA SEKETURUNAN DIA "DISAMBAT" (diminta datang) oleh ORANG YANG AKAN MENIKAH di "LEBAK CAWENE" (lembah perawan), JANGAN HENDAKNYA BERSIKAP LAMBAT (ogah-ogahan) lagi, sebab DANAU BAKAL JEBOL.

"Penghancuran Istana Surasowan" Merupakan Suatu Bahan Renungan

Satu hal yang perlu menjadi bahan renungan bagi umat Islam, bahwa sebagaimana halnya keraton Pakuan Pajajaran mengalami kehancuran (musnah) akibat dibakar oleh pasukan rahasia kesultanan Banten pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, demikian pula keraton Surasowan (Kuta Inten) di Banten pun mengalami nasib yang sama, yakni tgl. 21 November 1808 -- pada masa pemerintahan Sultan Banten ke XIV -- Sultan Abu Nasir Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin (1805-1808) – diserang oleh 1000 orang tentara tentara VOC, dan pada bulan Desember 1808 benteng keraton Surasowan (Kuta Inten) dihancurkan, atas perintah Gubernur Jenderal Deandels, akibat terbunuhnya Komisaris Du Puy, utusan Deandels.
Pembunuhan utusan Deandels tersebut berkaitan dengan penolakan Sultan Banten -- Sultan Abu Nasir Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin -- atas tindakan aniaya yang dilakukan Deandels melakukan kerja-paksa, berupa pembuatan pangkalan angkatan laut di Jungkulan (Ujung Kulon) dan "jalan jajahan" Anyer – Panarukan", sehingga banyak rakyat Banten yang menjadi pekerja paksa menjadi korban dan yang masih bertahan hidup banyak yang melarikan diri.
Peristiwa penghancuran benteng keraton Surasowan (Kuta Inten) tersebut sekaligus mengakhiri kekuasaan Kesultanan Banten, sebab Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin II (1808-1810) pengganti Sultan Abu Nasir Muhammad Ishaq Zainul Muttaqin, Sultan Banten ke XIV – yang kemudian dibuang oleh Deandels ke Ambon -- walaupun dinobatkan sebagai Sultan Banten ke XV akan tetapi kekuasaannya hanya sebagai bupati.
Dengan demikian dalam peristiwa penghancuran "istana Surasowan" tersebut perlu dijadikan bahan renungan, sebabnya adalah Prabu Siliwangi pada masa pemerintahannya memberi kebebasan kepada seluruh rakyat kerajaan Pajajaran untuk menentukan sikap dan memilih jalan hidup mereka masing-masing, termasuk dalam masalah agama.
Bahkan, salah seorang istri Prabu Siliwangi yang menganut agama Islam adalah Ratu Subanglarang atau Ratu Subangkarancang, nenek dari Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) penguasa Kesultanan Cirebon. Ratu Subanglarang adalah murid Maulana Hasanuddin -- yang lebih dikenal dengan sebutan Syekh Quro -- pendiri Pesantren Quro di pesisir pantai Karawang.

"Nagara Pajajaran Anyar" &
Ismuhu Ahmad & Sifat "Urang Sunda"

Prabu Siliwangi -- sebagaimana tertera dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi berikut ini -- mempercayai bahwa di masa mendatang kerajaan PAJAJARAN akan "bangkit" kembali sebagai "NAGARA PAJAJARAN ANYAR", yang segala sesuatunya berbeda dengan "nagara Pajajaran" sebelumnya, sebagai akibat berubahnya jaman. Sehubungan dengan hal itu Prabu Siliwangi berkata:.
5. "Lalakon urang teh ngan nepi ka poe ieu pisan ugana.
6. Sanajan dia kabehan ka ngaing pada satia, tapi ngaing henteu meunang mawa pipilueun ngilu hirup balangsak, ngilu rudin baru lapar.
7. Daria kudu marilih, supaya engke jagana pikeun hirup ka hareupnya, sangkan jembar sugih-mukti bisana NGADEGNA DEUI nya NAGARA PAJAJARAN.
8. Tapi lain PAJAJARAN, PAJAJARAN nu KIWARI, pasti PAJAJARAN ANYAR, ANYAR DIADEGKEUNANA, nu NGADEGNA digeuingkeun, pasti ku OBAHNA JAMAN."
Terjemahannya:
5. "Kisah kita semua hanya sampai hari ini saja uga-nya (perjalanan sejarah yang telah ditakdirkan).
6. Walau pun kalian semua berlaku setia kepadaku akan tetapi aku tidak boleh membawa kalian ikut-serta mengalami hidup susah, berpakaian compang-camping, dan kelaparan.
7. Kalian harus memilih supaya nanti di masa depan untuk kehidupan ke depannya, supaya "JEMBAR SUGIH MUKTI" (meraih kejayaan dan tidak kekurangan sesuatu apapun) DALAM RANGKA BERDIRINYA KEMBALI NEGARA PAJAJARAN.
8. Akan tetapi bukan PAJAJARAN, PAJAJARAN yang sekarang, pasti PAJAJARAN YANG BARU, BARU DIDIRIKANNYA, yang BERDIRINYA diperingatkan pasti oleh BERUBAHNYA JAMAN."
Walaupun wujud "Nagara Pajajaran" tersebut berbeda satu sama lain, akan tetapi dari segi sifat kedua "Nagara Pajajaran" tersebut memiliki persamaan, yakni kedua "Nagara Pajajaran" tersebut memiliki jiwa "KA-SUNDA-AN", antara lain berupa kelemah-lembutan dan keramah-tamahan terhadap sesama dan tamu.
Jiwa "KA-SUNDA-AN" yang diperagakan oleh Prabu Siliwangi dan para Leluhur beliau – khususnya Maharaja Linggabuana (Prabu Wangi) dan Maharaja Niskala Wastu Kancana (Prabu Wangisutah) -- sesuai dengan peragaan sifat AHMAD Nabi Besar Muhammad saw. (61:7), yang melambangkan sifat JAMAL (kelemah-lembutan dan keindahan akhlak dan rohani -- Qs.9:61, 128; Qs.33:22; Qs.61:7; Qs.68:2-7), firman-Nya:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ(7)
Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata, "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku Rasul Allah kepada kamu menggenapi apa yang ada sebelumku dalam Taurat dan memberi khabar suka tentang seorang Rasul yang akan datang sesudahku namanya AHMAD." Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan bukti-bukti yang jelas mereka berkata, "Ini adalah sihir yang nyata" (Ash-Shaff, 7).

Perbedaan Makna "Muhammad" dan "Ahmad"

Sejarah kenabian membuktikan bahwa Rasul Allah yang diutus setelah Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) adalah Nabi Besar Muhammad saw. – yakni "Nabi yang seperti Musa" (Qs.46:11; Ulangan 18-18-19) atau "Dia yang datang dalam nama Tuhan" (Matius 23:37-39) atau "Roh Kebenaran" (Yohanes 16:12-14).
Ada pun hikmah kenapa Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) tidak menyebut nama dzat dari "nabi yang akan datang" tersebut – yakni MUHAMMAD -- melainkan menyebut salah satu nama sifat beliau saw. yaitu AHMAD adalah:
• Setiap Rasul Allah yang membawa peraturan syariat – termasuk Nabi Musa a.s. dan Nabi Muhammad saw. -- selain sebagai pemimpin rohani juga berkedudukan sebagai pemimpin jasmani atau raja, itulah sebabnya pada masa kerasulan nabi-nabi pembawa syariat terdapat peraturan tentang jihad di jalan Allah berupa perang secara jasmani (Qs.5:21-27; Qs.9:39-42; Qs.22:40).
• Kenyataan tersebut merujuk kepada sifat Jalaal Allah Ta'ala (Qs.55:28 & 79), yang harus diperagakan oleh para Rasul pembawa syariat dan para pengikutnya. Jalaal artinya besar, mulia, agung. Ungkapan tajalli Ilahi artinya penampakkan keagungan Tuhan (Qs.7:144), firman-Nya:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ(27)وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ(28)
Segala sesuatu yang ada di atasnya akan binasa (lenyap), dan yang kekal hanyalah Wajah Tuhan engkau, Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan (Ar-Rahmaan, 27-28).
• Dalam nama-dzat MUHAMMAD selain terkandung sifat jamaal (keindahan/kelembutan) terkandung pula sifat jalaal, sedangkan dalam nama-sifat AHMAD yang lebih dominan adalah sifat jamaal (keindahan/kelembutan - Qs.12:19-84; Qs. 15:86; Qs.33:29 &50; Qs.70:6; Qs.73:11).
Demikian pula halnya dalam sifat-sifat Nabi Musa a.s. pun sifat jalaal beliau a.s. sangat dominan, sehingga ketika terjadi perkelahian antara seorang Bani Israil dengan seorang Mesir lalu Nabi Musa a.s. telah memukul orang Mesir tersebut sampai mati (Qs.28:15-22).
Itulah sebabnya ketika Taurat -- yang lebih menekankan kepada hukum pembalasan -- telah memberikan dampak buruk kepada Bani Israil, yakni mereka telah menjadi kaum yang berhati keras dan senang menumpahkan darah, lalu Allah Ta'ala mengutus Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) dengan membawa Injil yang lebih menekankan kepada pemaafan, dengan tujuan untuk menyempurnakan hukum-hukum Taurat (Matius 5:17-48). Yakni Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) telah memperagakan sifat jamaal (keindahan/kelembutan) guna mengimbangi sifat jalaal yang terkandung dalam hukum Taurat.
• Merujuk kepada kenyataan itu pulalah mengapa Nabi Isa Ibu Maryam a.s. dalam Qs.61:7 telah menyebut Rasul Allah yang datang setelah beliau dengan nama AHMAD. Yakni walau pun yang dimaksudkan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) adalah Nabi Besar MUHAMMAD saw., akan tetapi sekaligus merujuk kepada kedatangan kedua kali Nabi Besar MUHAMMAD saw. di Akhir Zaman (Qs.62:3-5) dalam nama-sifat beliau saw. yaitu AHMAD, yang akan lebih menekankan kepada sifat Jamaal (keindahan/kelembutan) karena ketika itu keadaan hati umumnya umat Islam telah sama dengan keadaan hati kaum Yahudi yang telah keras membatu (Qs.2:75; Qs.5:14; Qs.6:44; Qs.57:17).
• Mengisyaratkan kepada adanya persamaan sifat jamaal (keindahan/kelembutan) antara Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. (Yesus Kristus) dengan "Nabi AHMAD a.s. " – yang merupakan kedatangan kedua kali Nabi Besar Muhammad saw. di di Akhir Zaman di kalangan kaum aakhariina minhum (Qs.62:3-5) – itulah maka Allah Ta'ala telah menyebut "Nabi AHMAD a.s." sebagai misal Isa Ibnu Maryam Israili a.s., firman-Nya:
وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلًا إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ(58)
Dan tatkala Ibnu Maryam dikemukakan sebagai misal tiba-tiba kaum engkau ingar-bingar mengajukan sanggahan terhadapnya (Az-Zukhruf, 58).
• Sifat jamaal (keindahan/kelembutan) yang terkandung dalam nama-sifat AHMAD dari Nabi Besar Muhammad saw. tersebut memiliki banyak persamaan dengan sifat lembut umumnya "URANG SUNDA" yang telah diperagakan oleh Prabu Siliwangi, di antaranya adalah beliau telah memberi kebebasan kepada rakyat Pajajaran untuk menentukan sikapnya masing-masing, satu sama lain tidak diperkenankan saling memaksakan kehendak, sebagaimana ajaran Islam (Al-Quran -- Qs.2:257; Qs.10:100; Qs.11:119; Qs.18:30; Qs.76:4), firman-Nya:
لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ(257)
Tidak ada paksaan dalam agama. Sesungguhnya jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan, dan barangsiapa menolak ajakan orang-orang yang sesat dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada suatu pegangan yang kuat dan tidak kenal putus. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui (Al-Baqarah, 257).
Jadi, sehubungan dengan dihancurkannya keraton Pakuan Pajajaran oleh serbuan pasukan rahasia dari Kesultanan Banten tersebut Prabu Siliwangi bukan saja telah berkata tentang akan bangkitnya "NAGARA PEJAJARAN ANYAR" tetapi juga telah menyinggung tentang peran "URANG SUNDA":
5. "Lalakon urang teh ngan nepi ka poe ieu pisan ugana.
6. Sanajan dia kabehan ka ngaing pada satia, tapi ngaing henteu meunang mawa pipilueun ngilu hirup balangsak, ngilu rudin baru lapar.
7. Daria kudu marilih, supaya engke jagana pikeun hirup ka hareupnya, sangkan jembar sugih-mukti bisana NGADEGNA DEUI nya NAGARA PAJAJARAN.
8. Tapi lain PAJAJARAN, PAJAJARAN nu KIWARI, pasti PAJAJARAN ANYAR, ANYAR DIADEGKEUNANA, nu NGADEGNA digeuingkeun, pasti ku OBAHNA JAMAN."
Terjemahannya:
5. "Kisah kita semua hanya sampai hari ini saja uga-nya (perjalanan sejarah yang telah ditakdirkan).
6. Walau pun kalian semua berlaku setia kepadaku akan tetapi aku tidak boleh membawa kalian ikut-serta mengalami hidup susah, berpakaian compang-camping, dan kelaparan.
7. Kalian harus memilih supaya nanti di masa depan untuk kehidupan ke depannya, supaya "JEMBAR SUGIH MUKTI" (meraih kejayaan dan tidak kekurangan sesuatu apapun) DALAM RANGKA BERDIRINYA KEMBALI NEGARA PAJAJARAN.
8. Akan tetapi bukan PAJAJARAN, PAJAJARAN yang sekarang, pasti PAJAJARAN YANG BARU, BARU DIDIRIKANNYA, yang BERDIRINYA diperingatkan pasti oleh BERUBAHNYA JAMAN."
Mengenai "URANG SUNDA" Prabu Siliwangi dalam bagian lain dari Uga Wangsitnya berkata:
69. "Nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui sajagat, URANG SUNDA DISARAMBAT.
70. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA NGAHAMPURA, HADE DEUI SAKABEHNA, NAGARA NGAHIJI DEUI, NUSA JADI DEUI, sabab NGADEG RATU ADIL.
71. RATU ADIL NU SAJATI, Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU ADIL, engke dia nyaraho, KIWARI SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU TANGTU.
72. Tah sakitu kami WAWANGSIT ka daria sakabeh, eta WANGSIT KUDU PUHIT, kiwari GEURA NARINDAK, ULAH NGALIEUK KA TUKANG BISI AYA BALUKARNA."
Terjemahannya:
69. Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).
70. Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal memaafkan, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL.
71. RATU ADIL YANG SEJATI. Coba, SIAPAKAH WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti [kebenarannya].
72. Nah, sekian saja saya menyampaikan WANGSIT (amanat/pesan) kepada kalian semua, WANGSIT tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat."

Perjalanan Sejarah "Urang Sunda"

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata tentang "Perjalanan Sejarah" yang akan dialami oleh "masyarakat Nagara Pajajaran" setelah lenyapnya "Nagara Pajajaran":
10. Dawuhan EYANG PRABU geura ieu darengekeun: "Nu tetep NGILU JEUNG NGAING marisah ka beulah KIDUL, nu HAYANG BARALIK DEUI KE DAYEUH NU DITINGGALKEUN,
11. geura misah ka beulah KALER, ari nu REK KUMAWULA KA NU KEUR JAYA geura misah pindah ka beulah WETAN, nu MAWA KAREP SORANGAN marisah ka beulah KULON.
12. Darengekeun ku daria, dia nu ti beulah WETAN masing nyaraho areling, KAJAYAAN NGILU JEUNG DIA, turunan daria jagana BAKAL MARENTAH ka DULUR ka BATUR.
13. Tapi dia sing nyaraho ari inyana KAMALINAAN pasti aya BABALESNA, jig bae geura marisah, TUTURKEUN KA BEULAH WETAN, heug RASAKEUN BABALESNA.
14. Dia nu ti beulah KULON, papay ku dia lacaknya ti LACAK KI SANTANG, sabab, ENGKE TURUNAN DIA JADI PANGGEUING KA DULUR SARTA NGAGEUING KA BATUR,
15. ka BATUR URUT SALEMBUR, ka DULUR NU SAUYUNAN, ka nu RANCAGE HATENA. Ke jaga mun TENGAH PEUTING ti GUNUNG HALIMUN aya SORA TUTULUNGAN.
16. tah eta TANDANA PISAN SATURUNAN DIA DISAMBAT ku nu DEK KAWIN TI LEBAK, kawin ti LEBAK CAWENE, ulah rek TALANGKE deui sabab TALAGA BAKAL BEDAH.
Terjemahannya:
10. Perkataan EYANG PRABU coba dengarkanlah ini: "YANG TETAP IKUT DENGANKU [hendaknya] MEMISAHKAN DIRI ke sebelah SELATAN; yang mau KEMBALI lagi ke KOTA YANG DITINGGALKAN,
11. segera memisahkan diri ke sebelah UTARA; bagi yang akan MENGABDI KEPADA YANG SEDANG JAYA segera memisahkan diri pindah ke sebelah TIMUR, yang MENGIKUTI KEINGINANNYA SENDIRI hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT.
12. Dengarkanlah oleh kalian, DIA YANG DARI SEBELAH TIMUR harus mengetahui dan ingat [bahwa] KEJAYAAN IKUT DENGAN MEREKA, KETURUNAN MEREKA kelak AKAN MEMERINTAH atas SAUDARA-SAUDARA dan atas ORANG LAIN.
13. Tetapi DIA HARUS MENGETAHUI bahwa sebenarnya JIKA MELAMPAUI BATAS pasti bakal ada PEMBALASANNYA, silakan segera saling berpisah, IKUTILAH KE SEBELAH TIMUR dan RASAKANLAH PEMBALASANNYA.
14. DIA YANG DI SEBELAH BARAT hendaknya CARI OLEHNYA DARI LACAK [jejak perjalanan] Ki SANTANG, sebab nanti KETURUNANNYA AKAN MENJADI PEMBERI INGAT KEPADA SAUDARA dan PEMBERI INGAT KEPADA ORANG LAIN,
15. kepada TEMAN SEKAMPUNG (sedaerah), kepada SAUDARA YANG SEIA-SEKATA, kepada yang "RANCAGE" (gesit/kreatif/trampil) HATINYA. Kelak nanti kalau TENGAH MALAM dari GUNUNG HALIMUN ada SUARA MINTA TOLONG,
16. nah, itulah TANDANYA SEKETURUNAN DIA "DISAMBAT" (diminta datang) oleh ORANG YANG AKAN MENIKAH di "LEBAK CAWENE" (lembah perawan), JANGAN HENDAKNYA BERSIKAP LAMBAT (ogah-ogahan) lagi, sebab DANAU BAKAL JEBOL.

"Urang Sunda Pakidulan" & Uga Kedaerahan

Dari nomor 10 sampai nomor 16 Uga Wangsit Prabu Siliwangi tersebut dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni:

 Mereka yang pergi ke SELATAN dapat merujuk kepada penduduk kerajaan Pajajaran yang tetap mempertahankan AJARAN LELUHUR (ajaran Ka-SUNDA-an), dalam hal ini adalah penduduk yang berada di wilayah selatan PASUNDAN (Jawa Barat) -- yang dikenal dengan sebutan PAKIDULAN -- mulai dari daerah Ciamis Selatan sampai dengan daerah Banten Selatan, termasuk Ujung Wahanten (Jungkulan/Ujung Kulon).

Wilayah Pakidulan Jawa Barat terkenal dengan berbagai jenis "ilmu magic" atau ILMU KANURAGAN warisan leluhur, yang kemudian – akibat penggunaannya yang keliru -- "ilmu-ilmu kanuragan" dari daerah Pakidulan Provinsi Jawa Barat tersebut lebih dikenal sebagai "ilmu hitam." Pada hakikatnya semua jenis ilmu kanuragan bersifat "netral," perbedaan dalam penggunaan ilmu-ilmu itulah yang kemudian melahirkan sebutan "ilmu putih" dan "ilmu hitam" terhadap ilmu-ilmu kanuragan tersebut.
Mereka yang mengungsi ke daerah "Pakidulan" tersebut – contohnya penduduk pedalaman wilayah Banten selatan yang disebut "urang Baduy" -- mereka mempercayai dan menunggu-nunggu KEMUNCULAN kembali "ngadegna deui" (berdirinya kembali) "NAGARA PAJAJARAN ANYAR".
Tanda-tanda munculnya kembali "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" tersebut diabadikan dalam bentuk uga atau pun dalam bentuk "pesan leluhur" mengenai akan terjadinya berbagai peristiwa, misalnya akan terjadinya pembangunan bendungan di sebuah sungai tertentu, pembangunan jalan, terjadinya wilayah pemukiman baru, dibuatnya terusan-terusan (kanal-kanal) sungai, dan peristiwa-peristiwa lainnya yang berskala kedaerahan.
Sehubungan dengan hal tersebut, berikut adalah tanda-tanda Akhir Zaman berskala internasional yang diisyaratkan oleh Allah Ta'ala dalam Al-Quran:
1. Tanda kemunduran keadaan umat Islam akibat semakin jauhnya mereka dari masa kehidupan Nabi Besar Muhammad saw., diisyaratkan dalam ungkapan "apabila matahari digulung" (Qs.81:2).
2. Tanda jatuhnya akhlak dan rohani para pemuka agama – terutama para pemuka agama Islam -- dari kedudukan mulianya, diisyaratkan dalam ungkapan, "apabila bintang-bintang berjatuhan" atau "apabila bintang-bintang disuramkan"(Qs.81:3; Qs.82:3).
3. Tanda terjadinya peperangan antar bangsa-bangsa, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila gunung-gunung dijalankan" (Qs.18:48; Qs.52:11; Qs.78:21; Qs.81:4).
4. Tanda diciptakannya sarana transportasi baru yang memanfaatkan tenaga api, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila unta-unta bunting sepuluh bulan ditinggalkan" (Qs.81:5). Lihat pula Qs. 16:6-9; Qs.36:42-43.
5. Tanda dibangunnya "kebun-kebun binatang" di dalam kota, atau dibangunnya "tempat-tempat tinggal untuk bangsa-bangsa terbelakang agar menjadi masyarakat yang mengenal tata-tertib" -- atau sebaliknya "bangsa-bangsa terbelakang tersebut dipaksa untuk meninggalkan kampung halaman mereka", dibangunnya komplek-komplek perumahan dll, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila binatang-binatang liar dikumpulkan" (Qs.81:6).
6. Tanda dibuatnya terusan-terusan (kanal-kanal) yang menghubungan sungai-sungai, bahkan menghubungkan lautan dengan lautan, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila sungai-sungai disalurkan" (Qs.81:7) atau "apabila lautan dialirkan" (Qs.82:4).
7. Tanda diciptakannya berbagai sarana transportasi dan sarana komunikasi canggih sehingga setiap orang atau bangsa dapat bertemu atau dapat berkomunikasi langsung dengan orang atau bangsa lainnya, walaupun mereka dipisahkan oleh jarak ribuan kilometer jauhnya Atau merujuk kepada pembentukan berbagai macam perkumpulan manusia (bangsa-bangsa) atas dasar adanya kesamaan dalam pandangan-pandangan mengenai kemasyarakatan atau politik berupa partai-partai, dan lain-lain. yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila jiwa-jiwa (manusia-manusia) dipertemukan (dikumpulkan)" (Qs.81:8). Lihat pula Qs.99:7-9.
8. Tanda munculnya gerakan emansipasi wanita atau gerakan menuntut persamaan hak (persamaan gender) antara kaum wanita dengan kaum laki-laki, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup akan ditanya, karena dosa apa ia dibunuh?" (Qs.81:9-10).
9. Tanda terjadinya kemajuan dalam bidang penerbitan dan penyebaran buku-buku, majalah-majalah, suratkabar-suratkabar, sistem perpustakaan dan taman-taman bacaan serta tempat-tempat dan sarana-sarana lainnya serupa itu untuk penyiaran ilmu pengetahuan, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila buku-buku (lembaran-lembaran) disebar-luaskan" (Qs.81:11).
10. Tanda terjadinya kemajuan yang pesat dalam bidang ilmu falak (astronomi) dan dalam upaya-upaya mengarungi ruang angkasa melalui pesawat ulang-alik dll, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila langit dibuka" (Qs.81:12), lihat pula Qs.55:34.
11. Tanda terjadinya kemajuan pesat dalam ilmu arkeologi (kepurbakalaan) yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila kuburan-kuburan dibongkar" (Qs.82:5; Qs.100:10). Demikian juga akan terjadi kemajuan pesat dalam bidang pertambangan dan dalam segala macam ilmu, terutama ilmu geologi, yang diisyaratkan dalam ungkapan "apabila bumi digoncangkan segoncang-goncangnya, dan bumi mengeluarkan bebannya" (Qs.99:2-3).
Penulis telah mengemukakan beberapa contoh uga atau pesan leluhur dari berbagai daerah tersebut dalam buku "KITAB SUCI AL-QURAN (Induk Sejarah Hakiki). Hubungan Firman Allah Ta'ala Dalam Kitab-kitab Suci, Sabda Para nabi, Para Wali Allah, dan Wasiyat Para Leluhur dengan UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI.
Penduduk Banten Selatan, yang lebih dikenal dengan sebutan "urang Baduy hingga saat ini mereka tetap mempertahankan "tradisi leluhur" mereka. "Urang baduy" adalah keturunan para pengungsi dari kerajaan Pajajaran yang mengungsi ke sebelah "kulon" (barat) bersama Prabu Raga Mulya (Pucuk Umun) yang kemudian melarikan diri ke wilayah Banten Selatan ketika Prabu Ragamulya (Pucuk Umun) diserang dan dikalahkan oleh oleh tentara Islam pimpian Pangeran Hasanuddin yang dibantu oleg tentara dari kerajaan Demak.
Berikut adalah beberapa "Kampung Adat" selain "Kampung Baduy Jero (Dalam)" dan "Kampung Baduy Luar" yang terdapat di wilayah Jawa Barat: (1) "Kampung Adat" di kampung Urug, di daerah Bogor Barat, (2) "Kampung Pulo" di desa Cangkuang – Leles, Garut, (3) "Kampung Naga" di Tasikmalaya, (4) "Kampung Kuta" di kecamatan Cisaga – Ciamis, dan "Kampung-kampung Adat" lainnya di berbagai tempat- lain di Jawa Barat. Orang-orang yang tetap mempertahankan "Kampung Adat" tersebut adalah "mereka yang pergi ke SELATAN" dan mereka termasuk ke dalam sebutan "Urang Pakidulan", sebagaimana perkataan Prabu Siliwangi: "Nu tetep NGILU JEUNG NGAING marisah ka beulah KIDUL...."
"Urang Sunda Pakaleran & Pawetanan"

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:
10. .............. nu HAYANG BARALIK DEUI KE DAYEUH NU DITINGGALKEUN,
11. geura misah ka beulah KALER, ari nu REK KUMAWULA KA NU KEUR JAYA geura misah pindah ka beulah WETAN, nu MAWA KAREP SORANGAN marisah ka beulah KULON.
12. Darengekeun ku daria, dia nu ti beulah WETAN masing nyaraho areling, KAJAYAAN NGILU JEUNG DIA, turunan daria jagana BAKAL MARENTAH ka DULUR ka BATUR.
13. Tapi dia sing nyaraho ari inyana KAMALINAAN pasti aya BABALESNA, jig bae geura marisah, TUTURKEUN KA BEULAH WETAN, heug RASAKEUN BABALESNA.
Terjemahannya:
10. .................. yang mau KEMBALI lagi ke KOTA YANG DITINGGALKAN,
11. segera memisahkan diri ke sebelah UTARA; bagi yang akan MENGABDI KEPADA YANG SEDANG JAYA segera memisahkan diri pindah ke sebelah TIMUR, yang MENGIKUTI KEINGINANNYA SENDIRI hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT.
12. Dengarkanlah oleh kalian, DIA YANG DARI SEBELAH TIMUR harus mengetahui dan ingat [bahwa] KEJAYAAN IKUT DENGAN MEREKA, KETURUNAN MEREKA kelak AKAN MEMERINTAH atas SAUDARA-SAUDARA dan atas ORANG LAIN.
13. Tetapi DIA HARUS MENGETAHUI bahwa sebenarnya JIKA MELAMPAUI BATAS pasti bakal ada PEMBALASANNYA, silakan segera saling berpisah, IKUTILAH KE SEBELAH TIMUR dan RASAKANLAH PEMBALASANNYA.

Mereka yang pergi ke UTARA dapat merujuk kepada:
(1) keturunan para bangsawan kerajaan Pajajaran yang tetap memendam keinginan untuk menghidupkan kembali "dinasti kerajaan Pajajaran", terutama mereka yang mengklaim sebagai keturunan sah dari Prabu Siliwangi.
(2) merujuk mereka yang saat ini secara simbolik duduk sebagai penguasa kesultanan (kerajaan), yang menginginkan agar mereka mendapat kekuasaan sepenuhnya sebagaimana yang sebelumnya pernah dimiliki oleh para leluhur mereka.
Gejala-gejala yang akhir-akhir ini banyak muncul ke permukaan di berbagai wilayah NKRI "mengindikasikan" kedua kenyataan sebagaimana dikatakan oleh Prabu Siliwangi : ".....nu HAYANG BARALIK DEUI KE DAYEUH NU DITINGGALKEUN, geura misah ka beulah KALER..."

Bangkitnya Kerajaan Islam & Penguasa Muslim

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata tentang mereka yang memisahkan diri ke sebelah TIMUR:
11. ..................... ari nu REK KUMAWULA KA NU KEUR JAYA geura misah pindah ka beulah WETAN, nu MAWA KAREP SORANGAN marisah ka beulah KULON.
12. Darengekeun ku daria, dia nu ti beulah WETAN masing nyaraho areling, KAJAYAAN NGILU JEUNG DIA, turunan daria jagana BAKAL MARENTAH ka DULUR ka BATUR.
13. Tapi dia sing nyaraho ari inyana KAMALINAAN pasti aya BABALESNA, jig bae geura marisah, TUTURKEUN KA BEULAH WETAN, heug RASAKEUN BABALESNA.
Terjemahannya:
11. ................... bagi yang akan MENGABDI KEPADA YANG SEDANG JAYA segera memisahkan diri pindah ke sebelah TIMUR, yang MENGIKUTI KEINGINANNYA SENDIRI hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT.
12. Dengarkanlah oleh kalian, DIA YANG DARI SEBELAH TIMUR harus mengetahui dan ingat [bahwa] KEJAYAAN IKUT DENGAN MEREKA, KETURUNAN MEREKA kelak AKAN MEMERINTAH atas SAUDARA-SAUDARA dan atas ORANG LAIN.
13. Tetapi DIA HARUS MENGETAHUI bahwa sebenarnya JIKA MELAMPAUI BATAS pasti bakal ada PEMBALASANNYA, silakan segera saling berpisah, IKUTILAH KE SEBELAH TIMUR dan RASAKANLAH PEMBALASANNYA.
Mereka yang pergi ke TIMUR dapat merujuk penduduk kerajaan Pajajaran yang kemudian memeluk agama Islam. Ada pun alasannya adalah:
(1) Dalam kenyataannya mereka yang kemudian memeluk agama Islam itulah yang menjadi para penguasa negara (raja atau sultan) di berbagai kerajaan (kesultanan) Islam, contohnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah muncul Kesultanan Demak, setelah kekuasaan kerajaan Majapahit yang meliputi Jawa Timur dan Jawa Tengah dikalahkan pada masa pemerintahan Raja Kertabumi IV (Prabu Udara). Demikian juga di Jawa Barat muncul Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Banten setelah lenyapnya kekuasaan kerajaan Pajajaran oleh serbuan pasukan Kesultanan Banten.
(2) Sejak bangsa Indonesia memproklamirkan KEMERDEKAAN -- dari penjajahan Belanda (Kerbau Bule) selama 350 tahun dan penjajahan Jepang (Kera) selama 3 1/2 tahun.-- pada tgl. 17 Agustus 1945, sampai saat ini (2007) yang menjadi KEPALA NEGARA atau menjadi PRESIDEN Republik Indonesia adalah selalu seorang MUSLIM.
Kepada mereka yang pergi ke sebelah TIMUR tersebut Prabu Siliwangi telah memberikan peringatan:
11.........ari nu REK KUMAWULA KA NU KEUR JAYA geura misah pindah ka beulah WETAN, nu MAWA KAREP SORANGAN marisah ka beulah KULON.
12. Darengekeun ku daria, dia nu ti beulah WETAN masing nyaraho areling, KAJAYAAN NGILU JEUNG DIA, turunan daria jagana BAKAL MARENTAH ka DULUR ka BATUR.
13. Tapi dia sing nyaraho ari inyana KAMALINAAN pasti aya BABALESNA, jig bae geura marisah, TUTURKEUN KA BEULAH WETAN, heug RASAKEUN BABALESNA.
Terjemahannya:
11. ....... bagi yang akan MENGABDI KEPADA YANG SEDANG JAYA segera memisahkan diri pindah ke sebelah TIMUR, yang MENGIKUTI KEINGINANNYA SENDIRI hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT.
12. Dengarkanlah oleh kalian, DIA YANG DARI SEBELAH TIMUR harus mengetahui dan ingat [bahwa] KEJAYAAN IKUT DENGAN MEREKA, KETURUNAN MEREKA kelak AKAN MEMERINTAH atas SAUDARA-SAUDARA dan atas ORANG LAIN.
13. Tetapi DIA HARUS MENGETAHUI bahwa sebenarnya JIKA MELAMPAUI BATAS pasti bakal ada PEMBALASANNYA, silakan segera saling berpisah, IKUTILAH KE SEBELAH TIMUR dan RASAKANLAH PEMBALASANNYA).
Ada pun mengenai bentuk-bentuk "pembalasan" yang akan dialami oleh "mereka yang pergi memisahkan diri ke sebelah timur" dijelaskan pada bagian lainnya dari Uga Wangsit Prabu Siliwangi.

"Urang Sunda" Pakulonan

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata tentang mereka yang memisahkan diri ke sebelah BARAT:
11. ..................... nu MAWA KAREP SORANGAN marisah ka beulah KULON..........
14. Dia nu ti beulah KULON, papay ku dia lacaknya ti LACAK KI SANTANG, sabab, ENGKE TURUNAN DIA JADI PANGGEUING KA DULUR SARTA NGAGEUING KA BATUR,
15. ka BATUR URUT SALEMBUR, ka DULUR NU SAUYUNAN, ka nu RANCAGE HATENA. Ke jaga mun TENGAH PEUTING ti GUNUNG HALIMUN aya SORA TUTULUNGAN.
16. tah eta TANDANA PISAN SATURUNAN DIA DISAMBAT ku nu DEK KAWIN TI LEBAK, kawin ti LEBAK CAWENE, ulah rek TALANGKE deui sabab TALAGA BAKAL BEDAH.
Terjemahannya:
11. .................. yang MENGIKUTI KEINGINANNYA SENDIRI hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT............
14. DIA YANG DI SEBELAH BARAT hendaknya CARI OLEHNYA DARI LACAK [jejak perjalanan] Ki SANTANG, sebab nanti KETURUNANNYA AKAN MENJADI PEMBERI INGAT KEPADA SAUDARA dan PEMBERI INGAT KEPADA ORANG LAIN,
15. kepada TEMAN SEKAMPUNG (sedaerah), kepada SAUDARA YANG SEIA-SEKATA, kepada yang "RANCAGE" (gesit/kreatif/trampil) HATINYA. Kelak nanti kalau TENGAH MALAM dari GUNUNG HALIMUN ada SUARA MINTA TOLONG,
16. nah, itulah TANDANYA SEKETURUNAN DIA "DISAMBAT" (diminta datang) oleh ORANG YANG AKAN MENIKAH di "LEBAK CAWENE" (lembah perawan), JANGAN HENDAKNYA BERSIKAP LAMBAT (ogah-ogahan) lagi, sebab DANAU BAKAL JEBOL.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa "urang Sunda" (masyarakat Nagara Pajajaran) yang memisahkan diri ke "kulon" (barat) adalah yang mengungsi ke Banten Girang, yakni Prabu Raga Mulya (Pucuk Umun) beserta sekitar 800 "urang Pajajaran" dan mendirikan pemerintahan di daerah lereng Gunung Pulasari, di wilayah Kaduhejo (Menes - Pandeglang). Kepada mereka Prabu Siliwangi menyampaikan "pesan khusus" yaitu:
14. Dia nu ti beulah KULON, papay ku dia lacaknya ti LACAK KI SANTANG, sabab, ENGKE TURUNAN DIA JADI PANGGEUING KA DULUR SARTA NGAGEUING KA BATUR,
15. ka BATUR URUT SALEMBUR, ka DULUR NU SAUYUNAN, ka nu RANCAGE HATENA........
Terjemahannya:
14. DIA YANG DI SEBELAH BARAT hendaknya CARI OLEHNYA DARI LACAK [jejak perjalanan] Ki SANTANG, sebab nanti KETURUNANNYA AKAN MENJADI PEMBERI INGAT KEPADA SAUDARA dan PEMBERI INGAT KEPADA ORANG LAIN,
15. kepada TEMAN SEKAMPUNG (sedaerah), kepada SAUDARA YANG SEIA-SEKATA, kepada yang "RANCAGE" (gesit/kreatif/trampil) HATINYA.
Ungkapan "nu mawa karep sorangan" (yang mengikuti keinginannya sendiri) dapat merujuk kepada:
• Orang-orang yang diberi kebebasan untuk memilih jalan hidup mereka sesuai dengan keinginan mereka.
• Keturunan para bangsawan kerajaan Pajajaran yang berkat ketajaman FIRASATNYA maka mereka akhirnya keturunan mereka dapat menemukan "LACAK KI SANTANG"

Hakikat "Lacak Ki Santang" & Mazhab Hanafi

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan "mereka yang memisahkan diri ke sebelah timur" adalah masyarakat kerajaan Pajajaran yang kemudian memeluk agama Islam, sebab mereka itulah yang kemudian yang akan berkuasa menggantikan kekuasaan kerajaan Pajajaran, yakni Kesultanan Cirebon.
Telah dijelaskan pula bahwa Prabu Siliwangi memiliki istri yang beragama Islam. yaitu Ratu Subanglarang (Subang Karancang), dan semua putra-putri Prabu Siliwangi dari Ratu Subanglarang beragama Islam seperti ibunya, mereka itu adalah:
1. Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Kian Santang, yang kemudian setelah melakukan ibadah hajji ke Mekkah bersama adik perempuannya, Lara Santang, menjadi pendiri Kesultanan Cirebon. Sebutan lainnya setelah menjadi penguasa Cirebon adalah Pangeran Cakrabuana, Haji Shamadullah, dan lain-lain. Gelar yang diberikan oleh Prabu Siliwangi adalah Sri Mangana. Pemberian gelar kepada Pangeran Kian santang (Walangsungsang) tersebut merupakan bukti bahwa Prabu Siliwangi tidak pernah merasa keberatan dengan keberadaan dan perkembangan agama Islam di wilayah kekuasaan kerajaan Pajajaran.
2. Nyi Lara Santang, setelah melakukan ibadah hajji bersama kakaknya namanya menjadi Syarifah Mudaim, kemudian ia diperistri oleh Syarif Abdullah penguasa Mesir -- sumber lain mengatakan penguasa Bani Israil. Pernikahannya dengan Syarif Abdullah melahirkan 2 orang putra yaitu (1) Syarif Hidayatullah – yang kemudian setelah menjadi Penguasa Cirebon menggantikan Pangeran Cakrabuana lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati, (2) Syarif Nurullah, yang menggantikan kedudukan kakaknya sebagai pengganti Syarif Abdullah.
3. Raja Sangara.
Ratu Subanglarang sebelum menikah dengan Prabu Siliwangi pernah belajar agama Islam di pesantren Quro di wilayah Karawang yang didirikan oleh Syekh Hasanuddin, seorang Ulama Islam dari Timur Tengah, yang menganut mazhab Hanafi. Dengan demikian Ratu Subanglarang dengan ketiga putranya adalah penganut mazhab Hanafi. Sedangkan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) --bagaimana ayah beliau, Syarif Abdullah – adalah penganut mazhab Syafi'i.
Oleh karena itu pesan Prabu Siliwangi kepada "masyarakat Pajajaran yang memisahkan diri ke sebelah barat": Dia nu ti beulah KULON, papay ku dia lacaknya ti LACAK KI SANTANG (Dia yang di sebelah barat hendaknya CARI OLEHNYA DARI LACAK [jejak perjalanan] Ki SANTANG), menjadi menarik untuk mendapat perhatian secara serius.

"Budak Angon" (Anak Gembala)

Kenapa demikian? Sebab "Lacak Ki Santang" tersebut memiliki hubungan erat dengan pesan Prabu Siliwangi lainnya tentang pentingnya mencari "Budak Angon" (anak gembala) atau "URANG SUNDA" yakni KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" yang akan "DISARAMBAT" (diminta ikut berperan-serta) untuk menyelamatkan negara dari berbagai bentuk keterpurukaan yang parah dalam berbagai bidang kehidupan:
27. NU WANI TERUS NGOREHAN, teu ngahiding ka PANGLARANG, NGOREHAN BARI NGALAWAN, NGALAWAN BARINA SEURI, nyaeta BUDAK ANGON, imahna DI BIRIT LEUWI,
28. pantona BATU SATANGTUNG, kahieuman ku HANDEULEUM, karimbunan ku HANJUANG. Ari nu DIANGONNA lain EMBE lain MUNDING lain BANTENG lain MAUNG,
29. tapi KALAKAY jeung TUTUNGGUL, inyana JONGJON NGOREHAN NGUMPULKEUN NU KATARIMU, DISUMPUTKEUN sabab LALAKON TACAN WAYAH, lamun GEUS WAYAH jeung MANGSA,
30. BARIS LOBA NU KABUKA, MARENTA DILALAKONKEUN, tapi KUDU NGALAMAN LOBA LALAKON, lilana saban JAMAN sarua jeung WAKTU NYUKMA NGUSUMAH reujeung NITISNA,
31. laju NITIS MINDAH SUKMA".............
Terjemahan:
27. YANG BERANI TERUS MELAKUKAN PENCARIAN (melakukan penelitian), TIDAK MENGHIRAUKAN ADANYA LARANGAN, melakukan penelitian SAMBIL MELAWAN, melawan SAMBIL TERTAWA, yaitu yang disebut BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA), RUMAHNYA "DI BIRIT LEUWI" (Di pinggir palung/lubuk sungai).
28. PINTUNYA "BATU SATANGTUNG" (sebentuk batu), "kahieuman" (terimbuni) oleh "HANDEULEUM" dan TERTUTUP (terhalangi) oleh HANJUANG. Yang DIGEBALAKANNYA bukan KAMBING bukan KERBAU bukan BANTENG, bukan HARIMAU,
29 melainkan "KALAKAY" (ranting/daun-daun kering) dan "TUTUNGGUL" (sisa pokok batang pohon), dia TEKUN melakukan PENCARIAN (penelitian) serta MENGUMPULKAN APA PUN YANG DIKETEMUKANNYA, DISEMBUNYIKAN sebab "LALAKON" (PAGELARAN CERITA SEJARAH) BELUM WAKTUNYA, kalau SUDAH WAKTUNYA dan SAATNYA YANG TEPAT,
30. AKAN BANYAK YANG TERBUKA, meminta DIGELAR CERITANYA, akan tetapi [terlebih dulu] HARUS MENGALAMI BANYAK "LALAKON" (KISAH KEHIDUPAN), LAMANYA setiap JAMAN sama dengan WAKTU "NYUKMA NGUSUMAH JEUNG NITISNA, (meraih kesempurnaan jiwa),
31. LAJU NITIS MINDAH SUKMA" (serta mengalami perubahan jiwa),
Dalam bagian lainnya dari Uga Wangsit Prabu Siliwangi tentang "Budak Angon" (Anak Gembala) diterangkan:
"66. Laju NEANGAN BUDAK ANGON, nu saungna DI BIRIT LEUWI, dihateup ku HANDEULEUM, pantona BATU SATANGTUNG, ditihangan HANJUANG, BUDAK ANGON GEUS EUWEUH.
67. Ari inyana dek MENTA TUMBAL nya ka BUDAK ANGON tea, geus narindak babarengan jeung BUDAK JANGGOTAN mariang PINDAH BABAKAN, pindah ka LEBAK CAWENE.
Terjemahannya:
(66. Kemudian mereka MENCARI BUDAK ANGON (anak gembala), yang gubuknya di "BIRIT LEUWI" (di pinggir lubuk/palung sungai), "DIHATEUP KU HANDEULEUM" (bagian atas gubuknya ditutup oleh handeuleum), "PANTONA BATU SATANGTUNG" (pintunya berupa sebuah batu) bertiangkan HANJUANG tetapi ANAK GEMBALANYA sudah TIDAK ADA.
67. Ada pun TUJUANNYA hendak MEMINTA "TUMBAL" (obat/sarana penyembuh) kepada ANAK GEMBALA, tersebut, tetapi IA SUDAH BERANGKAT (PERGI) bersama-sama dengan "BUDAK JANGGOTAN" (anak/remaja berjanggut) pergi BERPINDAH TEMPAT, pindah ke "LEBAK CAWENE" (LEMBAH PERAWAN).
Jadi merujuk kepada BUDAK ANGON (Anak Gembala) itulah yang dimaksud dengan ungkapan "URANG SUNDA bakal disarambat" (orang Sunda akan diminta berperan-serta) pada bagian akhir Uga Wangsit Prabu Siliwangi berikut ini:
69. "Nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui SAJAGAT, URANG SUNDA DISARAMBAT.
Terjemahannya:
Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).

Meminta Syafaat (Rekomendasi) Dari "Budak Angon"

Ada pun tujuan mencari "BUDAK ANGON" atau "URANG SUNDA" atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" tersebut adalah untuk bersama-sama memecahkan berbagai PROBLEMA KEHIDUPAN yang semakin MENYENGSARAKAN KEHIDUPAN UMAT MANUSIA akibat semakin gencarnya berbagai BALA-BENCANA DAHSYAT yang ditimpakan Allah Ta'ala kepada seluruh umat manusia secara merata, tanpa membeda-bedakan kebangsaan maupun agama yang mereka anut (Qs.91:1-16).
Di antara sekian banyak AZAB yang ditimpakan Allah Ta'ala tersebut di antaranya adalah 2 PERANG DUNIA -- yang akan disusul dengan PERANG DUNIA III (Perang NUKLIR) – sebagaimana diisyaratkan dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi berikut ini:
69. "Nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui sajagat, URANG SUNDA DISARAMBAT.
70. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA NGAHAMPURA, HADE DEUI SAKABEHNA, NAGARA NGAHIJI DEUI, NUSA JADI DEUI, sabab NGADEG RATU ADIL.
71. RATU ADIL NU SAJATI, Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU ADIL, engke dia nyaraho, KIWARI SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU TANGTU.
72. Tah sakitu kami WAWANGSIT ka daria sakabeh, eta WANGSIT KUDU PUHIT, kiwari GEURA NARINDAK, ULAH NGALIEUK KA TUKANG BISI AYA BALUKARNA."
Terjemahannya:
69. Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).
70. Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal memaafkan, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL.
71. RATU ADIL YANG SEJATI. Coba, SIAPAKAH WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti [kebenarannya].
72. Nah, sekian saja saya menyampaikan WANGSIT (amanat/pesan) kepada kalian semua, WANGSIT tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat."
Dengan demikian jelaslah bahwa pada hakikatnya "mereka yang memisahkan diri ke sebelah barat" dan "mereka akan disambat" merujuk kepada "URANG SUNDA" atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" -- yakni PENGIKUT RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S. yang tergabung dalam HIZBULLAH yang hakiki (JEMAAT AHMADIYAH):
11......... nu MAWA KAREP SORANGAN marisah ka beulah KULON. ..........
14. Dia nu ti beulah KULON, papay ku dia lacaknya ti LACAK KI SANTANG, sabab, ENGKE TURUNAN DIA JADI PANGGEUING KA DULUR SARTA NGAGEUING KA BATUR,
15. ka BATUR URUT SALEMBUR, ka DULUR NU SAUYUNAN, ka nu RANCAGE HATENA. Ke jaga mun TENGAH PEUTING ti GUNUNG HALIMUN aya SORA TUTULUNGAN.
16. tah eta TANDANA PISAN SATURUNAN DIA DISAMBAT ku nu DEK KAWIN TI LEBAK, kawin ti LEBAK CAWENE, ulah rek TALANGKE deui sabab TALAGA BAKAL BEDAH.
Terjemahannya:
11. segera memisahkan diri ke sebelah UTARA; bagi yang akan MENGABDI KEPADA YANG SEDANG JAYA segera memisahkan diri pindah ke sebelah TIMUR, yang MENGIKUTI KEINGINANNYA SENDIRI hendaknya memisahkan diri ke sebelah BARAT................
14. DIA YANG DI SEBELAH BARAT hendaknya CARI OLEHNYA DARI LACAK [jejak perjalanan] Ki SANTANG, sebab nanti KETURUNANNYA AKAN MENJADI PEMBERI INGAT KEPADA SAUDARA dan PEMBERI INGAT KEPADA ORANG LAIN,
15. kepada TEMAN SEKAMPUNG (sedaerah), kepada SAUDARA YANG SEIA-SEKATA, kepada yang "RANCAGE" (gesit/kreatif/trampil) HATINYA. Kelak nanti kalau TENGAH MALAM dari GUNUNG HALIMUN ada SUARA MINTA TOLONG,
16. nah, itulah TANDANYA SEKETURUNAN DIA "DISAMBAT" (diminta datang) oleh ORANG YANG AKAN MENIKAH di "LEBAK CAWENE" (lembah perawan), JANGAN HENDAKNYA BERSIKAP LAMBAT (ogah-ogahan) lagi, sebab DANAU BAKAL JEBOL.

Mazhab Imam Abu Hanifah r.a. &
Perang Dunia

Kembali kepada pesan Prabu Siliwangi tentang "LACAK KI SANTANG", ada pun persamaan antara "LACAK KI SANTANG" dengan "JAMAAH MUSLIM" pimpinan RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S. – yakni JAMAAH AHMADIYAH -- adalah bahwa walaupun menurut Nabi Besar Muhammad saw. IMAM MAHDI A.S. berkedudukan HAKAMAN 'ADALAN (Hakim yang adil), yang akan memberikan keputusan hukum tentang berbagai perbedaan pendapat di kalangan firqah-firqah umat Islam (Qs.6:160; Qs.30:31-33), namun demikian dari antara keempat mazhab yang ada – Mazhab Syafi'i, Mazhab Hambali, Mazhab Hanafi dan Mazhab Maliki – IMAM MAHDI A.S. beliau lebih banyak memiliki persamaan pendapat dengan pemikiran Imam Abu Hanifah r.a. (mazhab Hanafi) dibandingkan dengan pendapat ketiga Imam Mazhab lainnya.
Ada pun alasannya adalah selain karena pemikiran Imam Abu Hanifah – yang disebut juga Imam 'Azham – sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi Besar Muhammad saw., juga pada umumnya umat Islam di Hindustan penganut mazhab Hanafi.
Peringatan Prabu Siliwangi: "........ulah rek TALANGKE deui sabab TALAGA BAKAL BEDAH (janganlah LAMBAT (ogah-ogahan) lagi, sebab DANAU BAKAL JEBOL) diperkuat lagi dengan peringatan berikut ini:
69. "Nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui SAJAGAT, URANG SUNDA DISARAMBAT. (Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).
Menurut Prabu Siliwangi, Berkat peran serta "URANG SUNDA" yang mengikuti "LACAK KI SANTANG" atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" -- yakni PENGIKUT RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S. yang tergabung dalam HIZBULLAH yang hakiki (JEMAAT AHMADIYAH) -- itulah maka "Kehidupan Surgawi" akan terwujud di dalam kehidupan umat manusia di dunia ini:
70. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA NGAHAMPURA, HADE DEUI SAKABEHNA, NAGARA NGAHIJI DEUI, NUSA JADI DEUI, sabab NGADEG RATU ADIL.
71. RATU ADIL NU SAJATI, Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU ADIL, engke dia nyaraho, KIWARI SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU TANGTU.
Terjemahannya:
70. Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal memaafkan, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL.
71. RATU ADIL YANG SEJATI. Coba, SIAPAKAH WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti [kebenarannya].

Kabar Duka & Kabar Suka Untuk
"Mereka Yang Memisahkan Diri Ke Sebelah Utara"

Kembali lagi kepada Uga Wangsit Prabu Siliwangi yang sedang dibahas, selanjutnya beliau berpesan, terutama kepada "masyarakat Pajajaran yang memisahkan diri ke sebelah UTARA":
17. Jung GEURA NARINDAK, tapi ULAH NGALIEUK KA TUKANG. Daria anu marisah ka beulah KALER darengekeun: "DAYEUH ku dia bakal MOAL KASAMPAK WUJUDNA,
18. ukur TEGALAN BALADEUHAN, turunan dia LOLOBANA bakalan jaradi SOMAH, mun aya nu jadi PANGKAT bakal LUHUR PANGKATNA ngan TEU BOGA KAKAWASAAN.
19. Ari inyana engke jagana bakal KASEUNDEUAN BATUR, loba batur nu ti anggang, tapi BATUR NU SARUSAH jeung BATUR NU NYUSAHKEUN, tah daria SING WASPADA sakabeh turunan dia.
20. SAKABEH TURUNAN DIA KU NGAING BAKAL DILANGLANG, NGALANGLANG DINA WAKTUNA, dimana NGAING PERLU bakal datang deui NULUNGAN NU BARUTUH DITULUNGAN,
21. MANTUAN NU SARUSAH, ka nu HADE HATE LAKU LAMPAHNA, MOAL KADEULEU mun NGAING DATANG, MOAL KADENGE mun NYARITA, memang NGAING BAKAL DATANG ka NU RANCAGE HATENA,
22. NU GEUS WAWUH DISEMU DINA SEMU, nu SAESTU, nu NGARTI KANA WAWANGI SAJATI, nu LANTIP PIKIRNA, nu HADE LAKU LAMPAHNA.
Terjemahannya:
17. Kalian hendaknya SEGERA BERANGKAT, tetapi JANGAN MENENGOK KE BELAKANG. Kalian yang MEMISAHKAN DIRI ke sebelah UTARA dengarkanlah: "KOTA olehnya TIDAK AKAN KELIHATAN LAGI WUJUDNYA,
18. hanyalah berupa sebuah TEGALAN (HUTAN), keturunan mereka KEBANYAKAN akan menjadi RAKYAT, kalau pun ada yang memiliki PANGKAT (jabatan) akan TINGGI PANGKATNYA tetapi TIDAK MEMILIKI KEKUASAAN.
19. Mereka nanti DI MASA DEPAN bakal BANYAK DIDATANGI yang memerlukan BANTUANNYA, banyak TEMAN, banyak TEMAN dari yang jauh, akan tetapi TEMAN YANG MENGALAMI BERBAGAI KESUSAHAN dan TEMAN YANG MENYUSAHKAN, nah kalian dan semua keturunan kalian harus WASPADA.
20. SEMUA KETURUNAN MEREKA akan DILANGLANG (DIKUNJUNGI) OLEHKU, mengunjungi PADA WAKTUNYA dimana aku perlu AKAN DATANG LAGI MEMBERIKAN PERTOLONGAN kepada YANG MEMBUTUHKAN PERTOLONGAN,
21. memberi pertolongan kepada YANG MENGALAMI KESUSAHAN, kepada YANG BAIK PERI LAKU KEHIDUPANNYA; TIDAK AKAN KELIHATAN KALAU AKU DATANG, TIDAK AKAN TERDENGAR KALAU AKU BERKATA-KATA, memang AKU BAKAL DATANG KEPADA MEREKA yang "RANCAGE" (gesit/trampil/cekatan) HATINYA,
22. kepada yang SUDAH MENGENAL ROMAN MUKA (TANDA-TANDA ALAM DAN TANDA-TANDA ZAMAN) YANG SEBENARNYA, yang MENGERTI "WAWANGI SEJATI (KEHARUMAN SEJATI), yang PIKIRANNYA SUCI DAN CERDAS, yang BAIK PERI LAKU KEHIDUPANNYA,
Mereka yang pergi ke UTARA dapat mengisyaratkan kepada:
1. "URANG SUNDA" penduduk kerajaan Pajajaran yang mempunyai keinginan untuk menghidupkan kembali "dinasti kerajaan Pajajaran", yaitu mereka yang mengklaim sebagai keturunan sah dari Prabu Siliwangi.
2. "URANG SUNDA" yang berkeinginan kawasan Jawa Barat menjadi "Negara Pasundan."
3. "URANG SUNDA" yang saat ini mereka secara simbolik duduk sebagai penguasa kesultanan (kerajaan), dimana mereka menginginkan agar mereka mendapatkan kembali kekuasaan sepenuhnya sebagaimana yang sebelumnya pernah dimiliki oleh para leluhur mereka.
Tetapi dari perkataan Prabu Siliwangi berikut ini bahwa -- kemungkinan besar --keinginan ketiga golongan "URANG SUNDA" penduduk Pajajaran tersebut tidak akan dapat terlaksana:
17. Jung GEURA NARINDAK, tapi ULAH NGALIEUK KA TUKANG. Daria anu marisah ka beulah KALER darengekeun: "DAYEUH ku dia bakal MOAL KASAMPAK WUJUDNA,
18. ukur TEGALAN BALADEUHAN, turunan dia LOLOBANA bakalan jaradi SOMAH, mun aya nu jadi PANGKAT bakal LUHUR PANGKATNA ngan TEU BOGA KAKAWASAAN.
Terjemahannya:
17. Kalian hendaknya SEGERA BERANGKAT, tetapi JANGAN MENENGOK KE BELAKANG. Kalian yang MEMISAHKAN DIRI ke sebelah UTARA dengarkanlah: "KOTA olehnya TIDAK AKAN KELIHATAN LAGI WUJUDNYA,
18. hanyalah berupa sebuah TEGALAN (HUTAN), keturunan mereka KEBANYAKAN akan menjadi RAKYAT, kalau pun ada yang memiliki PANGKAT (jabatan) akan TINGGI PANGKATNYA tetapi TIDAK MEMILIKI KEKUASAAN.
Walaupun kemungkinan besar keinginan ketiga golongan "orang-orang yang memisahkan diri ke sebelah utara" tersebut tidak akan terwujud, akan tetapi mereka mendapat kabar suka dari Prabu Siliwangi bahwa "mereka akan dilanglang (akan disambangi secara gaib) oleh beliau, yaitu keturunan mereka yang memiliki firasat yang baik, sehingga mereka dapat mengenal tanda-tanda alam maupun tanda-tanda zaman, dan mereka dapat mengenal "kebenaran yang sejati" atau WAWANGI SAJATI, yakni yang memiliki KEWANGIAN AKHLAK DAN ROHANI sebagaimana yang dimiliki oleh para LELUHUR kerajaan PAJAJARAN, seperti:
1. PRABU WANGI (Maharaja Lingga Buana), yang gugur dalam Perang Bubat dalam rangka mempertahankan KEHORMATAN dan KEWIBAWAAN "URANG SUNDA" dan "KERAJAAN SUNDA".
2. PRABU WANGI SUTAH (Maharaja Niskala Wastu Kencana), pewaris "KERAJAN SUNDA GALUH dan SUNDA PAKUAN" yang berkedudukan di Kawali, yang kemudian menjadi seorang Rajaresi.
3. PRABU SILIWANGI (SRI BADUGA MAHARAJA) maharaja "KERAJAAN SUNDA GALUH dan SUNDA PAKUAN" yang digabungkan menjadi KERAJAAN PAJAJARAN.

Upaya Melacak Jalannya Sejarah Masa Silam
Guna Mengetahui Perjalanan Sejarah Di Masa Depan

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:

23. MUN NGAING WAKTUNA DATANG TEU NYARITA, TEU NGARUPA, tapi CIRINA KU WAWANGI, mimiti poe ieu pisan LEUNGIT DI ALAM HIRUP, LEUNGIT DAYEUH JEUNG NAGARA.
24. PAJAJARAN moal ninggalkeun TAPAK lian ti NGARAN pikeun mapay, sabab BUKTI NU KARI bakal rea NU MALUNGKIR, tatapi ENGKE JAGANA BAKAL AYA NO NYOBA-NYOBA,
25. supaya ANU LALEUNGIT SANGKAN BISA KAPANGGIH DEUI, pasti BISA KATIMU, mapay kudu jeung AMPARAN, tapi nu marapayna loba nu ARIEU AING PANG PINTERNA.
26. Ari nu kitu buktina ngan KUDU AREDAN HEULA, sabab BAKAL REA ENGKENA NU KATIMU, sabagian laju KABURU DILARANG ku nu disebut RAJA PANYELANG.
Terjemahan:
23. Kalau pada waktunya AKU DATANG TIDAK BERKATA-KATA, TIDAK MEMPERLIHATKAN RUPA (WUJUD), akan tetapi TANDANYA oleh KEHARUMAN, sejak hari ini juga HILANG LENYAP DI ALAM KEHIDUPAN, HILANG LENYAP KOTA DAN NEGARA.
24. PAJAJARAN TIDAK AKAN MENINGGALKAN BEKAS kecuali NAMA untuk keperluan PENELUSURAN, sebab BUKTI YANG TERSISA akan BANYAK YANG MENGINGKARI, akan tetapi KELAK DI KEMUDIAN HARI bakal ada yang MENCOBA-COBA,
25. supaya YANG TELAH MENGHILANG DAPAT BERTEMU (diketemukan) lagi, PASTI BISA DITEMUKAN (bertemu), MELAKUKAN PENELUSURAN HARUS DENGAN "AMPARAN" (landasan/cara-cara yang hakiki), tetapi orang yang MELAKUKAN PENELUSURAN (penyelidikan) banyak yang MERASA DIRI PALING PANDAI.
26. Kalau yang demikian (seperti) itu keadaannya (kenyataannya) HARUS TERLEBIH DULU MENJADI GILA, sebab KELAK AKAN BANYAK YANG DIKETEMUKAN (bertemu). SEBAGIAN keburu DILARANG oleh yang disebut RAJA PENYELANG.

Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain bahwa "kedatangan" kembali Prabu Siliwangi kepada orang-orang yang "dilanglang" (disambangi) oleh beliau bukan dalam wujud jasmani -- sebagaimana pendapat keliru orang-orang yang mempercayai kedatangan kedua kali para Rasul Allah bahwa kedatangan para Rasul Allah tersebut benar-benar akan datang kedua kali secara jasmani – padahal kedatangannya adalah secara rohani atau merupakan misal (Qs.43:58; Qs.46:11). Kenyataan tersebut diperkuat oleh perkataan Prabu Siliwangi selanjutnya bahwa, "PAJAJARAN tidak akan meninggalkan BEKAS kecuali NAMA untuk keperluan PENELUSURAN."
Untuk dapat menafsirkan Uga Wangsit Prabu Siliwangi diperlukan "keahlian khusus" yang tidak dimiliki oleh setiap orang dan tidak dimiliki oleh sembarang orang. Sebab jika orang yang tidak memiliki "keakhlian khusus" tersebut berusaha menafsirkan Uga Wangsit Prabu Siliwangi maka upaya penafsiran yang dilakukannya akan menghasilkan kesimpulan yang keliru yang bukan saja dapat menyesatkan si penafsir tetapi juga dapat menyesatkan pihak lain yang mempercayai penafsiran yang keliru tersebut.
Kasus-kasus penipuan yang timbul akibat kekeliruan menafsirkan berbagai Uga Wangsit dari para Leluhur -- termasuk Uga Wangsit Prabu Siliwangi -- tersebut sering kali terjadi, contohnya kasus-kasus penipuan berkenaan "pengangkatan harta karun" peninggalan raja-raja di Nusantara, dan lain-lain.

Makna Kata "Pajajaran"

Berikut adalah salah satu makna yang terkandung dalam nama "PAJAJARAN" yang diberikan kepada gabungan kerajaan Sunda Galuh yang berpusat di Kawali dan kerajaan Sunda Pakuan yang berpusat di Pakuan (Bogor). "PAJAJARAN" artinya "NGAJAJAR" (BERJAJAR-JAJAR), "BERJAJAR-JAJAR" atau "JAJARAN-JAJARAN" dalam bahasa Arab disebut SHAFF (SHAAFFAT), contohnya jajaran-jajaran orang yang shalat berjamaah di belakang imam shalat disebut shaff.
Dengan demikian salah satu makna dari "nagara Pajajaran Anyar" dapat merujuk kepada JAMAAH SEGOLONGAN UMAT ISLAM yang dipimpin oleh IMAM mendapat WAHYU dari ALLAH TA'ALA yakni dipimpin oleh IMAM MAHDI A.S. dan PARA KHALIFAH IMAM MAHDI A.S. (Qs.61:3-5). Mengenai hal ini telah dijelaskan dalam BAB I tentang "HIZBULLAAH HAKIKI".
Berikut adalah beberapa pendapat tentang berbagai alasan digunakannya nama PAJAJARAN kepada gabungan kerajaan Sunda Pakuan dan kerajaan Sunda Galuh yang berkedudukan di Pakuan (Bogor):
"Hampir secara umum penduduk Bogor mempunyai keyakinan bahwa Kota Bogor mempunyai hubungan lokatif dengan Kota Pakuan, ibukota Pajajaran. Asal-usul dan arti Pakuan terdapat dalam berbagai sumber. Di bawah ini adalah hasil penelusuran dari sumber-sumber tersebut berdasarkan urutan waktu:
1. Naskah Carita Waruga Guru (1750-an). Dalam naskah berbahasa Sunda Kuna ini diterangkan bahwa nama Pakuan Pajajaran didasarkan bahwa di lokasi tersebut banyak terdapat pohon Pakujajar.
2. K.F. Holle (1869). Dalam tulisan berjudul De Batoe Toelis te Buitenzorg (Batutulis di Bogor), Holle menyebutkan bahwa di dekat Kota Bogor terdapat kampung bernama Cipaku, beserta sungai yang memiliki nama yang sama. Di sana banyak ditemukan pohon paku. Jadi menurut Holle, nama Pakuan ada kaitannya dengan kehadiran Cipaku dan pohon paku. Pakuan Pajajaran berarti pohon paku yang berjajar ("op rijen staande pakoe bomen").
3. G.P. Rouffaer (1919) dalam Encyclopedie van Niederlandsch Indie edisi Stibbe tahun 1919. Pakuan mengandung pengertian "paku", akan tetapi harus diartikan "paku jagat" (spijker der wereld) yang melambangkan pribadi raja seperti pada gelar Paku Buwono dan Paku Alam. "Pakuan" menurut Fouffaer setara dengan "Maharaja". Kata "Pajajaran" diartikan sebagai "berdiri sejajar" atau "imbangan" (evenknie). Yang dimaksudkan Rouffaer adalah berdiri sejajar atau seimbang dengan Majapahit. Sekalipun Rouffaer tidak merangkumkan arti Pakuan Pajajaran, namun dari uraiannya dapat disimpulkan bahwa Pakuan Pajajaran menurut pendapatnya berarti "Maharaja yang berdiri sejajar atau seimbang dengan (Maharaja) Majapahit". Ia sependapat dengan Hoesein Djajaningrat (1913) bahwa Pakuan Pajajaran didirikan tahun 1433.
4. R. Ng. Poerbatjaraka (1921). Dalam tulisan De Batoe-Toelis bij Buitenzorg (Batutulis dekat Bogor) ia menjelaskan bahwa kata "Pakuan" mestinya berasal dari bahasa Jawa kuno "pakwwan" yang kemudian dieja "pakwan" (satu "w", ini tertulis pada Prasasti Batutulis). Dalam lidah orang Sunda kata itu akan diucapkan "pakuan". Kata "pakwan" berarti kemah atau istana. Jadi, Pakuan Pajajaran, menurut Poerbatjaraka, berarti "istana yang berjajar"(aanrijen staande hoven).
5. H. Ten Dam (1957). Sebagai Insinyur Pertanian, Ten Dam ingin meneliti kehidupan sosial-ekonomi petani Jawa Barat dengan pendekatan awal segi perkembangan sejarah. Dalam tulisannya, Verkenningen Rondom Padjadjaran (Pengenalan sekitar Pajajaran), pengertian "Pakuan" ada hubungannya dengan "lingga" (tonggak) batu yang terpancang di sebelah prasasti Batutulis sebagai tanda kekuasaan. Ia mengingatkan bahwa dalam Carita Parahyangan disebut-sebut tokoh Sang Haluwesi dan Sang Susuktunggal yang dianggapnya masih mempunyai pengertian "paku". Ia berpendapat bahwa "pakuan" bukanlah nama, melainkan kata benda umum yang berarti ibukota (hoffstad) yang harus dibedakan dari keraton. Kata "pajajaran" ditinjaunya berdasarkan keadaan topografi. Ia merujuk laporan Kapiten Wikler (1690) yang memberitakan bahwa ia melintasi istana Pakuan di Pajajaran yang terletak antara Sungai Besar dengan Sungai Tanggerang (disebut juga Ciliwung dan Cisadane). Ten Dam menarik kesimpulan bahwa nama "Pajajaran" muncul karena untuk beberapa kilometer Ciliwung dan Cisadane mengalir sejajar. Jadi, Pakuan Pajajaran dalam pengertian Ten Dam adalah Pakuan di Pajajaran atau "Dayeuh Pajajaran".
Sebutan "Pakuan", "Pajajaran", dan "Pakuan Pajajaran" dapat ditemukan dalam Prasasti Batutulis (nomor 1 & 2) sedangkan nomor 3 bisa dijumpai pada Prasasti Kebantenan di Bekasi.
Dalam naskah Carita Parahiyangan ada kalimat berbunyi "Sang Susuktunggal, inyana nu nyieunna palangka Sriman Sriwacana Sri Baduga Maharajadiraja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran nu mikadatwan Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, inyana pakwan Sanghiyang Sri Ratu Dewata" (Sang Susuktunggal, dialah yang membuat tahta Sriman Sriwacana (untuk) Sri Baduga Maharaja Ratu Penguasa di Pakuan Pajajaran yang bersemayam di keraton Sri Bima Punta Narayana Madura Suradipati, yaitu pakuan Sanghiyang Sri Ratu Dewata).
Sanghiyang Sri Ratu Dewata adalah gelar lain untuk Sri Baduga. Jadi yang disebut "pakuan" itu adalah "kadaton" yang bernama Sri Bima dan seterunya. "Pakuan" adalah tempat tinggal untuk raja, biasa disebut keraton, kedaton atau istana. Jadi tafsiran Poerbatjaraka lah yang sejalan dengan arti yang dimaksud dalam Carita Parahiyangan, yaitu "istana yang berjajar".
Tafsiran tersebut lebih mendekati lagi bila dilihat nama istana yang cukup panjang tetapi terdiri atas nama-nama yang berdiri sendiri. Diperkirakan ada lima (5) bangunan keraton yang masing-masing bernama: Bima, Punta, Narayana, Madura dan Suradipati. Inilah mungkin yang biasa disebut dalam peristilahan klasik "panca persada" (lima keraton). Suradipati adalah nama keraton induk. Hal ini dapat dibandingkan dengan nama-nama keraton lain, yaitu Surawisesa di Kawali, Surasowan di Banten dan Surakarta di Jayakarta pada masa silam.
Karena nama yang panjang itulah mungkin orang lebih senang meringkasnya, Pakuan Pajajaran atau Pakuan atau Pajajaran. Nama keraton dapat meluas menjadi nama ibukota dan akhirnya menjadi nama negara. Contohnya : Nama keraton Surakarta Hadiningrat dan Ngayogyakarta Hadiningrat, yang meluas menjadi nama ibukota dan nama daerah. Ngayogyakarta Hadiningrat dalam bahasa sehari-hari cukup disebut Yogya.
Pendapat Ten Dam (Pakuan = ibukota ) benar dalam penggunaan, tetapi salah dari segi semantik. Dalam laporan Tome Pires (1513) disebutkan bahwa bahwa ibukota kerajaan Sunda itu bernama "Dayo" (dayeuh) dan terletak di daerah pegunungan, dua hari perjalanan dari Pelabuhan Kalapa di muara Ciliwung. Nama "Dayo" didengarnya dari penduduk atau pembesar Pelabuhan Kalapa. Jadi jelas, orang Pelabuhan Kalapa menggunakan kata "dayeuh" (bukan "pakuan") bila bermaksud menyebut ibukota. Dalam percakapan sehari-hari, digunakan kata "dayeuh", sedangkan dalam kesusastraan digunakan "pakuan" untuk menyebut ibukota kerajaan."
Demikianlah makna yang terkandung dalam kata PAJAJARAN dan hubungannya dengan suatu JAMA'AH MUSLIM di Akhir Zaman ini yang didirikan oleh RASUL ALLAH atau IMAM MAHDI A.S., kemudian setelah RASUL ALLAH atau IMAM MAHDI A.S. wafat maka sebagai suatu JAMA'AH maka KEPEMIMPINAN JAMAAH MUSLIM tersebut dipimpin oleh para KHALIFAH RASUL ALLAH atau KHALIFAH IMAM MAHDI A.S..

"Raja Panyelang"

Mengisyaratkan kepada JAMA'AH MUSLIM yang dipimpin oleh IMAM MAHDI A.S. dan para KHALIFAH IMAM MAHDI A.S. itulah perkaraan Prabu Siliwangi tentang akan bangkitnya lagi "NAGARA PAJAJARAN ANYAR. Namun sebelumnya akan muncul "Raja Panyelang":
24. PAJAJARAN moal ninggalkeun TAPAK lian ti NGARAN pikeun mapay, sabab BUKTI NU KARI bakal rea NU MALUNGKIR, tatapi ENGKE JAGANA BAKAL AYA NO NYOBA-NYOBA,
25. supaya ANU LALEUNGIT SANGKAN BISA KAPANGGIH DEUI, pasti BISA KATIMU, mapay kudu jeung AMPARAN, tapi nu marapayna loba nu ARIEU AING PANG PINTERNA.
26. Ari nu kitu buktina ngan KUDU AREDAN HEULA, sabab BAKAL REA ENGKENA NU KATIMU, sabagian laju KABURU DILARANG ku nu disebut RAJA PANYELANG.
Terjemahan:
24. PAJAJARAN TIDAK AKAN MENINGGALKAN BEKAS kecuali NAMA untuk keperluan PENELUSURAN, sebab BUKTI YANG TERSISA akan BANYAK YANG MENGINGKARI, akan tetapi KELAK DI KEMUDIAN HARI bakal ada yang MENCOBA-COBA,
25. supaya YANG TELAH MENGHILANG DAPAT BERTEMU (diketemukan) lagi, PASTI BISA DITEMUKAN (bertemu), MELAKUKAN PENELUSURAN HARUS DENGAN "AMPARAN" (landasan/cara-cara yang hakiki), tetapi orang yang MELAKUKAN PENELUSURAN (penyelidikan) banyak yang MERASA DIRI PALING PANDAI.
26. Kalau yang demikian (seperti) itu keadaannya (kenyataannya) HARUS TERLEBIH DULU MENJADI GILA, sebab KELAK AKAN BANYAK YANG DIKETEMUKAN (bertemu). SEBAGIAN keburu DILARANG oleh yang disebut RAJA PENYELANG.
"Raja Panyelang" dapat merujuk kepada:
1. Pemerintah Kerajaan Hindia Belanda yang berusaha menghapuskan kekuasaan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara – di antaranya dengan melakukan politik Devide et Impera (Memecah-belah dan menjajah) seperti yang dilakukan oleh para Fir'aun di Mesir terhadap Bani Israil (Qs.28:5-7).
2. Oknum-oknum Pemerintah yang berusaha menghapuskan keberadaan "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" yang dipiMpin oleh RATU ADIL – IMAM MAHSI A.S. atau KOMUNITAS MUSLIM JAMA'AH AHMADIYAH yakni "URANG SUNDA" YANG BERANI.
3. Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, yang muncul setelah berakhirnya Daulah Utsmaniyyah (Ottoman), para penguasanya melalui berbagai organisasi Islam yang mereka bentuk -- di antaranya adalah Rabithah Alam Islamy -- mereka berusaha menghancurkan KOMUNITAS MUSLIM JAMA'AH AHMADIYAH atau "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" yang didirikan oleh "RATU ADIL" – IMAM MAHDI A.S. atau AL-MASIH MAU'UD A.S., yakni MIRZA GHULAM AHMAD A.S..

"Budak Angon" (Anak Gembala) & Gembalaannya

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:

27. NU WANI TERUS NGOREHAN, teu ngahiding ka PANGLARANG, NGOREHAN BARI NGALAWAN, NGALAWAN BARINA SEURI, nyaeta BUDAK ANGON, imahna DI BIRIT LEUWI,
28. pantona BATU SATANGTUNG, kahieuman ku HANDEULEUM, karimbunan ku HANJUANG. Ari nu DIANGONNA lain EMBE lain MUNDING lain BANTENG lain MAUNG,
29. tapi KALAKAY jeung TUTUNGGUL, inyana JONGJON NGOREHAN NGUMPULKEUN NU KATARIMU, DISUMPUTKEUN sabab LALAKON TACAN WAYAH, lamun GEUS WAYAH jeung MANGSA,
30. BARIS LOBA NU KABUKA, MARENTA DILALAKONKEUN, tapi KUDU NGALAMAN LOBA LALAKON, lilana saban JAMAN sarua jeung WAKTU NYUKMA NGUSUMAH reujeung NITISNA,
31. laju NITIS MINDAH SUKMA".............
Terjemahan:
27. YANG BERANI TERUS MELAKUKAN PENCARIAN (melakukan penelitian), TIDAK MENGHIRAUKAN ADANYA LARANGAN, melakukan penelitian SAMBIL MELAWAN, melawan SAMBIL TERTAWA, yaitu yang disebut BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA), RUMAHNYA "DI BIRIT LEUWI" (Di pinggir palung/lubuk sungai).
28. PINTUNYA "BATU SATANGTUNG" (sebentuk batu), "kahieuman" (terimbuni) oleh "HANDEULEUM" dan TERTUTUP (terhalangi) oleh HANJUANG. Yang DIGEBALAKANNYA bukan KAMBING bukan KERBAU bukan BANTENG, bukan HARIMAU,
29 melainkan "KALAKAY" (ranting/daun-daun kering) dan "TUTUNGGUL" (sisa pokok batang pohon), dia TEKUN melakukan PENCARIAN (penelitian) serta MENGUMPULKAN APA PUN YANG DIKETEMUKANNYA, DISEMBUNYIKAN sebab "LALAKON" (PAGELARAN CERITA SEJARAH) BELUM WAKTUNYA, kalau SUDAH WAKTUNYA dan SAATNYA YANG TEPAT,
30. AKAN BANYAK YANG TERBUKA, meminta DIGELAR CERITANYA, akan tetapi [terlebih dulu] HARUS MENGALAMI BANYAK "LALAKON" (KISAH KEHIDUPAN), LAMANYA setiap JAMAN sama dengan WAKTU "NYUKMA NGUSUMAH JEUNG NITISNA, (meraih kesempurnaan jiwa),
31. LAJU NITIS MINDAH SUKMA" (serta mengalami perubahan jiwa),
Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain:

 Komunitas BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI walau pun mereka mengalami berbagai macam HAMBATAN YANG BERAT – berupa intimidasi dan penganiayaan, bahkan pembunuhan -- akan tetapi mereka dengan gigih terus memperjuangkan terwujudnya "NAGARA PAJAJARAN ANYAR." Mereka melakukan "perjuangannya" tidak dilakukan dengan cara-cara kekerasan seperti yang dilakukan oleh "saudara-saudaranya seagama" – sehingga membuat semakin buruknya citra suci Islam dan Nabi Besar Muhammad saw. -- melainkan dengan cara-cara yang beradab, sebagaimana digambarkan dalam ungkapan kalimat "ngalawan barina seuri" (melawan sambil tertawa – Qs.13:23; Qs.25;64-76; Qs.28:55-56; Qs.41:34-37).
 Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Yesus Kristus) dalam Injil menyebut dirinya GEMBALA (Yoh 10:10-18). Sebagaimana telah dijelaskan dalam BAB-BAB sebelumnya bahwa sebagaimana di kalangan Bani Israil Allah Ta'ala telah mengutus NABI ISA IBNU MARYAM A.S., demikian pula sebagai padanannya di kalangan Bani Ismail (umat Islam) Allah Ta'ala terdapat MISAL ISA IBNU MARYAM A.S. (Qs.43:58). Prabu Siliwangi menyebut Komunitas Muslim dari Misal Isa Ibnu Maryam a.s. tersebut BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI.
 Tempat tinggal Komunitas BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI tersebut digambarkan dalam ungkapan kiasan "imahna DI BIRIT LEUWI, pantona BATU SATANGTUNG, kahieuman ku HANDEULEUM, karimbunan ku HANJUANG" (Rumahnya di pinggir palung/lubuk sungai). Pintunya "BATU SATANGTUNG" terimbuni oleh HANDEULEUM dan tertutup oleh HANJUANG).
Ada pun makna ungkapan kiasan berkenaan BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) tersebut adalah:
• Leuwi (lubuk/palung sungai) adalah bagian sungai yang paling dalam. Dalam bahasa Arab sungai disebut nahru, sungai besar disebut nahrun (nahirun), sedangkan sungai kecil disebut an-nuhairu. Kata nahru pun berarti "keluasan, yang luas." Kata an-nahaaru artinya siang hari, an-nahaarun artinya siang yang sangat terang, al-anhaaru artinya yang sangat terang, terang benderang. Dengan demikian kiasan tersebut dapat mengisyaratkan kepada satu KOMUNITAS MUSLIM di Akhir Zaman ini yang memiliki khazanah-khazanah rohani AL-QURAN yang sangat luas dan dalam (Qs.18:110; Qs.31:28; Qs.56:78-81; Qs.712:27-29).
• Batu dalam Al-Quran merupakan kiasan hati manusia yang semakin keras (Qs.2:75; Qs. 6:44; Qs.17:50-53; Qs.57:17-18). Kiasa tersebut mengisyaratkan bahwa untuk dapat "masuk" atau bergabung ke dalam komunitas "BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" tersebut yang paling berperan adalah "KESUCIAN HATI", sebagaimana diisyaratkan dengan ungkapan "pantona batu satangtung". Man menurut Allah Ta'ala hanya ORANG-ORANG YANG DISUCIKAN HATINYA sajalah yang dapat "menyentuh" kedalaman KHAZANAH-KHAZANAH ROHANI yang terkandung di dalam AL-QURAN (Qs.56:76-81).
• Komunitas BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI tersebut pada awalnya merupakan suatu golongan "Muslim monoritas yang tersembunyi", sebagaimana diisyaratkan dengan ungkapan "kahieuman ku handeuleum, karimbunan ku hanjuang". Nabi Besar Muhammad saw. telah bersabda bahwa, "Pada awalnya Islam adalah ghariib (asing) kemudian akan kembali ghariib (asing), berbahagialah mereka yang berada di dalam golongan yang ghariib (asing) tersebut."
• Dikarenakan Komunitas BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI – yakni JEMAAT AHMADIYAH -- oleh saudara-saudara mereka seagama yang merupakan "golongan Mayoritas" dianggap Non-Muslim, bahkan dinyatakan sebagai "kafir, dan sesat serta menyesatkan" maka keadaan mereka benar-benar tersembunyi sebagaimana digambarkan dalam ungkapan "imahna DI BIRIT LEUWI, pantona BATU SATANGTUNG, kahieuman ku HANDEULEUM, karimbunan ku HANJUANG" (Rumahnya di pinggir palung/lubuk sungai). Pintunya "BATU SATANGTUNG" terimbuni oleh HANDEULEUM dan tertutup oleh HANJUANG).
• Handeuleum dan hanjuang adalah sejenis perdu (pohon-pohon kecil). Namun "komunitas" tersebut telah DITAKDIRKAN ALLAH TA'ALA akan menjadi sebuah "POHON RAKSASA" yang "akarnya menghunjam ke dalam bumi dan dahan serta rantingnya menjangkau ketinggian langit dan menghasilkan buahnya sepanjang masa" (Qs.14:25-26; Qs.48:30).

Makna "Kalakay" dan "Tutunggul"

Ada pun yang DIGEMBALAKAN oleh "BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) atau "URANG SUNDA" YANG BERANI tersebut" bukan kambing, bukan kerbau, bukan banteng dan bukan harimau melainkan, "KALAKAY" dan "TUTUNGGUL". Kalakay adalah daun pohon yang sudah kering dan berguguran, sedangkan tutunggul adalah semacam tonggak atau potongan batang pohon bagian bawah yang akarnya masih menancap di tanah.
Makna dari kiasan (perumpamaan) tentang "kalakay" dan "tutunggul" tersebut adalah:
 Ketika ADAM dan ISTRINYA akibat memakan "buah pohon terlarang" keduanya melihat "AURATNYA" -- yakni melihat kelemahan-kelemahan diri mereka yang sebelumnya tersembunyi (tidak diketahui mereka) -- lalu keduanya telah menutupi "auratnya" (kelemahan-kelemahan diri mereka) tersebut dengan "DAUN-DAUN SURGA" atau auraq atau waraq (Qs.7:23).
• Dalam bahasa Arab waraq berarti: "bagian terbaik dari sesuatu; kaum muda dalam masyarakat" (Lisanul-'Arab). Dengan demikian makna dari perumpamaan tersebut adalah bahwa ketika "MANUSIA-MANUSIA SYAITAN" -- yang terhadapnya Allah Ta'ala telah memperingatkan ADAM dan ISTRINYA untuk menjauhinya -- berhasil menimbulkan PERPECAHAN di dalam KOMUNITAS atau JAMA'AH yang dibentuk oleh NABI ADAM A.S. (Qs.2:36-37; Qs.7:20-23) – yang digambarkan dengan TERBUKANYA AURAT – lalu beliau a.s. berusaha membangun kembali KOMUNITAS atau JAMAAH yang baru dengan cara MENGHIMPUN ORANG-ORANG BERTAKWA, yang diumpamakan dengan auraq atau waraq (daun-daun surga – Qs.7:23).
• Demikian pula BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI – yakni JEMAAT AHMADIYAH -- memiliki missi MENGHIDUPKAN KEMBALI NILAI-NILAI AGAMA ISLAM sehingga akan tercipta "LANGIT BARU" dan "BUMI BARU" di dalam kehidupan umat manusia di dunia ini (Qs.14:49-53) atau YERUSALEM YANG BARU yang turun dari surga (Wahyu 21:1-8) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR." Yakni POHON ISLAM yang sebelumnya hanya tinggal "KALAKAY" dan "TUTUNGGUL" akan HIDUP KEMBALI menjadi sebuah POHON RAKSASA sebagaimana digambarkan dalam Qs. 14:25-27 dan Qs.48:30.

Menghidupkan Kembali "Pohon Islam" Yang Telah Layu

 BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI – yakni JEMAAT AHMADIYAH -- tersebut akan banyak mengalami bermacam-macam KISAH KEHIDUPAN namun pada WAKTUNYA yang telah DITAKDIRKAN oleh ALLAH TA'ALA, BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI – yakni JEMAAT AHMADIYAH -- tersebut AKAN DITERIMA SECARA TERBUKA oleh MASYARAKAT LUAS, sehingga banyak hal yang sebelumnya tersembunyi menjadi TERBUKA (Qs.18:-49-50; Qs.39:70).
Lamanya setiap "lalakon" (kisah kehidupan) yang harus dijalani oleh "Komunitas" BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI – yakni JEMAAT AHMADIYAH tersebut sama dengan waktunya "NYUKMA NGUSUMAH JEUNG NITISNA, LAJU NITIS MINDAH SUKMA" (mengalami tahap-tahap kesempurnaan jiwa serta meraih perubahan jiwa).
Sehubungan dengan keadaan "POHON ISLAM" di Akhir Zaman ini yang keadaan digambarkan seperti "kalakay" dan "tutunggul" maka melalui perjuangan BUDAK ANGON (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau "URANG SUNDA" YANG BERANI – yakni JEMAAT AHMADIYAH – akan HIDUP kembali, Allah Ta'ala berfirman:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ(25)تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ(26)وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ(27)يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ(28)
Tidakkah engkau melihat bagaimana Allah membuat perumpamaan satu kalimah yang baik, seperti sebatang pohon yang baik, yang akarnya kokoh-kuat dan cabang-cabangnya menjulang ke langit? Ia memberikan buahnya pada setiap waktu dengan izin Tuhan-nya. Dan Allah membuat perumpamaan-perumpmaan itu bagi manusia supaya mereka mendapat nasihat. Dan perumpamaan kalimah yang buruk adalah seperti halnya pohon buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi, tidaklah baginya dapat tegak. Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan firman yang kokoh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang aniaya. Dan Allah melakukan apa yang Dia kehendaki (Ibrahim, 25-28).
Firman-Nya lagi:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوَى عَلَى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا(30)
"Muhammad adalah rasul Allah. Dan orang-orang yang bersamanya keras terhadap orang-orang kafir tetapi lemah-lembut di antara mereka, engkau melihat mereka rukuk serta sujud mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya, ciri-ciri pengenal mereka terdapat pada wajah mereka, dari bekas-bekas sujud. Demikianlah perumpamaan mereka dalam TAURAT, sedangkan perumpamaan mereka dalam INJIL adalah seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya kemudian menjadi kuat, kemudian menjadi kokoh dan berdiri mantap pada batangnya, menyenangkan penanam-penanamnya supaya Dia membangkitkan amarah orang-orang kafir dengan perantaraan itu. Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan berbuat amal shalih di antara mereka ampunan dan ganjaran yang besar (Al Fath, 30).
Demikianlah salah satu makna dari ungkapan kiasan: " ........... Ari nu DIANGONNA lain EMBE lain MUNDING lain BANTENG lain MAUNG, tapi KALAKAY jeung TUTUNGGUL......(Yang DIGEBALAKANNYA bukan KAMBING bukan KERBAU bukan BANTENG, bukan HARIMAU, melainkan "KALAKAY" (ranting/daun-daun kering) dan "TUTUNGGUL" (sisa pokok batang pohon).

Munculnya Kerajaan-kerajaan Islam &
Kedatangan Bangsa Belanda dan Bangsa Jepang

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:

31. ............Dawuhan eyang Prabu geura ieu darengekeun: "Nu kiwari NGAMUSUHAN jadi RAJA nepi ka mangsa TANAH BUGEL CIBUNTAEUN,
32. dijieun kandang MUNDING DONGKOL. Tah di dinya SANAGARA bakalan jadi SAMPALAN, sampalan MUNDING BARULE, diangon ku JALMA JANGKUNG, tutunjuk di alun-alun.
33. Ti harita RAJA dibelenggu, MUNDING BULE nyekel bubuntut, TURUNAN URANG NARIK WULUKU ngan narikna teu kawasa sabab murah jaman seubeuh hakan. Ti dinya wuluku ditarik ku KUNYUK.
34. Lajuna TURUNAN URANG AYA NU LILIR, tapi LILIRNA JIGA NU HUDANG NGIMPI. Ti NU LEUNGIT tambah LOBA MANGGIHANANA, tapi LOBA NU PAHILI,
35. nu LAIN KUDU DIBAWA, teu arengeuh turunan urang yen JAMAN GEUS GANTI LALAKON. Ti dinya GEGER SANAGARA, panto nutup digedoran ku NU NGANTEUR PAMUKA JALAN.
Terjemahannya:
31. ................. Perkataan eyang Prabu coba dengarkan selanjutnya: "Yang sekarang memusuhi menjadi RAJA sampai kepada waktu "TANAH BUGEL CIBUNTAEUN" (wilayah yang memiliki nuansa/perbawa mistis),
32. dijadikan KANDANG "MUNDING DONGKOL" (kerbau yang tanduknya melengkung ke bawah). Nah di sana (di masa itu) SELURUH NEGARA akan menjadi "SAMPALAN" (tempat penggembalaan), "SAMPALAN" (tempat penggembalaan) KERBAU BULE, digembalakan oleh ORANG BERPERAWAKAN TINGGI, memberi berbagai perintah di "alun-alun" (lapangan di tengah kota).
33. Dari sejak saat itu RAJA DIBELENGGU, KERBAU BULE (albino) memegang "BUBUNTUT" (kendali bajak), KETURUNAN KITA MENARIK BAJAK hanya saja MENARIKNYA TIDAK KUAT sebab "MURAH JAMAN SEUBEUH HAKAN" (serba dicukupi/dininabobokan). Setelah itu BAJAK ditarik oleh KERA.
34. Kemudian KETURUNAN KITA ADA YANG MENDUSIN (SADAR), akan tetapi MENDUSINNYA (SADARNYA) SEPERTI YANG BANGUN DARI MIMPI. Dari yang HILANG semakin banyak MENEMUKANNYA, akan tetapi BANYAK YANG TERTUKAR,
35. Yang TIDAK PERLU DIBAWA, keturunan kita TIDAK MENGETAHUI bahwa JAMAN SUDAH BERGANTI CERITA. Setelah itu seluruh negara menjadi gempar, pintu yang tertutup "digedoran" (dipaksa supaya dibuka) oleh yang mengantar pembuka jalan,

Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain:

 Pihak-pihak yang memusuhi "Nagara Pajajaran Lama" akan menjadi RAJA (PENGUASA), yaitu munculnya KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM, contohnya KERAJAAN DEMAK, KERAJAAN CIREBON, dan KERAJAAN BANTEN, namun pada akhirnya wilayah kekuasaan KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM tersebut berada di bawah kekuasaan KERBAU BULE, yakni BANGSA EROPA, khususnya BANGSA BELANDA (VOC) yang berperawakan tinggi besar, yakni Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj).
 Setelah mengalami masa kejayaannya, sekali pun KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM tersebut tetap ada, akan tetapi mereka TIDAK DAPAT SEPENUHNYA MENJALANKAN PEMERINTAHAN – termasuk dalam melakukan SUKSESI (penggantian Raja) -- sebab PIHAK BELANDA sering kali IKUT CAMPUR-TANGAN di dalam menentukan RAJA BARU yang menggantikan RAJA SEBELUMNYA, sehingga seringkali terjadi perpecahan di kalangan keluarga kerajaan yang menyebabkan kerajaan Islam tersebut semakin lemah. Contohnya kekuasaan Sultan Banten hanya sebagai bupati.
 Kekuasaan BELANDA (VOC) atas NUSANTARA diambil-alih oleh KERA yakni BANGSA JEPANG, yang pada akhirnya menjadi PEMBUKA JALAN (PENYEBAB) diraihnya KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA dari PENJAJAH BELANDA yang berusaha kembali MENJAJAH bersama kedatangan BALATENTARA SEKUTU.

Penderitaan Di Masa Penjajahan Jepang

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:

36. Tapi jalan nu pasingsal. NU TUTUNJUK nyumput jauh, alun-alun jadi suwung, MUNDING BULE kalabur, SAMPALAN diranjah KUNYUK, ngareunah seuri turunan urang,
37. tapi henteu anggeus seurina sabab warung beak ku KUNYUK, sawah ge beak ku KUNYUK, kebon ge beak ku KUNYUK, huma diacak-acak ku KUNYUK, cawene reuneuh ku KUNYUK.
38. Saniskara diranjah KUNYUK, turunan upama sieun ku KUNYUK, panarat ditarik ku KUNYUK bari diuk dina bubuntut, ARI WULUKU DITARIKNYA MASIH KU TURUNAN URANG.
39. Loba nu paeh kalaparan. Ti dinya TURUNAN URANG NGAREP-NGAREP PELAK JAGONG, sabari nyanyahoanan maresek CATURRANGGA, teu arengeuh yen JAMAN ganti LALAKON.
Terjemahannya:
36. akan tetapi JALAN YANG TIDAK TERATUR (berantakan). Yang "MEMBERI PERINTAH" BERSEMBUNYI JAUH, lapangan menjadi sunyi dan mencekam, KERBAU BULE MELARIKAN DIRI, SAMPALAN (padang gembalaan) DISERBU KERA KERA, keturunan kita enak TERTAWA.
37. tetapi TERTAWANYA TIDAK SAMPAI SELESAI, sebab WARUNG HABIS DISERBU KERA, SAWAH JUGA HABIS DISERBU KERA, KEBUN JUGA HABIS DISERBU KERA, LADANG JUGA DIACAK-ACAK, ANAK GADIS DIHAMILI KERA.
(38) SEGALA SESUATU DISERBU KERA, keturunan TAKUT OLEH oleh KERA, "PANARAT" (...................) DITARIK OLEH oleh KERA sambil DUDUK pada "BUBUNTUT" (kemudi bajak), tetapi BAJAK MASIH DITARIK OLEH KETURUNAN KITA.
39. BANYAK YANG MATI KELAPARAN. Dari sana (setelah itu) keturunan kita MENGHARAPKAN TANAMAN JAGUNG sembari berlaga "sok tahu" membuka "CATURRANGGA' (cerita legenda kuno), mereka TIDAK MENGETAHUI bahwa JAMAN SUDAH BERGANTI CERITA.

Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain:
 Akibat kedatangan KERA – yakni serbuan balatentara JEPANG – telah menyebabkan BANGSA BELANDA di Nusantara MELARIKAN DIRI.
 Kedatangan balatentara JEPANG yang mengaku sebagai SAUDARA TUA tersebut pada awalnya DISAMBUT DENGAN PENUH SUKA CITA, sebab para PEJUANG yang selama itu berusaha untuk meraih KEMERDEKAAN dari penjajahan BELANDA selalu mendapat penentangan yang keras dari PENJAJAH. Namun dalam kenyataannya bangsa JEPANG yang mengaku SAUDARA TUA tersebut jauh lebih RAKUS dan LEBIH BENGIS daripada PENJAJAH BELANDA, sehingga dalam penderitaan yang dialami bangsa Indonesia masa penjajahan bangsa JEPANG yang hanya berlangsung 3 1/2 tahun saja hampir menyamai penderitaan selama 350 tahun di bawah penjajahan BELANDA. Pada masa penjajahan JEPANG banyak rakyat Indonesia yang MATI KELAPARAN, salah satunya adalah akibat kerja-paksa yang dinamakan romusha.

Pemboman Kota Hiroshima & Nagasaki

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:

40. Laju aya hawar-hawar ti tungtung SAGARA KALER, ngaguruh jeung ngageleger GARUDA MEGARKEUN ENDOGNA, GENJLONG SAAMPARAN JAGAT, di urang rame nu MANGPRING.
41. PRANGPRING SABULU-BULU GADING, kumpul KUNYUK ting rumpuyuk TURUNAN URANG NGARAMUK, ngaramuk TEU JEUNG ATURAN, loba nu paraeh pisan, NU PARAEH TANPA DOSA.
42. Musuh dijarieun batur, batur dijarieun musuh, mengadak lobana PANGKAT, MARENTAH SIGA NU EDAN, nu bingung tambah baringung, BUDAK SATEPAK JARADI BAPA.
43. Nu ngaramuk tambah rosa, ngaramuk teu pilih bulu, nu barodas dibuburak, nu hideung disieuh saheng buana urang ku sabab nu ngaramukna.
44. Teu beda reujeung tawon du dipalengpeng sayangna, sanusa dijieun jagal, tapi kaburu disapih, nu nyapihna URANG SEBRANG, laju ngadegna deui RAJA.
Terjemahannya:
40. Kemudian terdengar sayup-sayup di ujung LAUTAN SEBELAH UTARA "NGAGURUH JEUNG NGAGELEGER" (suara menderu keras dan menggelegar) BURUNG GARUDA MENETASKAN TELURNYA, GEMPAR SELURUH DUNIA, di [kawasan] kita ramai yang "MANGPRING" (berperang melawan penjajah).
41. PRANG-PRING SABULU-BULU GADING, (mengamuk/melawan penjajah), KUMPULAN KERA berjatuhan lemas, keturunan kita semuanya mengamuk, MENGAMUK TIDAK DENGAN ATURAN, sehingga BANYAK YANG MATI, yang mati TANPA DOSA.
42. MUSUH dijadikan TEMAN, TEMAN dijadikan MUSUH, mendadak BANYAK PANGKAT (jabatan), MEMERINTAH SEPERTI ORANG GILA, yang bingung menjadi semakin bingung, "BUDAK SATEPAK JARADI BAPA" (anak masih ingusan menjadi penguasa/majikan) .
43. Yang mengamuk bertambah hebat, mengamuk dengan tanpa pilih bulu, "NU BARODAS" (yang putih) DIUSIR, "NU HIDEUNG" (yang hitam) "DISIEUH SAHENG BANGSA URANG" (bangsa kita diacak-acak dan dibikin ribut), sebab yang mengamuknya,
44. tidak berbeda dengan TAWON YANG SARANGNYA DILEMPAR, senusa (tanah air) dijadikan JAGAL (tempat pembantaian), tetapi keburu dilerai, yang melerainya BANGSA SEBRANG (asing), kemudian berdirinya lagi RAJA.

Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain:

 PESAWAT PEMBOM tentara AMERIKA SERIKAT menjatuhkan BOM ATOM di kota HIROSHIMA dan NAGASAKI, yang mengakibatnya berakhirnya PERANG DUNIA KEDUA karena balatentara JEPANG menyerah di berbagai wilayah ASIA TIMUR dan ASIA TENGGARA, termasuk di wilayah NUSANTARA.
 Kekalahan bala tentara JEPANG tersebut dimanfaatkan oleh BANGSA INDONESIA untuk MENYATAKAN KEMERDEKAAN pada tgl 17 AGUSTUS 1945. Namun pernyataan KEMERDEKAAN tersebut mendapat tekanan hebat dari pihak BELANDA yang kembali mendarat di Indonesia bersama-sama dengan PASUKAN SEKUTU, akibatnya terjadi pertempuran hebat dengan para pejuang KEMERDEKAAN sehingga banyak menelan korban jiwa.
 Walau pun pada akhirnya BELANDA terpaksa mengakui KEMERDEKAAN BANGSA INDONESIA, akan tetapi di dalam negeri terjadi berbagai gejolak yang menyebabkan terjadinya PERANG MELAWAN SESAMA BANGSA INDONESIA, contohnya pemberontakan DI TII di Pulau Jawa, pemberontakan PRRI di Pulau Sumatera, pemberontakan Kahar Muzakkar di Pulau Sulawesi, pemberontakan Permesta di Maluku, Pemberontakan PKI di Madiun, dll.

Presiden Soekarno

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:

45. Asalna JALMA BIASA, memang TITISAN RAJA, TITISAN RAJA BAHEULA, biangna hiji PUTRI, PUTRI PULO DEWATA, da puguh TITISAN RAJA.
46. RAJA ANYAR hese apesna, hese apes ku rogahala. Ti harita GANTI DEUI JAMAN, GANTI JAMAN GANTI LALAKON, teu lila geus TEMBONG BULAN, tembongna bulan TI BEURANG,
47. disusul kalewat BENTANG, BENTANG CAANG NU NGAGENCLANG, di urut NAGARA URANG ngadeg deui KARAJAAN, RAJA JERO KARAJAAN, lain TEUREUH PAJAJARAN.
Terjemahannya:
45. Asalnya orang biasa, tetapi memang keturunan RAJA, keturunan RAJA dahulu kala, ibunya seorang PUTRI, PUTRI PULAU DEWATA, karena memang KETURUNAN RAJA,
46. RAJA BARU sulit mengalami apes (nasib malang), sukar mengalami nasib malang oleh usaha pembunuhan. Dari sejak itu berganti lagi jaman, berganti jaman berganti cerita, tidak lama waktunya sudah kelihatan bulan, kelihatan bulan di siang hari,
47. disusul "kalewat bentang" (munculnya bintang), terang bintang yang berbinar, di bekas KERAJAAN kita berdiri lagi KERAJAAN, RAJA dalam KERAJAAN, bukan KETURUNAN PAJAJARAN.

Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain:
 Besar kemungkinan yang dimaksudkan dengan RAJA tersebut adalah PRESIDEN SOEKARNO. Ayahnya memiliki hubungan darah dengan RAJA-RAJA kerajaan di Jawa, sedangkan ibunya berasal dari keturunan RAJA-RAJA di Bali.
 PRESIDEN SOEKARNO dalam masa kepemimpinannya pernah mengalami beberapa kali upaya pembunuhan tetapi selalu selamat.
 Sikap tegas PRESIDEN SOEKARNO terhadap pihak BARAT penganut faham KAPITALISME telah menyebabkan REPUBLIK INDONESIA menjadi salah satu negara yang CUKUP DISEGANI di dunia, terutama di kalangan negara-negara yang tergabung dalam negara-negara NON BLOK.
 Antara PRESIDEN SOEKARNO dengan RAJA-RAJA PAJAJARAN tidak mempunyai HUBUNGAN DARAH secara LANGSUNG, oleh karena itu PRESIDEN SOEKARNO bukan "terah" (keturunan) RAJA-RAJA PAJAJARAN.

Presiden H.M.Soeharto & Orde Baru

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:

48. Laju aya deui RAJA, tapi RAJA BUTA, lawang teu meunang dibuka, panto teu meunang ditutup, pancuran di tengah jalan, ngingu HEULANG na CARINGIN.
49. Da puguh RAJANA BUTA, teu neuleu aya BUHAYA, reujeung AJAG, UCING GARONG, reujeung pirang-pirang KUNYUK NGOROWOTAN NU SARUSAH. Sakalina AYA NU NGAGEUING,
50. nu diporog LAIN SATONA, tapi JALMA NU NGELINGAN. Mingkin hareup mingkin hareup LOBA JALMA NU BARUTA, naritah NYEMBAH BERHALA, bubuntut SALAH NGATURNA.
50. NGATURNA SAKAMA-KAMA PANARAT, pabeulit dina cacadan, SALAH NGAWULUKUNA lain JALMA TUKANG TANI, karuhun TARATE hampa sawareh,
52. nya KAPAS hapa buahna, nya PARE acak-acakan, LOBA NU TEU ASUP KANA ASEUPAN, sabab bongan NU NGEBONNA LOLOBANA TUKANG BOHONG.
53. Nu TANI ngan wungkul JANGJI, loba nu PALINTERNA, pinterna KABALINGER. Hol datang BUDAK JANGGOTAN SAJAMANG HIDEUNG, datangna nyonyoren KANERON BUTUT.
Terjemahan:
48. Kemudian ada lagi RAJA, tapi RAJA BUTA (RAKSASA), pintu gerbang tidak boleh dibuka, jendela tidak boleh ditutup, pancuran di tengah jalan, memelihara elang di atas pohon beringin.
49. Karena memang RAJANYA RAKSASA, tidak melihat ada BUAYA dan SERIGALA, KUCING HUTAN dan macam-macam KERA yang MENGGEROGOTI ORANG-ORANG YANG HIDUP SUSAH. Sekalinya ADA YANG MEMBERI PERINGATAN,
50. Yang DITANGKAP bukan BINATANGNYA melainkan ORANG YANG MEMPERINGATKANNYA. Semakin ke depan semakin ke depan banyak orang yang menjadi RAKSASA (rakus), menyuruh menyembah berhala, kemudian BAJAK salah mengaturnya.
51. mengaturnya sekehendak hati "panarat" (pembajak), "pabeulit jeung cacadan" (...............................), salah membajaknya karena bukan oleh orang yang biasa bertani (petani), "karuhun" (................) teratai hampa sebagian.
52. begitu juga kapas hamba buahnya, begitu juga padi acak-acakan, banyak yang tidak masuk, tidak masuk ke dalam tempat mengukus, disebabkan karena kebanyakan orang-orang yang suka berdusta.
53. Yang bertani hanya sekedar janji, banyak orang yang pinter (pandai), [tetapi] pinter keblinger. Lalu datang BUDAK ANGON (Anak Gembala) "sajamang hideung" (berbaju hitam), datangnya sambil menyelendangkan "kaneron butut" (kantong anyaman jelek).

Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain:

 Setelah masa PEMERINTAHAN SIPIL yang dipimpin oleh PRESIDEN SOEKARNO – yang kemudian dikenal dengan sebutan PEMERINTAHAN ORDE LAMA (ORLA) – kemudian muncul PEMERINTAHAN MILITER yang dikenal dengan nama PEMERINTAHAN ORDE BARU (ORBA) – dibawah kepemimpinan PRESIDEN H.M. SUHARTO.
 Penyebutan RAJA BUTA (RAJA RAKSASA) dapat mengisyaratkan kepada: (1) KUATNYA KEKUASAAN YANG DIMILIKI PEMERINTAHAN ORDE BARU dibawah kepemimpinan PRESIDEN SUHARTO, sebab hampir SEMUA POSISI KEPEMIMPINAN -- mulai dari PRESIDEN, PARA MENTERI, PARA GUBERNUR, PARA BUPATI, PARA CAMAT sampai dengan para KEPALA DESA -- berasal dari kalangan MILITER. (2) Penyebutan RAJA BUTA (RAJA RAKSASA) dapat pula mengisyaratkan kepada KERAKUSAN terhadap KEKUSAAN dan HARTA KEKAYAAN.
 Ungkapan kalimat berikut ini menggambarkan KEKUASAAN RAJA BUTA (RAJA RAKSASA) yang memiliki KEWENANGAN TIDAK TERBATAS tersebut: "lawang teu meunang dibuka, panto teu meunang ditutup, pancuran di tengah jalan, ngingu heulang na caringin" (pintu gerbang tidak boleh dibuka, pintu tidak boleh ditutup), pancuran di tengah jalan, memelihara elang di atas pohon beringin).
 Ungkapan "ngingu heulang dina caringin" (memelihara BURUNG ELANG pada POHON BERINGIN). "Pohon Beringin" dapat mengisyaratkan kepada GOLKAR (Golongan Karya) – Sekarang namanya PARTAI GOLKAR -- yang dibentuk Pemerintahan ORDE BARU guna MEMBENTENGI KEKUASAANNYA, sebab para pengurusnya umumnya berasal dari kalangan MILITER, yang dilambangkan sebagai "burung elang."
 Ungkapan "PANCURAN DI TENGAH JALAN" dapat mengisyaratkan kepada meningkatnya pembangunan berbagai SARANA dan PRA SARANA FISIK, yakni terjadi kemajuan pesat dalam MAKRO EKONOMI. Namun kemajuan dalam pembangunan SARANA FISIK dan MAKRO EKONOMI tersebut bukan merupakan akibat dari KESUKSESAN PENDAYAGUNAAN secara optimal SDA (Sumber Daya Alam) dan SDM (Sumber Daya Manusia), melainkan akibat terjadinya praktek KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) yang berlangsung TANPA RINTANGAN, sehingga PENGGEROGOTAN UANG NEGARA (UANG RAKYAT) dilakukan dengan tanda adanya RASA TAKUT.
 Apabila ada PIHAK yang MEMPERINGATKAN terjadinya PERBUATAN BURUK berupa terjadinya KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) tersebut bukan para PELKUNYA dijatuhi malah justru PIHAK YANG MEMBERI PERINGATAN yang akan menjadi SASARAN berbagai bentuk ANCAMAN dan INTIMIDASI. Akibatnya semakin banyak PARA PEJABAT dan para PENGUSAHA -- yang memiliki HUBUNGAN KHUSUS dengan para PEJABAT NEGARA tersebut – semakin menjadi-jadi dalam upaya MEMPERKAYA DIRI DAN KELUARGA MEREKA, sehingga PENYEMBAHAN terhadap "BERHALA" KESENANGAN KEHIDUPAN DUNIAWI semakin merajalela.
 Walaupun Pemerintahan ORDE BARU (ORBA) dapat mempertahankannya KEKUASAANNYA selama 32 tahun, akan tetapi dikarenakan PENGELOLAAN berbagai SDA dan SDM tidak dilakukan secara PROFESIONAL maka akibatnya PEMERINTAHAN ORDE BARU telah GAGAL dalam membangun "LANDASAN PACU EKONOMI" yang kuat, sehingga "PESAWAT EKONOMI" tidak pernah berhasil 'TINGGAL LANDAS" sampai dengan PEMERINTAHAN ORDE BARU diganti oleh PEMERINTAHAN PERALIHAN yang dipimpin oleh PRESIDEN BJ HABIBIE. Bahkan ketika KEPEMIMPINAN NASIONAL berganti lagi ke tangan SIPIL keadaan PESAWAT EKONOMI nyaris BERHENTI BERGERAK.
Menurut "Uga Wangsit Siliwangi", biang dari kegagalan dalam BIDANG EKONOMI tersebut adalah karena:
49. .......bubuntut SALAH NGATURNA.
50. NGATURNA SAKAMA-KAMA PANARAT, pabeulit dina cacadan, SALAH NGAWULUKUNA lain JALMA TUKANG TANI, karuhun TARATE hampa sawareh,
52. nya KAPAS hapa buahna, nya PARE acak-acakan, LOBA NU TEU ASUP KANA ASEUPAN, sabab bongan NU NGEBONNA LOLOBANA TUKANG BOHONG.
Yakni BAJAK SALAH MENGATURNYA, mengaturnya SEKEHENDAK HATI "PANARAT" (pembajak), "pabeulit jeung cacadan" yakni SALAH MEMBAJAKNYA karena BUKAN ORANG YANG BIASA BERTANI, sehingga mengakibatkan "KARUHUN" (benih) TERATAI hampa sebagian, begitu juga KAPAS hampa buahnya, begitu juga PADI acak-acakan, BANYAK YANG TIDAK MASUK, tidak masuk ke dalam TEMPAT MENGUKUS, disebabkan karena KEBANYAKAN ORANG-ORANG ADALAH PENDUSTA (TIDAK JUJUR). Yang BERTANI hanya SEKEDAR JANJI, banyak orang yang PINTER, PINTER KEBLINGER.

Presiden KH. Abdurrahman Wahid

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:

53. .................Hol datang BUDAK JANGGOTAN SAJAMANG HIDEUNG, datangna nyonyoren KANERON BUTUT.
54. NGAGEUING nu KEUR SASAR, NGELINGAN KANU PAROHO, tapi TEU PISAN DIWARO da KABELINGER PINTERNA, HARAYANG MEUNANG SORANGAN, TEU ELING KA NU NGELINGAN.
55. LANGIT geus BEUREUM SEMUNA HASEUP, NGEBULNA PIRUNAN, boro-boro REK NGAWARO, ku inyana DITAREWAK, arasup ka PANGBEROKAN, eta BARUDAK JANGGOTAN.
Terjemahannya:
53. ............Lalu datang BUDAK JANGGOTAN BERBAJU HITAM berselendang "kaneron butut" (kantong/tas jelek).
54. MEMBERITAHU (memperingatkan) YANG SEDANG TERSESAT, mengingatkan MEREKA YANG LUPA, akan tetapi TIDAK DIGUBRIS, karena KEBLINGER PINTERNYA, mereka INGIN MENANG SENDIRI, tidak ingat (tidak percaya) kepada YANG MEMBERI INGAT.
55. LANGIT SUDAH MERAH MERONA (berwarna), berasapnya NYALA API, jangankan MAU MENTAATI bahkan OLEH MEREKA DITANGKAP, DIMASUKAN KE DALAM PENJARA, yaitu "ANAK BERJANGGUT".

Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain:

 Kemungkinan besar yang diisyaratkan dengan "BUDAK JANGGOTAN Sajamang Hideung" (ANAK/REMAJA BERJANGGUT berpakaian hitam) atau "BUDAK JANGGOTAN" mengisyaratkan kepada masa PEMERINTAHAN PRESIDEN KH. ABDURRAHMAN WAHID, yang berusaha untuk MEMBERSIHKAN NEGARA dari ORANG-ORANG atau PIHAK-PIHAK yang selama itu MENGGEROGOTI UANG NEGARA (UANG RAKYAT).
 Namun upaya-upaya PRESIDEN KH. ABDURRAHMAN WAHID gagal sebab harus berhadapan dengan BANYAK PIHAK yang MENGATASNAMAKAN REFORMASI, akan tetapi pada hakikatnya MEREKA PUN MERUPAKAN ORANG-ORANG YANG HAUS KEKUASAAN DAN RAKUS KEKAYAAN pula.
Bahkan pada akhirnya PRESIDEN KH. ABDURRAHMAN WAHID secara PAKSA berhasil DILENGSERKAN DARI KURSI KEPRESIDENAN oleh LAWAN-LAWANNYA melalui IMPEACHMENT. Kedudukannya digantikan oleh WAKIL PRESIDEN MEGAWATI SOEKARNOPOETRI. Sehubungan dengan peristiwa tersebut Prabu Siliwangi dalam Uga Wangsitnya berkata:
55. LANGIT geus BEUREUM SEMUNA HASEUP, NGEBULNA PIRUNAN, boro-boro REK NGAWARO, ku inyana DITAREWAK, arasup ka PANGBEROKAN, eta BARUDAK JANGGOTAN.
Terjemahannya:
55. LANGIT SUDAH MERAH MERONA (berwarna), berasapnya NYALA API, jangankan MAU MENTAATI bahkan OLEH MEREKA DITANGKAP, DIMASUKKAN KE DALAM PENJARA, yaitu "ANAK BERJANGGUT".

"Jaman Sato" (Jaman Kebinatangan)

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:

56. Laju inyana NGAWUT-NGAWUT PIRANG-PIRANG DAPUR BATUR, majarkeun NEANGAN MUSUH, padahal ari inyana NYIAR-NYIAR PIMUSUHEUN, urangna masing WASPADA,
57. sabab ENGKENA ari inyana BAKAL NYARAM PAJAJARAN, HENTEU BEUNANG DIDONGENGKEUN, sabab ari inyana pisan SARIEUNEUN KANYAHOAN TEGESNA ari inyana pisan.
58. Anu jadi gara-gara SAGALA JADI DANGDARAT, BUTA nu BARUTA mangkin TAMBAH BEDEGONG, bedegong LEUWIH TI MISTI, ngaleuleuwihan MUNDING BULE.
59. Ari inyana TEU ARELING, yen HARITA TEH JAMAN NU GEUS KAASUP KANA JAMAN NYATA, JAMAN SATO pisan, meh kabeh JAMAN MANUSA ku SATO dikawasaanana.
60. Jarayana BUTA-BUTA teu sabaraha lilana, bongan KACIDA TEUING NYANGSARANA KA SOMAH-SOMAH, loba somah NGAREP-NGAREP CARINGIN REUNTAS di alun-alun.
Terjemahannya:
56. Kemudian dia/mereka MEMPORAK-PORANDAKAN DAPUR-DAPUR MILIK ORANG LAIN, dengan dalih MENCARI MUSUH, padahal mereka MENCARI-CARI CALON MUSUH, kita harus WASPADA,
57. sebab nantinya mereka AKAN MELARANG [berdirinya] PAJAJARAN, TIDAK BOLEH DIKEMUKAKAN KISAHNYA, sebab mereka itu pada hakikatnya TAKUT KETAHUAN.
58. Ada pun PENYEBAB segala sesuatu menjadi "dangdarat" (gagal/kacau), RAKSASA yang "BARUTA" (rakus) semakin "bedegong" (DEGIL), BERLEBIHAN dalam KEDEGILANNYA, melebihi KERBAU BULE.
59. Mereka sebenarnya TIDAK SADAR bahwa PADA WAKTU ITU JAMAN SUDAH MASUK KE DALAM JAMAN NYATA, benar-benar JAMAN BINATANG (kebinatangan), hampir semua JAMAN MANUSIA DIKUASAI oleh BINATANG (kebinatangan).
60. BERJAYANYA PARA RAKSASA TIDAK SEBERAPA LAMANYA, sebabnya adalah KETERLALUAN MENYENGSARAKAN RAKYAT BANYAK, banyak RAKYAT MENUNGGU-NUNGGU POHON BERINGIN yang ada di tanah lapang TUMBANG.

Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain:

 Pergantian KEPEMIMPINAN NEGARA (Pergantian PRESIDEN) dari REZIM ORDE BARU (ORBA) ke "REZIM REFORMASI" terbukti TIDAK MAMPU MENGUBAH KEADAAN NEGARA MENJADI LEBIH BAIK, bahkan KEADAAN KESATUAN DAN PERSATUAN BANGSA (NKRI) SEMAKIN MENGKHAWATIRKAN, karena -- akibat disahkannya UNDANG-UNDANG mengenai OTONOMI DAERAH (OTDA) -- semakin marak DAERAH-DAERAH yang ingin MELEPASKAN DIRI DARI KEKUASAAN PEMERINTAH PUSAT DI JAKARTA, bahkan MEREKA BENAR-BENAR INGIN MELEPASKAN DIRI DARI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA (NKRI).

 KERAKUSAN orang-orang yang berhasil menduduki berbagai JABATAN akibat terjadi PERGANTIAN KEPEMIMPINAN NEGARA semakin menjadi-jadi, sehingga di kalangan masyarakat luas muncul "anekdote" bahwa kalau di masa pemerintahan ORDE BARU praktek "SUAP MENYUAP dilakukan DI BAWAH MEJA", kemudian DI MASA REFORMASI dan DEMOKRASI praktek "suap-menyuap" tersebut bukan saja DILAKUKAN SECARA TERANG-TERANGAN DILAKUKAN DI ATAS MEJA, bahkan MEJANYA PUN IKUT DIAMBIL PULA.
Merujuk kepada kenyataan itulah ungkapan Uga Wangsit Prabu Siliwangi berikut ini: Anu jadi gara-gara SAGALA JADI DANGDARAT, BUTA nu BARUTA mangkin TAMBAH BEDEGONG, bedegong LEUWIH TI MISTI, ngaleuleuwihan MUNDING BULE/PENJAJAH BELANDA. (Ada pun PENYEBAB segala sesuatu menjadi "dangdarat" (gagal/kacau), RAKSASA yang "BARUTA" (rakus) semakin "bedegong" (DEGIL), BERLEBIHAN dalam KEDEGILANNYA, melebihi KERBAU BULE/PENJAJAH BELANDA).

 Sudah merupakan hukum Allah Ta'ala bahwa setiap tindak KEANIAYAAN akan melahirkan "NEMESIS"-nya (pembalasannya), seperti yang terjadi dengan FIR'AUN yang telah MENINDAS BANI ISRAIL selama 400 tahun di Mesir ( Qs.28:4-7). Demikian pula halnya dengan PARA PELAKU KKN (KORUPSI, KOLUSI, NEPOTISME) di mana pun mereka berada, termasuk di INDONESIA:
Jarayana BUTA-BUTA teu sabaraha lilana, bongan KACIDA TEUING NYANGSARANA KA SOMAH-SOMAH, loba somah NGAREP-NGAREP CARINGIN REUNTAS di alun-alun.
(BERJAYANYA PARA RAKSASA TIDAK SEBERAPA LAMANYA, sebabnya adalah KETERLALUAN MENYENGSARAKAN RAKYAT BANYAK, banyak RAKYAT MENUNGGU-NUNGGU POHON BERINGIN yang ada di tanah lapang TUMBANG).
Makna "Pohon Beringin" dapat tertuju kepada PEMERINTAHAN yang sedang berkuasa, atau tertuju kepada GOLKAR (PARTAI GOLKAR) yang berlambang "Pohon Beringin", yang terbukti merupakan "tempat berlindung yang aman" bagi "BURUNG ELANG" yang biasa "menyambar MANGSA".

 Menurut Prabu Siliwangi, bahwa PENYEBAB UTAMA terjadinya semua PERBUATAN BURUK tersebut adalah karena waktu itu JAMAN itu merupakan JAMAN KEBINATANGAN (Qs.27:83; Qs.30:42-44; Qs.57:17-18):
"Ari inyana TEU ARELING, yen HARITA TEH JAMAN NU GEUS KAASUP KANA JAMAN NYATA, JAMAN SATO pisan, meh kabeh JAMAN MANUSA ku SATO DIKAWASAANANA.
(Mereka sebenarnya TIDAK SADAR bahwa PADA WAKTU ITU JAMAN SUDAH MASUK KE DALAM JAMAN NYATA, benar-benar JAMAN BINATANG (kebinatangan), hampir semua JAMAN MANUSIA DIKUASAI oleh BINATANG).
Rd. Ngabehi Burhan Ronggo Warsito dalam "Serat Kolotidho" menyebut zaman ini sebagai "Jaman Edan."

Pesan 2 Orang Leluhur "Urang Sunda" Kepada
Presiden Megawati Soekarnoputri

Sehubungan dengan hal itu berikut ini adalah PESAN salah seorang Leluhur (Karuhun) "URANG SUNDA" – MAHARAJA NISKALA WASTU KANCANA (PRABU WANGISUTAH) – kepada PRESIDEN RI KE V, MEGAWATI SOEKARNOPUTRI:

Sampurasuun.......... [dijawab: Rampes].
Kasep incu Eyang sakabeh, punten nya Eyang ngaganggu ka haridep, wirehna ada sabaraha perkara anu peryogi ku hidep dipikanyaho. Ari Eyang geus ti kamari ngalanglang ka incu, ngan incu sigana mah keur carape........... [dijawab oleh penulis: abdi nuju puasa Ramadhan] -- nya heueuh sigana mah, katingal. [Ketika ditanya: Prabu Wangi ieu teh? Ia menjawab: Wangisutah].
Kaduana, ari Eyang ngahaja datang, heueuh.... da ka incu sahanteuna oge. Di hanteu-hanteu oge kaula mah teu tega lamun nempo incu anu inget ka karuhun teu dilanglang. Tah teu pantes kolot samodel kitu mah.
Hidep geus menang beja naon cenah?........[Penulis balik bertanya: Aya naon di Kawali teh?] Heueuh, ti mana hidep meunang beja? [Dijawab Penulis: Tina majalah, tina suratkabar].....Heueuh, geuning nyahoan hidep nya. Heueuh, tah kitu.........[Penulis bertanya: Aya kila-kila naon eta teh Eyang?].....ke heula, cicing.
Heueuh, eta teh hiji totonden, khususna ka sakumna bangsa kaula ti tatar Pasundan, yen nagara nu diancikan ieu, keur aya dina hiji kaayaan anu matak nguciwakeun. Naon sababna kitu? Kusabab ieu nagara arek dipareuncit. Getihna geus dikocorkeun. Hayangna the direreweg. huluna dipotong, buntutna dipotong, tengahna disasa-ak. Tah kitu saleresna nagara teh dikitu.
Tah jelema-jelema bu samodel kitu teh loba, di kidul loba, di kaler loba. Ngan eta jelema dina ngalaksanakeun pamaksudanana they baris menang.....naon hartina......heueuh, lawan anu kacida rongkahna. Tah eta hidep totonden anu didugikeun sakumna tatar Pasundan, supaya nyaraho yen nagara nu diarancikan ke haridep keur aya dina kaayaan bahaya.
Kumargi kitu, pek bejakeun ka......si geulis, ka si geulis, sing ati-ati dina mawa nagara..... Kade ulah poho kana.....naon hartina......nasehat karuhun. Ulah mopohokeun kana jasa-jasa karuhun.......... Jeung oge wayahna, bejakeun ka manehna, lamun iau nagara hayang bener. Lamun hayang nagara ia beunghar deui, wahayna kituh nya, eta munding-munding, munding-munding anu balalentuk, sapi-sapi anu balalentuk teh wayahna ulah dihucuhkeun teuing dalaharna teh kituh. Naon sababna? Embe-embe, hayam-hayam teu kabagean, komo marmot mah geus teu kabagean, bejakeun. Beak eta ku si munding, ku si sapi belentuk.
Tah, lamun nagara hayang benar kituh, tah eta sapi teh kandang-kandangkeun. Asupkeun kana kandang. Ulah sakaba-kaba ngaranjah ka ditu, ngaranjah ka dieu, atuh puguh anu leutik mah teu dahar. Tah bejakeun ka manehanana. Tah ti kolot kituh mere beja. Lamun henteu kitu mah, wah cilaka nagara teh. Moal nyesa. Bakal muncul rinyuh anu kacida lobana, moal bisa di.....naon hartina.....heueuh, moal beunang dihalangan tah.
Jeung bejakeun kitu nya, bejakeun....eta patilasan kaula [di Bogor], ulah dek dikoretkeun kituh ka rakyat kaula, ulah dek dikoretkeun, ulah, boh bisi kamatakeun, heueuh.....
Sigana mah ti Eyang ngan sakitu, punten rada galak Eyang. Mangga nya moal lami. Eyang bade ngetan heula aya peryogi. Manggaa.....manggaa..... Sampurasuun.
Terjemahannya:
Sampurasun..... [Dijawab: Rampes].
Kasep (Jawa: Cah bagus), cucu Eyang semua, maaf ya, Eyang mengganggu kepada kalian, sehubungan ada beberapa perkara yang perlu kalian ketahui. Sebenarnya Eyang dari sejak kemarin sudah datang menjenguk kepada cucu (kalian), hanya saja kalian kelihatan sedang letih [Penulis jawab: Kami sedang puasa Ramadhan], ya kelihatannya demikian, sedang letih. [Penulis bertanya: Apakah ini Prabu Wangi? Ia menjawab] Wangisutah.
Yang kedua, alasan Eyang sengaja datang, ya, namanya juga kepada cucu. Bagaimana pun juga Eyang merasa tidak tega kalau melihat cucu yang ingat kepada leluhur kemudian tidak dijenguk. Tidak pantas orangtua semacam itu.
Engkau telah mendapat khabar, apa itu? [Penulis bertanya: Ada peristiwa apa Eyang di Kawali?] Ya, dari mana engkau mendapat berita? [Dijawab: Dari majalah, dari suratkabar]....Engkau ternyata telah mengetahui. Begitulah.....[Ditanya: Ada tanda-tanda apa Eyang?] .........Sebentar, diam dulu.
Benar, itu merupakan tanda-tanda (isyarat), khususnya kepada semua bangsa Eyang di wilayah Pasundan, bahwa negara yang sedang dihuni saat ini sedang ada dalam satu keadaan yang sangat mengecewakan. Apa sebabnya begitu? Sebab negara ini akan mereka sembelih. Darahnya sudah dialirkan. Keinginan mereka [negera ini] dihancurkan. Kepalanya dipotong, ekornya dipotong, bagian tengahnya dirusak.
Begitulah sebenarnya keadaan negara kita dibuat begitu. Orang-orang yang semacam itu banyak, di selatan banyak, di utara banyak. Hanya saja orang-orang tersebut dalam melaksanakan maksudnya itu akan mendapat lawan yang sangat kuat juga. Walhasil perbuatan orang-orang tersebut akan menimbulkan suatau kerusakan (penderitaan/kerugian) yang sangat hebat kepada negara. Itulah isyarat yang disampaikan oleh semua wilayah Pasundan, supaya kalian (mereka) mengetahui bahwa negara yang sedang dihuni oleh kalian sedang ada dalam keadaan bahaya.
Oleh sebab itu, segera beritahukan kepada........ si geulis (cah ayu – Presiden Megawati Soekarnoputri), harus berhati-hati dalam membawa negara.....ingat, jangan sampai lupa kepada nasihat leluhur. Jangan melupakan jasa-jasa para leluhur......Juga beritahukan kepadanya, kalau negara ini ingin benar, kalau negara ini ingin kaya-raya kembali, hendaknya kerbau-kerbau, kerbau-kerbau yang perutnya buncit (besar), sapi-sapi petutnya buncit, makannya jangan dibiarkan bebas. Apa sebabnya? Kambing-kambing, ayam-ayam tidak kebagian, apalagi marmot sudah tidak kebagian, beritahukan. Itu habis oleh si kerbau, oleh si sapi buncit!
Nah, kalau negara ingin benar, sapi tersebut harus dimasukkan ke dalam kandang semuanya. Masukkan ke dalam kandang. jangan sebebasnya menjarah ke sana, menjarah ke sini, sehingga akibatnya yang kecik tidak [kebagian] makan.
Nah, beritahukan kepadanya, bahwa dari orang tua (leluhur) memberi khabar. Kalau tidak begitu maka celaka negara ini. Tidak akan tersisa, akan muncul rayap yang sangat banyak, akibnatnya rumah (nagara) ini tidak akan dapat diselamatkan, akan runtuh nampaknya, sebab muncul rayap banyak sekali, tidak akan bisa dihalangi.
Dan beritahukan juga [kepadanya], beritahukan bahwa patilasan Eyang [yang di Bogor] jangan dikikirkan kepada rakyatku (jangan melarang rakyak yang ingin berziarah/berkunjung), jangan, supaya tidak berakibat buruk.
Dari Eyang hanya sekian, maaf Eyang agak galak. Permisi, Eyang tidak lama, Eyang akan pergi ke timur ada keperluan.... Permisi.... permisi..... Sampurasuun.
Tidak lama kemudian datang lagi leluhur lainnya, yaitu RADEN WALANGSUNGSANG -- putra PRABU SILIWANGI, cucu PRABU WANGISUTAH -- Pendiri Kesultanan Cirebon, yang lebih dikenal dengan sebutan PANGERAN CAKRABUANA.
Assalamu 'alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatu
Kumaha Jang, calageur? Ia Eyang nu katelah WALANGSUNGSANG. Heueuh, saha bieu Jang? [Dijawab: Eyang Wangisutah]. Karuhun urang. Naon cenah nu didugikeunana? [Dijawab: Perkawis totonden nagara]......Muhin, muhun, muhun......
Tah eta teh ngarupikeun hiji tanda, yen karuhun urang masih ngaku ka urang, sok sanajan mantenna mah, heueuh, kapan mun ceuk urang mah jalma kafir, tapi da manehana mah, heueuh, geus aya dina hiji maqomna nu baheula, geus kitu kuduna meureun.
Ku sabab naon? Ny Kawasa teu acan waktosna nempatkeun mantenna dina maqom-maqom Kanjeng Nabi Muhammad, beda sareng urang. Ari urang mah, Alhamdulillah, muji syukur ka Nu Kawasa, tah, kusababna urang mah dongkapna ka ieu dunya teh bari dipasihan, naon hartina, dipasihan taopek hidayah. sehingga urang ngangken ka Nu Kawasa, anu disebat ceuk elmu Taohid mah, ALLAH RABBUL 'IZZATI.
Saleresna mah kaula ti tatadi oge aya di dieu, ngabaturan pun Eyang. Tah, naon nu ngajadikeun tadi, pepeling ka diri urang sadaya, khususna ka nu ngageugeuh iau nagara, kaula hayang negeskeun, yen eta pepeling teh lain ngan saukur pepeling, tapi ngarupakeun hiji peringetan. Lamun wae eta peringetan eta teh dianggap.....heueuh, naon nya....dianggap barang nu euweuh gunana, eta ngarupakeun hiji kabodoan. Kusabab karuhun mah, poma nya, heueuh, nu kasebatkeunana geus lain alamna, teu buruh nanaon, teu hayang nanaon, ngan hayang nempo incu, incu-putu aya dina kahadean, aya dina kabagjaan hirup di dunya.
kaula ningali dina kaayaan wangkit kiwari, iau nagara dibeneran (dibenerkeun) teh lain benar, heueuh, disapuan teh lain beresih, kalahka kotor. naon sababna kitu? Nu kahiji, anu bebenerna teh, jalma teh, nya jalma nu teu belener. hayang ngabebenae imah, hayang ngabebener tajug, cenah mah baheula mah meureun kitu, ngan eta jelema teh belegug, bodo! Bodo manehna teh. Yen meureun ceuk manehanana mah , nya, jalma bodo teu nyaho [cara] nyieun imah, teu nyaho [cara] nyieun tajug, bisa nyieun tajug cenah padahal teu kitu, da kudu ku elmuna. Geus kudu ku elmuna oge kudu ku hatena, lamun hatena hayang ngieun imah [pasti] bakal jadi imah, lamun hatena saukur hayang ngarobah-robah imah, nya [pasti] imah jadi robah, tah kitu.
YAA ALLAAH, YAA GHAFFAAR, YAA SATTAAR. Mugi Gusti ngahapunten ka anak incu abdi, mugi Gusti ngiatan kana hatena, mebener kana talajakna, mikanyaah ka bangsana. Ku sabab Eyang ningali ia jaman teh, geuning jaman mikanyaah teh ngan saukur kalangkah, dan nu sabenerna mah lain saling mikanyaah jelema teh, hayang siling (silih) reweg, hayang siling (silih) reweg wae.
Geus teu pantes sabenerna mah, geus teu pates deui jalma samodek kitu, ongkoh daek solat, jumpal-jumpalik..... dina naon nya nu kararitu teh, tah dinu kitu [tangan mediator menunjuk permadani] sama, ceuk aing baheula mah, samak. Heueuh na samak. Samak maraneh mah aralus sigana mah........ Jumpal-jumpalik dina samak, nepi ka bodol meureun samana oge nya. Turun tina samak nyokot sandal batur....., nyokot sandal batur, geus puguh sendalna (senda manehna) mah,.....dijual, tah geus ngajual teh, balikna teh nyokot beas batur geus puguh. Tah kitu jelema ayeuna mah.
Rek kumaha ia [nagara] teu rek ruksak, ku sabab jelema teh teu bisa ngajaga kana nafsu, nafsu beuteung, nafsu beuteung anu kuat, talajak teh, heueuh, disurupkeun kana beuteungna. Ari kuduna mah beuteungna teh kudu disueupkeun kana hatena supados, naon....., supados beuteung teh henteu dagawayah, henteu sakama-kama diasupan barang-barang anu teu bener. Tah kitu........
[Penulis bertanya: Manawi aya pesen (amanat) kanggo Cirebon?] Ka urang Cirebo nya. Tah di Cirebon, bejakeun kituh......dina hiji waktu mah....baris ngadeg deui, ngadeg deui nagara kaula, barus ngadeg deui nagara kaula..........
[Penulis bertanya lagi: Dupi Banten kumaha?] Pakulonan nya.... Pakulonan....ke Pakulonan....... Pakulonan mah rada hese sigana mah.....rada hese.....ke pandeuri, meureun.....nuturkeun ke Cirebon sigana mah. Heueuh sing salabar heula-anan kituh, salabar...... sabab naon? Sab geus kieu nagarana yeuh, boro-boro mikiran orang wetan jeung urang kulon, urang dieu oge yeh pada bararingung sigana mah.......
Aya naon deui Jang [nu rek ditanyakeun]?.....[Dijawab: Manawi aya pesen (amanat) kanggo abdi duaan.
Heueuh jang maraneh duaan. Heueuh, sing getol puasa nya engke dinten Kemis, dinten Kemis, eta teh sae jangan haridep........[Dijawab: Ayeuna nuju puasa Ramadhan]....... Muhun engkena, engke dinten Kemis,......Kemis, eta teh sae, pek ngawirid dinten Kemis, Senen....[Penulis menangggapi: Abdi sok ngalaksanakeun puasa Senen-Kemis] Heueuh sae teh, engke oge aya karaosna, aya karaosna, moal rugel, moal-moal........
Heueuh kitu we nya, Eyang rek wangsul. mangga.......Assalamu 'alaykum.
Terjemahannya:
Assalamu 'alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh.
Bagaimana Jang sehat semua? Ini Eyang, yang disebut Walangsungsang. Siapa yang baru saja datang Jang? [Dijawab: Eyang Wangisutah]. Leluhur kita. Apa yang telah disampaikannya? [Dijawab: tanda-tanda tentang negara]....Benar....benar....benar....
Itu adalah merupakan satu tanda bahwa leluhur kita masih mengakui kita, walaupun dirinya, kalau menurut kita ia orang kafir, akan tetapi diri beliau itu telah ada dalam satu maqamnya yang dahulu, sudah begitu seharusnya berangkali.
Apa sebabnya? Barangkali Yang Maha Kuasa belum waktunya menempatkan dirinya dalam maqam-maqam Kanjeng Nabi Muhammad, berbeda dengan kita. Kalau kita, Alhamdulillah, memuji syukur kepada Yang Maha Kuasa, sebab datangnya kita ke dunia ini sambil diberi taufik hidayah sehingga kita beriman kepada Yang Maha Kuasa, yang menurut ilmu Tauhid disebut ALLAH RABBUL 'IZZATI.
Sebenarnya dari sejak tadi juga saya telah ada di sini menemani Eyang (kakek) saya. Nah, apa yang menjadikan tadi merupakan peringatan kepada diri kita semua, khususnya kepada yang menguasai negara ini, saya ingin menegaskan, bahwa peringatan tersebut bukan segedar merupakan peringatan biasa melainkan benar-benar merupakan satu peringatan. Kalau saja peringatan itu dianggap barang yang tidak ada gunanya, hal itu merupakan satu kebodohan.
Sebabnya, yang disebut LELUHUR itu namanya juga sudah lain lagi alamnya, tidak membutuhkan apa pun, tidak menginginkan apapun juga, melinkan hanya ingin melihat anak-cucu ada dalam kebaikan, ada dalam kebahagian hidup di dunia.
Saya melihat keadaan pada wkatu sekarang, negara ini dibetulkan bukannya menjadi betul, disapu bukannya menjadi bersih malahan menjadi kotor. Apa sebabnya demikian? Yang pertama, yang memperbaikinya adalah orang-orang yang tidak benar. Ingin membetulkan rumah, ingin membetulkan tajug (surau) – demikian barangkali dulu – hanya saja orang-orang itu tolol, bodoh! Orang itu bodoh. Barangkali menurut mereka, yaa orang bodoh yang tidak tahu cara membuat rumah, ttidak tahu cara membuat tajug (surau), katanya bisa membuat tajug (surau), padahal tidak demikian, sebab harus dengan ilmunya. Selain harus dengan ilmunya juga harus dengan hatinya, kalau hatinya ingin membuat rumah bakal menjadi rumah, tetapi kalau hatinya hanya ingin sekedar mengubah-ubah rumah, yaa rumah pun menjadi berubah, begitulah...
YAA ALLAH, YA GHAFFAR, YA SATTAAR. Semoga Tuhan menaafkan anak-cucu saya, semoga Tuhan memperkuat hatinya, membetulkan perbuatannya, menyayangi bangsanya. Sebab Eyang melihat zaman ini merupakan zaman dimana kasih-sayang hanya sekedar merupakan bayangan belaka, karena yang sebenarnya manusia bukan saling menyayangi melainkan menginginkan saling jarah (rebut), menginginkan saling jarah (rebut) saja.
Sebenarnya sudah tidak pantas, sudah tidak pantas manusia semacam itu. Padahal mereka suka shalat....berjumpalitan di atas.... apa namanya yang seperti ini? Berjumpalitan di atas yang seperti ini [mediator menunjuk karpet], dulu saya menyebutnya tikar, yaa di atas tikar! Kelihatannya tikar kalian bagus..... rajin melaksanakan shalat di atas tikar, sampai-sampai tikarnya rusak. Akan tetapi begitu turun dari tikar lalu mengambil sandal milik orang lain, mengambil sandal orang lain, tentunya juga sandalnya sendiri,..... dijual, lalu setelah dijual pulangnya mengamil beras milik orang lain. Nah seperti itu keadaan orang-orang sekarang.
Oleh karena itu bagaimana negara ini tidak akan rusak, sebab manusia tidak bisa menjag nafsu, nafsu perut, nafsu perut yang kuat, kelakuan diselaraskan dengan [keinginan] perutnya. Seharusnya perutnya diselaraskan kepada hatinya supaya perut jangan sembarangan, tidak sembarangan diisi barng-barang yang tidak benar. Begitu...........
[Penulis bertanya: Barangkali ada pesan (amanat) untuk Cirebon?] Untuk orang Cirebon.... Di Cirebon, beritahukan bahwa pada suatu waktu....... bakal berdiri lagi, berdiri lagi negara saya, bakal berdiri lagi negara saya.....
[Ditanya lagi: kalau Banten bagaimana?] Pakulonan ya? Pakulonan....sebentar,.....Pakulonan nampaknya agak susah kelihatannya.....agak susah.....nanti belakangan.....mengikuti Cirebon kelihatannya. Yaa, katakan kepada mereka agar bersabar saja dulu, apa sebabnya? Sebab sudah begini keadaan negara saat ini, jangankan memikirkan orang timur dan orang barat, orang sini juga nampaknya sedang kebingungan.....
Ada [pertanyaan] apa lagi Jang? [Dijawab: barangkali ada pesan (amanat) untuk kami berdua]. Ya, untuk kalian berdua, hendaknya rajin berpuasa nanti pada hari Kamis, hari Kamis, itu sangat baik bagi kalian berdua....[Dijawab: Kami sekarang sedang berpuasa Ramadhan]. Ya nanti, har Kami nanti, ....Kamis, itu bagus, siakan melakukan wirid pada hari Kamis, Senin. [Penulis menanggapi: Saya suka melaksanakan puasa Senin-Kamis]. Yaa itu bagus, nanti juga ada yang terasa, ada yang dirasakan, tidak akan rugi, tidak, tidak.......
Nah, begitu saja, Eyang akan pulang, permisi........Assalamu 'alaykum.
Pesan kedua Leluhur "Urang Sunda" tersebut disampaikan keduanya pada malam Minggu jam 21.00, tgl. 25 November 2001, sehubungan dengan pemberitaan terjadinya angin taufan yang melanda daerah Kecamatan Kawali, sehingga menimbulkan kerusakan pada rumah-rumah penduduk, bahkan pohon-pohon besar yang terdapat situs bersejarah Astana Gede banyak yang tumbang (Kompas, Sabtu, 24 Nov 2001).

 Akibat telah berlakunya JAMAN SATO (JAMAN KEBINATANGAN) itulah sehingga GERAKAN "REFORMASI" yang kemudian memunculkan DEMOKRASI – sebagaimana yang diinginkan oleh NEGARA-NEGARA BARAT -- telah membuat SITUASI menjadi SEMAKIN TIDAK TERKENDALI. Begitu tidak terkendalinya sampai-sampai PEMERINTAH DAERAH TK II (KABUPATEN) DAPAT "MENUTUP" (MEMBEKUKAN) KEGIATAN SEBUAH ORGANISASI KEAGAMAAN (MUSLIM) YANG KEBERADAANNYA DIAKUI OLEH DUNIA INTERNASIONAL yakni "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau JAMAAT AHMADIYAH.
 Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah Uga Wangsit Prabu Siliwangi sebelumnya:
56. Laju inyana NGAWUT-NGAWUT PIRANG-PIRANG DAPUR BATUR, majarkeun NEANGAN MUSUH, padahal ari inyana NYIAR-NYIAR PIMUSUHEUN, urangna masing WASPADA,
57. sabab ENGKENA ari inyana BAKAL NYARAM PAJAJARAN, HENTEU BEUNANG DIDONGENGKEUN, sabab ari inyana pisan SARIEUNEUN KANYAHOAN TEGESNA ari inyana pisan.
Terjemahannya:
56. Kemudian dia/mereka MEMPORAK-PORANDAKAN DAPUR-DAPUR MILIK ORANG LAIN, dengan dalih MENCARI MUSUH, padahal mereka MENCARI-CARI CALON MUSUH, kita harus WASPADA,
57. sebab nantinya mereka AKAN MELARANG [berdirinya] PAJAJARAN, TIDAK BOLEH DIKEMUKAKAN KISAHNYA, sebab mereka itu pada hakikatnya TAKUT KETAHUAN.

 Ada pun makna dari "TAKUT KETAHUAN" mengisyaratkan kepada berdirinya kembali "NAGARA PEJAJARAN ANYAR" (NEGARA PAJAJARAN BARU) yang DIPIMPIN oleh RATU ADIL, sehingga INSYA ALLAH di DUNIA akan BERLANGSUNG suatu PEMERINTAHAN yang PENUH KEADILAN, KESEJAHTERAAN, dan KEAMANAN.

 PERUBAHAN yang terjadi dalam kehidupan umat manusia sedemikian rupa keadaannya, seakan-akan tercipta LANGIT BARU dan BUMI BARU (Qs.14:49-52; Qs.39:70-71), atau seakan-akan YERUSALEM YANG BARU yang turun dari SURGA (Wahyu 21:1-8), karena segala sesuatunya berbeda dengan keadaan LANGIT NAMA dan BUMI LAMA yang penuh kedurhakaan kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya sebagaimana yang saat ini sedang berlangsung.

Berebut "Warisan"

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:

61. BUTA bakal jaradi WADAL, tina PAMOLAHNA SORANGAN, pasti BUKTI NA MANGSANA, NYATA mun GEUS KATEMBONG BUDAK ANGON, wanci datangna MANGSA LOBA NU RIBUT.
62. Mimiti RIBUT DI DAPUR, ti dapur laju SALEMBUR, salembur jadi SANAGARA, nu BODO JADI GARELO, nu GARELUT dibantuan BUDAK BUNCIREUNG kokolotna.
63. Nu matak GARELUT ROSA rosa pasti PAREBUT WARISAN, nu hawek HAYANG PANG LOBANA, nu teu hawek HAYANG LOBA, anu boga MARENTA TINA HAK BAGIANANA,
64. Ngan NU ARELING CICING, ngan ukur NGALALAJOANAN ngan sakadar KABARERANG. Nu garelut laju REUREUH, laju kakara arengeuh, TAYA NU MEUNANG BAGIAN,
65. sabab WARISAN KABEH PEREN, BEAKNA KU NU NYAREKEL, ku nu NYAREKEL GADEAN. BUTA-BUTA nyarusup, NU GELUT JADI KAREUEUNG ditempuhkeun LEUNGITNA NAGARA.
Terjemahan:
61. Para RAKSASA bakal menjadi TUMBAL oleh karena ULAH SENDIRI, pasti TERBUKTI pada waktunya AKAN NYATA kalau sudah terlihat "ANAK GEMBALA", saat DATANGNYA ZAMAN BANYAK YANG BERTENGKAR.
62. Mula-mula BERTENGKAR DI DAPUR, dari dapur menjadi SEKAMPUNG, dari sekampung menjadi SENEGARA, yang BODOH menjadi GILA, mereka yang BERKELAHI dibantu "ORANG YANG PERUTNYA BUNCIT/ORANG RAKUS" sebagai PENDUKUNGNYA.
63. Yang menjadi ALASAN BERKELAHI begitu hebatnya pasti BEREBUT WARISAN, yang RAKUS ingin yang PALING BANYAK. Yang TIDAK RAKUS [juga] INGIN BANYAK, yang TIDAK PUNYA meminta BAGIAN DARI HAKNYA.
64. Hanya saja mereka yang "ARELING" (sadar akan diri) diam, hanya MENONTON, hanya sekedar "kabarerang" (TERKENA AKIBAT BURUKNYA). Yang BERKELAHI kemudian semakin REDA, kemudian mereka mengetahui (menyadari), TIDAK ADA YANG MEMPEROLEH BAGIAN,
65. sebab WARISAN SEMUANYA HABIS, habis oleh YANG MEMEGANG "gadean" (barang jaminan), Para RAKSASA "nyarusup" (menyelinap masuk/bersembunyi), YANG BERKELAHI MENJADI TAKUT menjadi takut "katempuhan" (didakwa) HILANGNYA NEGARA.

Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain:

 Akibat DESAKAN yang sangat kuat dari MASYARAKAT yang sedang "MABUK DEMOKRASI" – melalui berbagai bentuk DEMONTRASI -- orang-orang yang melakukan KKN mulai DIADILI dan DIJATUHI HUKUMAN.

 PERTENGKARAN dan PERKELAHIAN dimulai dari MASALAH-MASALAH YANG SEPELE meluas menjadi MASALAH SARA, sehingga MENGANCAM KEUTUHAN KESATUAN BANGSA DAN NEGARA. Alasan sebenarnya terjadinya PERTENGKARAN dan PERKELAHIAN tersebut adalah BEREBUT WARISAN yakni SUMBER DAYA ALAM yang terdapat di berbagai WILAYAH (daerah), yang sebelumnya DIKUASAI oleh PEMERINTAH PUSAT.

 Pengesahan Undang-undang OTONOMI DAERAH bukan saja telah menyebabkan munculnya "RAJA-RAJA KECIL" atau "RAJA-RAJA DAERAH" yang berkeinginan MENGUASAI SEPENUHNYA seluruh potensi SUMBER DAYA ALAM -- termasuk penggundulan hutan dengan mengatas-namakan pembukaan perkebunan swasta -- yang ada di wilayah (daerah) mereka masing-masing, tetapi juga telah menyebabkan maraknya gerakan PEMEKARAN WILAYAH atau PEMEKARAN DAERAH yang DISPONSORI oleh pihak-pihak yang juga HAUS KEKUASAAN dan RAKUS KEKAYAAN, sehingga dapat menjurus kepada KERUNTUHAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

 Mengisyaratkan kepada KEMUNGKINAN RUNTUHNYA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA itulah perkataan Prabu Siliwangi berikut ini:
64. Ngan NU ARELING CICING, ngan ukur NGALALAJOANAN ngan sakadar KABARERANG. Nu garelut laju REUREUH, laju kakara arengeuh, TAYA NU MEUNANG BAGIAN,
65. sabab WARISAN KABEH PEREN, BEAKNA KU NU NYAREKEL, ku nu NYAREKEL GADEAN. BUTA-BUTA nyarusup, NU GELUT JADI KAREUEUNG ditempuhkeun LEUNGITNA NAGARA.
Terjemahannya:
64. Hanya saja mereka yang "ARELING" (sadar akan diri) diam, hanya MENONTON, hanya sekedar "kabarerang" (TERKENA AKIBAT BURUKNYA). Yang BERKELAHI kemudian semakin REDA, kemudian mereka mengetahui (menyadari), TIDAK ADA YANG MEMPEROLEH BAGIAN,
65. sebab WARISAN SEMUANYA HABIS, habis oleh YANG MEMEGANG "gadean" (barang jaminan), Para RAKSASA "nyarusup" (menyelinap masuk/bersembunyi), YANG BERKELAHI MENJADI TAKUT menjadi takut "katempuhan" (didakwa) HILANGNYA NEGARA).

Mencari "Budak Angon" (Anak Gembala)

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:

66. Laju NEANGAN BUDAK ANGON, nu saungna DI BIRIT LEUWI, dihateup ku HANDEULEUM, pantona BATU SATANGTUNG, ditihangan HANJUANG, BUDAK ANGON GEUS EUWEUH.
67. Ari inyana dek MENTA TUMBAL nya ka BUDAK ANGON tea, geus narindak babarengan jeung BUDAK JANGGOTAN mariang PINDAH BABAKAN, pindah ka LEBAK CAWENE.
68. Nu kasampak kari GAGAK, nyata GAGAKNA keur NGELAK, dina TUTUNGGUL". Eyang Prabu pok ngadawuh: "Geura ieu darengekeun, JAMAN BAKAL GANTI DEUI,"
69. "Nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui SAJAGAT, URANG SUNDA DISARAMBAT.
Terjemahan:
66. Kemudian mereka MENCARI BUDAK ANGON (anak gembala), yang gubuknya di "BIRIT LEUWI" (di pinggir lubuk/palung sungai), "DIHATEUP KU HANDEULEUM" (bagian atas gubuknya ditutup oleh handeuleum), "PANTONA BATU SATANGTUNG" (pintunya berupa sebuah batu) bertiangkan HANJUANG tetapi ANAK GEMBALANYA sudah TIDAK ADA.
67. Ada pun TUJUANNYA hendak MEMINTA "TUMBAL" (obat/sarana penyembuh) kepada ANAK GEMBALA, tersebut, tetapi IA SUDAH BERANGKAT (PERGI) bersama-sama dengan "BUDAK JANGGOTAN" (anak/remaja berjanggut) pergi BERPINDAH TEMPAT, pindah ke "LEBAK CAWENE" (LEMBAH PERAWAN).
68. Yang ditemukan hanya BURUNG GAGAK yang sedang berbunyi terus menerus di atas TUNGGUL POHON. Eyang Prabu [Siliwangi] selanjutnya berkata: "DENGARKANLAH ini oleh kalian, JAMAN AKAN BERUBAH LAGI,"
69. Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).

Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain:

 "BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) atau "URANG SUNDA" YANG BERANI yakni KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" (JEMAAT AHMADIYAH), yang sebelumnya oleh berbagai pihak DIUPAYAKAN untuk DIMUSNAHKAN KEBERADAANNYA, mereka akan DICARI-CARI untuk DIMINTA PERAN-SERTANYA membenahi KEADAAN NEGARA YANG KACAU-BALAU, akan tetapi "BUDAK ANGON" telah pergi bersama dengan "BUDAK JANGGOTAN" (ANAK/REMAJA BERJANGGUT) ke tempat lain.

 Sebelumnya telah dikemukakan bahwa makna "BUDAK JANGGOTAN SAJAMANG HIDEUNG" (REMAJA BERJANGGUT BERBAJU HITAM) dapat mengisyaratkan kepada MANTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KE 4, KH. ABDURRAHMAN WAHID. Pada masa pemerintahan KH. ABDURRAHMAN WAHID, berkat KARUNIA ALLAH TA'ALA, KHALIFATUL MASIH KE IV JEMAAT AHMADIYAH, MIRZA TAHIR AHMAD R.A., pada bulan Juli tahun 2000 telah BERKUNJUNG KE INDONESIA, dan telah melakukan KUNJUNGAN KEHORMATAN kepada PRESIDEN KH. ABDURRAHMAN WAHID dan kepada KETUA MPR RI, PROF. DR. H. AMIEN RAIS MA.
Ada pun yang menarik dari kunjungan IMAM JEMAAT AHMADIYAH SEDUNIA ke INDONESIA adalah terjadi pada SITUASI dan KONDISI DALAM NEGERI INDONESIA yang SECARA AKAL mustahil PIHAK PEMERINTAH akan memberi IZIN, sebagaimana halnya pada masa pemerintahan ORDE BARU. Namun Penulis dan rekan-rekan 3 bulan sebelum KUNJUNGAN BERSEJARAH tersebut terlaksana berulang kali mendapat khabar gembira yang datang dari "Dunia Karuhun (Leluhur)" bahwa, "ARANJEUN BAKAL KADATANGAN JALMA SUCI" (kalian akan kedatangan orang suci), dan khabar gembira tersebut menjadi kenyataan.

 PERTEMUAN antara kedua PEMIMPIN UMAT tersebut CUKUP UNIK, sebab selain keduanya adalah pemeluk AGAMA ISLAM, kedua PEMIMPIN UMAT itu pun ketika menjabat sebagai PEMIMPIN UMAT sama-sama menduduki JABATAN sebagai PEMIMPIN UMAT YANG KE 4, yakni sebagaimana halnya KH. ABDURRAHMAN WAHID adalah PRESIDEN RI yang ke IV, demikian pula MIRZA TAHIR AHMAD RA. ketika itu pun adalah KHALIFATUL MASIH yang ke IV.

 Pada saat KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" yakni JEMAAT AHMADIYAH di INDONESIA mengalami MAKAR BURUK dari PIHAK-PIHAK YANG MENENTANGNYA – yang mencapai puncaknya berupa PENYERANGAN KE PUSAT JEMAAT AHMADIYAH di Kemang – BOGOR pada tgl. 15 JULI 2005 -- MANTAN PRESIDEN RI ke IV, KH. ABDURRAHMAN WAHID adalah salah seorang dari sekian banyak TOKOH ISLAM dan TOKOH NASIONAL yang paling VOKAL dalam MEMBELA JEMAAT AHMADIYAH.

 Sebagai tanda kepedulian besar KHALIFATUL MASIH IV, MIRZA TAHIR AHMAD R.A. kepada NKRI – yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam – beliau dalam rangka KUNJUNGAN BERSEJARAH BELIAU KE INDONESIA telah menggubah sebuah SYAIR yang berjudul "JAYALAH INDONESIA." (Lihat Lampiran I).

 Perkataan Prabu Siliwangi mengenai kepindahan "BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) dan "BUDAK JANGGOTAN" (Anak/Remaja Berjanggut) ke "LEBAK CAWENE" (LEMBAH PERAWAN) dapat mengisyaratkan kepada semakin eratnya "kerjasama dalam kebaikan dan takwa" (Qs.5:3) antara "KOMUNITAS MUSLIM BUDAK JANGGOTAN" (Nahdlatul Ulama/NU) dengan "KOMUNITAS MUSLIM BUDAK ANGON" (Jemaat Ahmadiyah), walau pun dalam beberapa hal antara kedua "komunitas" UMAT ISLAM tersebut terdapat perbedaan pemahaman.

 Prabu Siliwangi berkata: "......geus narindak babarengan jeung BUDAK JANGGOTAN mariang PINDAH BABAKAN, pindah ka LEBAK CAWENE. (ia sudah berangkat bersama-sama dengan "BUDAK JANGGOTAN" (anak berjanggut) pergi PINDAH TEMPAT TINGGAL, pindah ke "LEBAK CAWENE" (LEMBAH PERAWAN).
"Lebak Cawene" (Lembah Perawan) dapat mengisyaratkan kepada "keadaan suasana hati yang baru" di antara dua "Komunitas Muslim" (Nahdlatul Ulama dan Jemaat Ahmadiyah), sebab pada hakikatnya kedua Komunitas Muslim tersebut merupakan "saudara kandung" yakni Saudara Seagama. Ketika Jemaat Ahmadiyah mendapat berbagai hujatan dari berbagai pihak, yang tampil membela Jemaat Ahmadiyah adalah tokoh-tokoh Muda Islam dari Nahdlatul Ulama (NU), di antaranya DRS. ULIL ABSHAR ABDALLAH.

Burung Gagak

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata: ".... Nu kasampak kari GAGAK, nyata GAGAKNA keur NGELAK, dina TUTUNGGUL". (Yang dijumpai hanya BURUNG GAGAK yang sedang berbunyi terus menerus di atas TUNGGUL POHON)."

 Cerita tentang BURUNG GAGAK terdapat dalam Al-Quran, yaitu sehubungan dengan kisah PENGORBANAN yang dipersembahkan oleh 2 ORANG ANAK ADAM, tetapi Allah Ta'ala HANYA MENGABULKAN PENGORBANAN dari salah seorang di antara keduanya, sehingga menyebabkan saudaranya melakukan PEMBUNUHAN karena merasa DENGKI dan MARAH terhadap SAUDARANYA YANG PENGORBANANNYA DIKABULKAN OLEH ALLAH TA'ALA (Qs.5:28-33).

 "BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) atau "URANG SUNDA" YANG BERANI atau KOMUNITAS MUSLIM "NEGARA PAJAJARAN ANYAR" pun memiliki PERSAMAAN dengan nasib baik ANAK ADAM yang PENGORBANANNYA DIKABULKAN (DITERIMA) OLEH ALLAH TA'ALA, sehingga akibatnya KOMUNITAS MUSLIM "BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) tersebut DI SELURUH DUNIA senantiasa menghadapi UPAYA PEMBUNUHAN dari SAUDARA-SAUDARA SEAGAMANYA, semata-mata karena RASA DENGKI (Qs.15:12; Qs.36:31-33; Qs.43:8), seperti KEDENGKIAN yang diperagakan oleh IBLIS terhadap ADAM (KHALIFAH ALLAH), atau seperti KEDENGKIAN yang diperagakan oleh SAUDARA-SAUDARA TUA NABI YUSUF A.S. terhadap NABI YUSUF A.S..

 Upaya-upaya PEMBUNUHAN yang dilakukan PIHAK-PIHAK YANG MEMUSUHI KOMUNITAS MUSLIM "BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PEJAJARAN ANYAR" tersebut telah mendapat respons negatif dari Allah Ta'ala berupa ditimpakan-Nya berbagai macam AZAB, di antaranya adalah PERANG DUNIA I dan PERANG DUNIA II, sebagaimana diisyaratkan oleh Prabu Siliwangi dalam ungkapan "GARUDA MEGARKEUN ENDOGNA" (Burung garuda menetaskan telornya) berkenaan dengan dijatuhkannya BOM ATOM oleh PESAWAT PEMBOM pasukan AMERIKA SERIKAT atas kota HIROSHIMA dan kota NAGASAKI di JEPANG, yang menyebabkan berakhirnya PERANG DUNIA KE II:
40. Laju aya hawar-hawar ti tungtung SAGARA KALER, ngaguruh jeung ngageleger GARUDA MEGARKEUN ENDOGNA, GENJLONG SAAMPARAN JAGAT, di urang rame nu MANGPRING.
41. PRANGPRING SABULU-BULU GADING, kumpul KUNYUK ting rumpuyuk TURUNAN URANG NGARAMUK, ngaramuk TEU JEUNG ATURAN, loba nu paraeh pisan, NU PARAEH TANPA DOSA.
42. Musuh dijarieun batur, batur dijarieun musuh, mengadak lobana PANGKAT, MARENTAH SIGA NU EDAN, nu bingung tambah baringung, BUDAK SATEPAK JARADI BAPA.
43. Nu ngaramuk tambah rosa, ngaramuk teu pilih bulu, nu barodas dibuburak, nu hideung disieuh saheng buana urang ku sabab nu ngaramukna.
44. Teu beda reujeung tawon du dipalengpeng sayangna, sanusa dijieun jagal, tapi kaburu disapih, nu nyapihna URANG SEBRANG, laju ngadegna deui RAJA.
Terjemahannya:
40. Kemudian terdengar sayup-sayup di ujung LAUTAN SEBELAH UTARA "NGAGURUH JEUNG NGAGELEGER" (suara menderu keras dan menggelegar) BURUNG GARUDA MENETASKAN TELURNYA, GEMPAR SELURUH DUNIA, di [kawasan] kita ramai yang "MANGPRING" (berperang melawan penjajah).
41. PRANG-PRING SABULU-BULU GADING, (mengamuk/melawan penjajah), KUMPULAN KERA berjatuhan lemas, keturunan kita semuanya mengamuk, MENGAMUK TIDAK DENGAN ATURAN, sehingga BANYAK YANG MATI, yang mati TANPA DOSA.
42. MUSUH dijadikan TEMAN, TEMAN dijadikan MUSUH, mendadak BANYAK PANGKAT (jabatan), MEMERINTAH SEPERTI ORANG GILA, yang bingung menjadi semakin bingung, "BUDAK SATEPAK JARADI BAPA" (anak masih ingusan menjadi penguasa/majikan) .
43. Yang mengamuk bertambah hebat, mengamuk dengan tanpa pilih bulu, "NU BARODAS" (yang putih) DIUSIR, "NU HIDEUNG" (yang hitam) "DISIEUH SAHENG BANGSA URANG" (bangsa kita diacak-acak dan dibikin ribut), sebab yang mengamuknya,
44. tidak berbeda dengan TAWON YANG SARANGNYA DILEMPAR, senusa (tanah air) dijadikan JAGAL (tempat pembantaian), tetapi keburu dilerai, yang melerainya BANGSA SEBRANG (asing), kemudian berdirinya lagi RAJA.

 Mengisyaratkan kepada PERANG DUNIA itu pulalah ungkapan perkataan Prabu Siliwangi berikut ini:
68. "..................Geura ieu darengekeun, JAMAN BAKAL GANTI DEUI,
69. nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, GENJLONG deui SAJAGAT, URANG SUNDA DISARAMBAT."
Terjemahannya:
68. .........DENGARKANLAH ini oleh kalian, JAMAN AKAN BERUBAH LAGI,"
69. Yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE TELAH MELETUS, disusul oleh TUJUH GUNUNG, GEMPAR LAGI SEANTERO DUNIA, ORANG SUNDA bakal "DISARAMBAT" (DIHARAPKAN PERAN-SERTANYA).
Kemungkinan besar yang dimaksudkan oleh Prabu Siliwangi adalah PERANG DUNIA KE III atau PERANG NUKLIR (Qs.52:8-17; 56:2-7; Qs.70:2-19; Qs.104:2-10, lihat Bible: II Peterus 3:1-16; Wahyu 10:1-10), sebab dalam kenyataannya sekalipun umumnya UMAT MANUSIA telah diperingatkan oleh ALLAH TA'ALA dengan PERANG DUNIA I dan PERANG DUNIA II serta telah dihujani dengan berbagai bentuk AZAB, akan tetapi mereka tetap saja mereka berupakan MELAKUKAN UPAYA "PEMBUNUHAN" terhadap MISSI SUCI BUDAK ANGON dan KOMUNITASNYA yakni mereka MELARANG BANGKITNYA KEMBALI KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR", yakni JEMAAT AHMADIYAH yang didirikan oleh RATU ADIL atau IMAM MAHDI A.S. atau AL-MASIH MAU'UD A.S. (AL-MASIH YANG DIJANJIKAN A.S. – yakni MIRZA GHULAM AHMAD A.S. (Qs.43:58; Qs. 61:10; Qs.62:3-5).
 Respon negative Allah Ta'ala terhadap pendustaan dan penentangan yang dilakukan para penentang RATU ADIL -- IMAM MAHDI A.S. berupa ditimpakannya berbagai bentuk azab dahsyat yang sangat banyak memakan korban jiwa – contohnya peristiwa Tsunami yang melanda Daerah Istimewa Aceh pada bulan Desember 2006 yang kemudian disusul oleh gempa bumi di Daerah Istimewa Yogyakarta beberapa bulan kemudian – sesuai dengan firman Allah Ta'ala berikut ini, yang merupakan lanjutan kisah 2 orang putra Adam (Kain dan Habel) dan burung gagak sebelumnya:
مِنْ أَجْلِ ذَلِكَ كَتَبْنَا عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنَّهُ مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنَاتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ فِي الْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ(32)
Oleh sebab itu Kami menetapkan bagi Bani Israil bahwasanya barangsiapa membunuh seseorang sedangkan orang itu tidak pernah membunuh orang lain atau telah mengadakan kerusakan di muka bumi, maka seolah-olah ia membunuh sekalian manusia. Dan barangsiapa menyelamatkan nyawa seseorang maka ia seolah-olah menghidupkan seluruh manusia. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan Tanda-tanda yang nyata kemudian sesungguhnya kebanyakan mereka sesudah itu melam[aui batas di bumi. (Al-Maa-idah, 33).
Sudah dapat dipastikan bahwa yang diimaksud dengan "SESEORANG" yang dengan membunuhnya atau menyelamatkannya seolah-olah telah membunuh seluruh manusia atau menghidupkan seluruh manusia adalah RASUL ALLAH, sebab seluruh kisah para Rasul yang tercantum dalam Al-Quran membuktikan, bahwa akibat pendustaan dan penentangan yang dilakukan oleh para pemuka kaum yang durhaka Allah Ta'ala dan terhadap Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka maka Allah Ta'ala telah membinasakan seluruh kaum tersebut (Qs.6:132; Qs.11:118; Qs.17:16-17; Qs.20:135; Qs.22:46; Qs.28:59-60).
Kedurhakaan Bani Israil kepada Nabi Daud a.s. dan terhadap Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. telah menyebabkan kedua Rasul Allah tersebut mengutuk orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil (Qs.5:79; Qs.3:88; Qs.4:48), sehingga mengakibatkan Allah Ta'ala telah mengusir secara hina orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil tersebut dari Palestina (Yerusalem) dua kali, pertama melalui penyerbuan dahsyat Raja Nebukadnezar dari kerajaan Babilonia dan yang kedua kali oleh penyerbuan dahsyat Titus dari kerajaan Romawi (II Raja-raja 25:1-21; Matius fs 23:1-39 & 24:1-28; Qs.17:5-11; Qs.2:259). Selanjutnya Allah Ta'ala:
إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا أَنْ يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ مِنْ خِلَافٍ أَوْ يُنْفَوْا مِنَ الْأَرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ(34)إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا مِنْ قَبْلِ أَنْ تَقْدِرُوا عَلَيْهِمْ فَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ(35)
Sesungguhnya BALASAN bagi ORANG-ORANG YANG MEMERANGI ALLAH dan RASUL-NYA dan berdaya upaya mengadakan KERUSAKAN DI BUMI bahwasanya mereka DIBUNUH atau DISALIB atau DIPOTONG TANGAN dan KAMI MEREKA disebabkan oleh permusuhan mereka atau mereka DIUSIR DARI NEGERI. Hal itu adalah PENGHINAAN BAGI MEREKA DI DUNIA ini, dan DI AKHIRAT pun mereka akan mendapat AZAB YANG BESAR, kecuali mereka yang bertaubat sebelum kamu berkuasa atas mereka. Maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (Al-Maaidah, 34-35).
Sunnatullah tersebut berlaku pula bagi UMAT ISLAM ketika mereka mendustakan dan menentang MISAL NABI ISA IBNU MARYAM A.S., atau IMAM MAHDI A.S. atau ALMASIH MAU'UD A.S. atau RATU ADIL yang memimpin "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" – yakni MIRZA GHULAM AHMAD A.S., PENDIRI JEMAAT AHMADIYAH – oleh karena itu TERLEPASNYA PALESTINA DARI KEKUASAAN UMAT ISLAM DI TIMUR TENGAH pada tahun 1948 merupakan suatu bentuk PENGUSIRAN yang dilakukan ALLAH TA'ALA terhadap UMAT ISLAM (Bani Ismail), sebagaimana yang telah dilakukan pula terhadap ORANG-ORANG YAHUDI ketika mereka berusaha membunuh NABI ISA IBNU MARYAM ISRAILI A.S. melalui PENYALIBAN.

Makna "Urang Sunda"

 Ada pun makna dari ungkapan "URANG SUNDA DISARAMBAT" pada hakikatnya mengisyaratkan kepada "URANG SUNDA" YANG BERANI atau KOMUNITAS MUSLIM "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" yakni JEMAAT AHMADIYAH, karena PERKEMBANGAN HIZBULLAH yang hakiki tersebut di wilayah NUSANTARA ini memiliki HUBUNGAN YANG SANGAT ERAT sangat erat dengan "URANG SUNDA" (ORANG SUNDA) dan "BUMI PASUNDAN" (Jawa Barat).
Berikut ini adalah beberapa bukti hubungan erat antara JEMAAT AHMADIYAH dengan "URANG SUNDA" (ORANG SUNDA) dan "BUMI PASUNDAN" :
1. Kedatangan MISSI JEMAAT AHMADIYAH ke NUSANTARA adalah atas PERMINTAAN 3 ORANG PELAJAR lulusan SUMATERA THAWALIB, yang dengan karunia Allah Ta'ala ketiganya menjadi MURID-MURID IMAM MAHDI A.S. atau AL-MASIH MAU'UD A.S., yakni MIRZA GHULAM AHMAD A.S., Pendiri JEMAAT AHMADIYAH.
Ketiga "ORANG MINANG" yang memperdalam AJARAN ISLAM (Al-QURAN) di QADIAN tersebut adalah: (1) Abu Bakar Ayyub, (2) Ahmad Nurdin, dan (3) Zaini Dahlan, ketiganya kemudian menjadi MUBALLIGH JEMAAT AHMADIYAH, bahkan Maulana Abu Bakar Ayyub HA. pernah ditugaskan oleh IMAM JEMAAT AHMADIYAH sebagai Muballigh JEMAAH AHMADIYAH di NEGERI BELANDA. Mereka berangkat dari bulan Desember 1922 dari Sumatera melalui Medan menuju ke India. Mereka menjadi pelajar di Madrasah Ahmadiyah pada akhir th. 1923.
2. Sampai dengan pertengahan bulan Juli 1924 sudah ada 19 orang pemuda asal Sumatera yang belajar di Madrasah Ahmadiyah, Qadian. Pada suatu acara pertemuan dengan IMAM JEMAAT AHMADIYAH mereka sepakat meminta agar IMAM JEMAAT AHMADIYAH saat itu yakni MIRZA BASYIRUDDIN MAHMUD AHMAD R.A., KHALIFATUL MASIH II -- yang baru saja melakukan Kunjungan Kerja ke EROPA -- berkenan pula mengadakan Kunjungan Kerja ke ASIA TENGGARA, khususnya ke NUSANTARA.
3. Permintaan ketiga pelajar asal Sumatera Barat tersebut mendapat sambutan positif dari Khalifatul-Masih II, yaitu pada bulan Agustus 1924 mengirimkan seorang Muballigh Markazi (Muballigh Pusat) yang bernama Maulana RAHMAT ALI HA.OT.. Setelah melalui perjalanan panjang melalui darat dan laut akhirnya pada tgl. 2 Oktober 1925 Muballigh Jemaat Ahmadiyah tersebut mendarat di TAPAKTUAN, yang terletak di pinggir pantai selatan wilayah ACEH. Pada peristiwa TSUNAMI yang meluluh-lantakkan seluruh wilayah pantai barat Propinsi Aceh yang terkadi pada bulan Desember 2004, kota TAPAKTUAN SELAMAT dari peristiwa DAHSYAT banyak menelan korban jiwa dan harta yang sangat banyak tersebut.
4. Da'wat Ilallah yang dilakukan Maulana Rahmat Ali HA.OT. mendapat sambutan positif dari masyarakat TAPAKTUAN, pada tgl. 9 Juni 1926 ada 4 orang pemuda asal Tapak Tuan yang kemudian berangkat ke Qadian untuk memperdalam pengetahuan tentang agama Islam (Al-Quran) mereka Salah seorang di antara mereka, bernama Abdul Wahid, setelah berhasil meraih gelar Honour of Arabic (HA) dan Syaahid (Sy), oleh Imam Jemaat Ahmadiyah telah diangkat sebagai Muballigh Markazi pertama yang bukan berasal dari wilayah India. Ia kemudian menikah dengan seorang GADIS SUNDA dari kota Garut – JAWA BARAT.
5. Maulana Rahmat Ali HA.OT. tidak tinggal lama di TAPAKTUAN sebab sepeninggal keempat pemuda yang berangkat ke Qadian tersebut terjadi upaya-upaya untuk menghentikan perkembangan Jemaat Ahmadiyah di wilayah Tapaktuan. Lalu Maulana Rahmat Ali HA.OT. pada bulan Ramadhan th, 1926 meninggalkan TAPAKTUAN dan akhirnya sampai di PADANG, SUMATERA BARAT, dan melakukan da'wat Ilallah di wilayah Sumatera Barat selama 4 tahun, sehingga berdirilah beberapa kelompok keluarga Ahmadiyah, yang kemudian menjadi cikal-bapak berdirinya Cabang-cabang Jemaat Ahmadiyah di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan.
6. Pada perkembangan selanjutnya Maulana Rahmat Ali HA.OT berangkat menuju PULAU JAWA, dan tiba di kota BATAVIA (Jakarta) pada tahun 1931. Dikarenakan dari hari ke hari pengikut Maulana Rahmat Ali HA.OT. semakin banyak maka pada th. 1932 di bentuk susunan Pengurus Ahmadiyah di kota BATAVIA (Betawi). Pertablighan yang dilakukan Maulana Rahmat Ali HA.OT. akhirnya – melalui H. Marah Wahab, anggota Ahmadiyah Padang -- sampai ke kota Bogor, dan di berkat keuletan pertablighan yang dilakukannya maka banyak dari kalangan orang intelek (cendekiawan) yang bergabung menjadi anggota Jemaat Ahmadiyah, di antaranya (1) Muhammad Taher gelar Sutan Tumenggung, President Landraad Bogor dan juga Ketua perkumpulan kaum intelek muda yang bernama "Jong Islamieten Bond" Cabang Bogor. Ia adalah adik dari H. Marah Wahab. (2) Rd. Hidayath, (4) Rd. Sudita, (5) Sulaiman Efendi, (6) S.A.S. Pontoh, (7) Usman Natawijaya, (8) Jakaria, dan Rd. Goemiwa Partakoesoema – bangsawan (menak) Galuh dari Ciamis, beliau adalah kerabat dekat -- yang kemudian menjadi mertua -- penulis. Pada bulan Nopember 1932 terbentuk Ahmadiyah Cabang Bogor, yang merupakan cabang kedua di Jawa Barat (Pulau Jawa).
7. Perkembangan JEMAAT AHMADIYAH di WILAYAH PASUNDAN (JAWA BARAT) semakin pesat dengan semakin banyaknya "URANG SUNDA" (ORANG-ORANG SUNDA) yang menyatakan BAI'AT kepada IMAM MAHDI A.S. atau AL-MASIH MAU'UD A.S, yakni MIRZA GHULAM AHMAD A.S..
Tidak dapat dipungkiri, bahwa walau pun "orang Minang" sangat berperan besar telah mengundang datangnya AHMADIYAH ke Indonesia serta berperan besar dalam penyebaran AHMADIYAH di Jakarta dan di Bogor, namun demikian pada perkembangannya kemudian keberadaan "URANG SUNDA" (ORANG SUNDA) di lingkungan JEMAAT AHMADIYAH sangat DOMINAN jika dibandingkan dengan ORANG-ORANG AHMADI yang berasal dari SUKU-SUKU LAINNYA di NUSANTARA, sehingga mengakibatkan para AHMADI yang bukan "URANG SUNDA" pun banyak yang mahir BERBAHASA SUNDA. Kenyataan tersebut menimbulkan sebuah anekdote (lelucon) yang dikemukakan oleh salah seorang "menak" (bangsawan) Galuh yang berasal dari Ciamis – beliau sangat dekat hubungannya dengan Maulana Rahmat Ali HA.OT., yaitu Raden Goemiwa Partakoesoema -- beliau bercanda (berseloroh) tentang para anggota Jemaat Ahmadiyah atau para AHMADI: "LAMUN ACAN BISA BASA SUNDA MAH ACAN JADI AHMADI" (Kalau belum bisa berbahasa Sunda belum menjadi Ahmadi).
8. Ucapan yang bersifat "guyon" (berkelakar) dari Rd. Gumiwa Partakusuma tersebut nampaknya bukan sekadar "guyonan" belaka, sebab dalam Uga Wangsit PRABU SILIWANGI, Raja Kerajaan PAJAJARAN tersebut -- sehubungan dengan akan bangkitnya "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" telah berkata tentang "URANG SUNDA" (ORANG SUNDA):
"Geura ieu darengekeun, JAMAN BAKAL GANTI DEUI, nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui SAJAGAT, URANG SUNDA DISARAMBAT. ("DENGARKANLAH ini oleh kalian, JAMAN AKAN BERUBAH LAGI, yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).
9. Sebelum dibangun waduk Jatiluhur di Purwakarta, pesawahan di wilayah pantai utara (Pantura) Jawa Barat, khususnya di wilayah Purwakarta, Subang dan Kerawang, umumnya merupakan sawah "tadah hujan". tetapi setelah waduk Jatiluhur dibangun pesawahan di sana bukan saja dapat melakukan panen dua kali setahun tetapi juga banyak dibuka lahan pesawahan baru, di antaranya di kecamatan Binong, kabupaten Subang.
Sebelum waduk Jatiluhur dibangun, di wilayah Subang utara terdapat "cacandran" (semacam ramalan) bahwa di sana akan dibuat sebuah sungai yang mengalir dari barat ke timur, dan sungai tersebut dibuat oleh salah seorang murid Imam Mahdi a.s.. Ada pun "sungai baru" yang dimaksud adalah terusan (kanal) "Tarum Barat", dan yang menjadi pelaksana proyeknya adalah Rd. Goemiwa Partakusuma, karena beliau adalah seorang ahli dalam bidang pengairan (irigasi) dengan gelar "Insinyur Praktek."
Menurut cerita dari salah seorang seorang nara sumber, pembangunan terusan (kanan) berawal dari perbincangan antara Presiden Soekarno dengan Menteri Dalam Negeri Ir.H. Djuanda sekitar tahun 1960, kemudian ditindak-lanjuti dengan menunjuk Ir. Agus sebagai penanggungjawab proyek, sedangkan pelaksana proyek pembangunan dipercayakan kepada Rd. Goemiwa Partakoesoema, sehingga terwujudlah pembuatan "sungai baru" sebagaimana yang terdapat dalam "cacandran" para orang tua di wilayah tersebut, yakni "pembuatan sungai baru oleh murid Imam Mahdi a.s.".
Rd. Goemiwa Partakoesoema ini pulalah yang mulai menyebarkan ajaran Ahmadiyah di wilayah Subang, yaitu dengan mengundang Maulana Abdul Wahid HA.Sy. melakukan ceramah di Binong, dan mendatangkan beberapa orang khuddam yang berasal dari Garut, di antaranya Ahmad Bakir dan Rd. Momon Sulaiman, yang kemudian keduanya menetap di Binong (Subang).
Perkembangan yang cukup pesat Jemaat Ahmadiyah di wilayah Subang menimbulkan reaksi keras, yang pada akhirnya berujung dengan dikeluarkannya SK Kejaksaan Negeri Subang pada tahun 1976 yang berisi pelarangan kegiatan Jemaat Ahmadiyah di wilayah Kabupaten Subang.
10. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, makna sebenarnya sebutan "URANG SUNDA" (ORANG SUNDA) tersebut pada hakikatnya mengisyaratkan kepada salah satu NAMA SIFAT dari NABI BESAR MUHAMMAD SAW. yaitu AHMAD yang melambangkan sifat JAMAL yakni KEINDAHAN dan KELEMAH-LEMBUTAN, sebagaimana dikemukakan oleh NABI ISA IBNU MARYAM ISRAILI A.S. (Yesus Kristus) berikut ini:
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَابَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ(7)
Dan ingatlah ketika ISA IBNU MARYAM berkata, "Hai BANI ISRAIL, sesungguhnya aku RASUL ALLAH kepada kamu, menggenapi apa yang ada sebelumnya yaitu TAURAT, dan memberi KABAR SUKA tentang SEORANG RASUL yang AKAN DATANG SESUDAHKU namanya AHMAD." Maka tatkala ia datang kepada mereka dengan BUKTI-BUKTI YANG NYATA mereka berkata, "INI adalah SIHIR YANG NYATA!" (Ash-Shaff, 7).
ISMUHU AHMAD (namanya AHMAD) yang dikemukakan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. dalam ayat tersebut merujuk kepada:
 NABI BESAR MUHAMMAD SAW., sebab beliau saw. adalah RASUL ALLAH yang datang sesudah Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. yang beliau sebut sebagai "DIBERKATILAH DIA YANG DATANG DALAM NAMA TUHAN!" (Matius 23:37-39), atau ROH KEBENARAN (Yohanes 16:12-13). Sesuai dengan kenyataan tersebut semua Surah Al-Quran dimulai dengan ayat بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang) – kecuali Surah At-Taubah (Surah 9) karena pada hakikatnya merupakan kelanjutan Surah Al-Anfal (Surah 8).
 MIRZA GHULAM AHMAD A.S., Pendiri JEMAAT AHMADIYAH, yang merupakan KEDATANGAN KEDUA KALI NABI BESAR MUHAMMAD SAW. DI AKHIR ZAMAN INI (Qs.62:3-5), yang juga sebagai MISAL ISA IBNU MARYAM A.S. (Qs. 43:58) atau AL-MASIH MAU'UD A.S. atau sebagai IMAM MAHDI A.S., yakni RATU ADIL yang menurut PRABU SILIWANGI akan memerintah "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" dengan penuh KEADILAN.
Nama AHMADIYAH yang digunakan oleh MIRZA GHULAM AHMAD A.S. (IMAM MAHDI A.S.) sebagai sebutan JAMA'AH MUSLIM atau HIZBULLAH yang beliau a.s. bentuk atas PERINTAH ALLAH TA'ALA adalah merujuk kepada SIFAT NABI BESAR MUHAMMAD SAW. yakni AHMAD. Itulah sebabnya sebagai halnya NABI ISA IBNU MARYAM ISRAILI A.S. (YESUS KRISTUS) dalam INJIL telah mengajarkan masalah KELEMAH-LEMBUTAN -- yakni AJARAN beliau a.s. lebih menekannya kepada PEMBERIAN MAAF -- demikian pula halnya di kala UMUMNYA UMAT ISLAM DI SELURUH DUNIA telah TERBIASA melakukan KEKERASAN dan SENANG MENUMPAHKAN DARAH -- seperti yang dilakukan oleh ORANG-ORANG YAHUDI di masa menjelang kedatangan NABI ISA IBNU MARYAM ISRAILI A.S. (Qs.2:88-89; Matius 23:1-39), demikian pula halnya MIRZA GHULAM AHMAD A.S. pun dalam kedudukan beliau a.s. sebagai MISAL ISA IBNU MARYAM A.S. (Qs.43:58) atau AL-MASIH MAU'UD A.S. atau sebagai IMAM MAHDI A.S., mengajarkan KELEMAH-LEMBUTAN.
Merujuk kepada KENYATAAN itulah bagaimana pun HEBATNYA para ANGGOTA JEMAAT AHMADIYAH mendapat PENGANIAYAAN dari para PENENTANG MEREKA akan tetapi pihak JEMAAT AHMADIYAH di seluruh dunia TIDAK PERNAH MELAKUKAN PEMBALASAN DENGAN KEKERASAN PULA, termasuk DI INDONESIA.
Sudah menjadi RAHASIA UMUM bahwa dari seluruh SUKU-SUKU yang ada di INDONESIA bahwa sifat LEMAH-LEMBUT, SOPAN-SANTUN, HORMAT KEPADA SETIAP ORANG, GEMAR MELAKUKAN PENGKHIDMATAN, BERSIKAP JUJUR (POLOS/LUGU) merupakan CIRI KHAS yang dimiliki umumnya "URANG SUNDA". Demikian pula SUKU-SUKU yang berasal dari LUAR PASUNDAN, ketika mereka menjadi PENDUDUK PASUNDAN SIFAT-SIFAT mereka pun seakan-akan BERUBAH menjadi "URANG SUNDA" (Orang Sunda), yakni mereka DIWARNAI oleh SIFAT-SIFAT "URANG SUNDA" tersebut.
KELEMAH-LEMBUTAN umumnya sifat-sifat "URANG SUNDA" tersebut sangat erat kaitannya dengan kesenangan (kebiasaan) mereka makan "'LALAB" (sayuran mentah) pada waktu makan. Sebab merupakan kenyataan bahwa binatang pemakan rumput-rumputan (HERBIVORE) pada umumnya memiliki pembawaan JINAK (lemah-lembut), sedangkan binatang CARNIVORE (pemakan daging) pada umumnya bersifat BUAS.
Pendek kata sifat-sifat "URANG SUNDA" memiliki hubungan khusus sifaat JAMAAL (KEINDAHAN/KELEMBUTAN) yang terkandung dalam ISMUHU AHMAD (Qs.61:7)
11. Kenyataan lainnya adalah, bahwa walaupun benar Cabang-cabang JEMAAT AHMADIYAH telah tersebar ke seluruh Provinsi di Indonesia, akan tetapi daerah yang paling banyak terdapat Cabang JEMAAT AHMADIYAH adalah di PASUNDAN (JAWA BARAT). Oleh karena itu sangat wajar PENENTANGAN yang PALING KERAS terhadap JEMAAT AHMADIYAH pun terjadi di wilayah PASUNDAN (JAWA BARAT), seakan-akan JEMAAT AHMADIYAH identik dengan "URANG SUNDA" atau dengan "PASUNDAN". Oleh karena itu ORANG SUNDA yang melakukan penentangan keras terhadap JEMAAT AHMADIYAH berbeda dengan "URANG SUNDA" yang menurut PRABU SILIWANGI pada akhirnya mereka itu akan "DISAMBAT" (disarambat), yakni "URANG SUNDA NAGARA PAJAJARAN ANYAR" yang dipimpin oleh RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S..
12. Pada tgl. 25-25 Desember 1935 berkumpul 13 tokoh Ahmadiyah di Clubgebouw Kleykampweg No. 41 Jakarta yakni: (1) Maulana Rahmat Ali HA.OT, (2) Raden Mohammad Muhyddin, (3) Raden Kartaatmaja, (4) Taher Sutan Tumenggung, (5) Sirati Kohongia, (6) Raden Sumadi Gandakusumah, (7) Mohammad Thayyib, (8) Th. Dengah, (9) Syagaf Tomulo, (10) Raden Hidayat, (11) Muhammad Usman Natawijaya, (12) Sulaiman Effendi, (13) Raden Sudita. Pada konferensi (rapat) tersebut terbentuk susunan Pengurus Besar Jemaat Ahmadiyah yang pertama, dan terpilih sebagai Ketua PB adalah "URANG SUNDA" yaitu Raden Mohammad Muhyiddin. Dari ke-13 orang tokoh Ahmadiyah tersebut 9 orang di antaranya adalah "URANG SUNDA" (orang Sunda).
Proses masuknya Raden Mohammad Muhyiddin ke dalam Ahmadiyah dimulai ketika menjadi Ketua Sidang (Moderator) dalam acara "Perdebatan Antara Ahmadiyah dengan Pembela Islam yang diwakili oleh Ustadz A.Hasan dari PERSIS, Bandung" yang kedua kali di Gedung Permufakatan Nasional, di Gang Kenari - Jakarta pada tgl. 28 s/d 30 September 1933, yang dihadiri sekitar 2000 orang. Perdebatan yang pertama dilaksanakan pada tgl. 14 s/d 16 April 1933 bertempat di gedung Sociteit "Ons Genoegen", jalan Naripan Bandung. dihadiri sekitar 1000 orang.
Perdebatan yang ketiga kalinya dilakukan pada tgl 2 sd 5 Nopember 1933, bertempat di Gedung Permufakatan Nasional, di Gang Kenari – Jakarta. Pada perdebatan yang ketiga kalinya ini "URANG SUNDA" yang baiat kepada IMAM MAHDI A.S. adalah (1) Mohammad Thayyib, berasal dari Singaparna (2) Raden Kartaatmaja, seorang ahli Tashawwuf dan Raden Mohammad Muhyiddin, keduanya "menak" (bangsawan) asal Cianjur.
13. Pada waktu akan dilaksanakan Perayaan Kemerdekaan RI yang pertama, Raden Muhyiddin, beliau diangkat sebagai Sekretaris Panitia, bahkan telah ditetapkan bahwa pada hari H HUT Kemerdekaan RI yang pertama tersebut beliau akan memimpin barisan pawai dengan memegang bendera sang merah-putih di muka barisan. Akan tetapi 8 hari sebelum HUT RI yang pertama tersebut beliau diculik dan dibunuh.
Ada pendapat bahwa para penculik Ketua Pengurus Besar Ahmadiyah yang pertama – yang juga seorang pegawai tinggi RI tersebut – adalah tentara Belanda (NICA). Namun melalui upaya spriritual yang dilakukan Penulis dan seorang teman yang memiliki kemampuan sebagai "mediator" dalam masalah spiritual diperoleh informasi yang bersumber dari "Almarhum Raden Mohammad Muhyiddin" sendiri, bahwa beliau bukan diculik oleh tentara NICA melainkan diculik oleh gerombolan DI TII pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo, ketika beliau sedang berada di Cianjur. Beliau dibawa ke daerah Cianjur Selatan, lalu dieksekusi (dibunuh) dengan rentetan tembakan senjata api di sebuah air terjun (sungai Cikirai), sehingga jasadnya tidak dapat diketemukan lagi.
Pembunuhan yang dilakukan oleh gerombolan DI TII terhadap Raden Muhyiddin, Ketua Pengurus Besar JEMAAT AHMADIYA INDONESIA yang pertama tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak pembunuhan yang dilakukan oleh gerombolan DI TII terhadap warga JEMAAT AHMADIYAH di wilayah PASUNDAN (Jawa Barat), seperti yang terjadi di Cukangkawung ada 6 orang Ahmadi yang disyahidkan (dibunuh) oleh gerombolan DI TII., mereka adalah: Jaed (Zaid), Sura, Saeri, Haji Hasan, Raden Saleh, dan Dahlan.
Peristiwa pembunuhan terhadap "URANG SUNDA" yang telah berbagung ke dalam "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" pimpinan RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S. tersebut terjadi lagi di Sangianglobang, Ranting Ahmadiyah Tolenjeng, yang anggotanya pada tahun 145/146 sudah mencapai 120 orang Ahmadi. Juga terjadi di Indihiang. Kira-kira 60 orang bersenjatakan senapan laras panjang (bedil) dan pedang menyergap orang-orang Ahmadi di Sangianglobang, mereka ditangkap dan digiring lalu disyahidkan (dibunuh) oleh gerombolan DI TII TOLENJENG – Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, ada 4 Ahmadi yang disyahidkan (dibunuh) mereka adalah: Haji Sanusi, Omo, Tahyan dan Sahroni.
14. Jadi, cukup banyak "URANG SUNDA" yang telah beriman kepada RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S. yang menjadi SYUHADA. Perlakuan ANIAYA yang dilakukan oleh pihak-pihak menganggap dirinya sebagai "PEMBELA ISLAM" terhadap JEMAAT AHMADIYAH di INDONESIA terus berlangsung sampai dengan disusunnya naskah ini di masa PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KE IV, DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO. Puncaknya KEANIAYAAN yang dialami oleh JEMAAT AHMADIYAH di INDONESIA adalah berupa PENYERBUAN PUSAT JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA di Kemang – BOGOR, pada tgl. 15 JULI 2005, sehingga terjadi tindakan EVAKUASI terhadap "URANG SUNDA" WARGA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR."
15. Namun PENYERBUAN BRUTAL yang terjadi pada waktu JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA sedang melaksanaan JALSAH SALANAH (Pertemuan Rohani) TAHUNAN tersebut telah menimbulkan AKIBAT yang sangat MENGERIKAN. Yakni PELEMPARAN BATU yang dilakukan oleh PARA PENYERANG telah DIBALAS oleh ALLAH TA'ALA berupa (1) DILENGSERKANNYA SECARA HINA beberapa PIMPINAN di BERBAGAI INTANSI di KABUPATEN BOGOR. (2) ALLAH TA'ALA telah MENGHUJANI BANGSA INDONESIA dengan berbagai macam BALA BENCANA LUAR BIASA yang sebelummya TIDAK PERNAH TERJADI.
16. PEMBALASAN DARI ALLAH TA'ALA tersebut terjadi berkat KESABARAN "URANG SUNDA" atau WARGA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" – yakni WARGA JEMAAT AHMADIYAH – temasuk "'URANG SUNDA" (WARGA AHMADIYAH) yang berulang-ulang mengalami PENGANIAYAAN KEJI DI PULAU LOMBOK.
17. Sesuai dengan perkataan PRABU SILIWANGI bahwa beliau akan NGALANGLANG (menyambangi/mendatangi) "URANG SUNDA NU HATENA RANCAGE", penulis mendapat pengalaman spiritual yaitu "kedatangan" PRABU SILIWANGI yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" adalah JEMAAT AHMADIYAH, dan letak PUSAT dari "NAGARA PEJAJARAN ANYAR" adalah PUSAT JEMAAT AHMADIYAH di Desa Pondok Udik, Kecamatan Kemang – Kabupaten Bogor. Pernyataan PRABU SILIWANGI tersebut merupakan "JAWABAN" teka-teki (pertanyaan) yang selama ini timbul dalam hati penulis yakni:
 Mengapa Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia yang sebelumnya berdomisisi di kota JAKARTA pindah ke wilayah BOGOR?
 Mengapa Penulis yang adalah "URANG GALUH" – yakni URANG CIAMIS -- kemudian berdomisili di wilayah BOGOR, bahkan tinggal di Komplek PUSAT JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA?
18. Pernyataan PRABU SILIWANGI tersebut diperkuat lagi dengan "DIWARISKANNYA" sebuah KERIS -- yang senantiasa dipakai oleh PRABU SILIWANGI pada masa hidupnya – kepada Penulis. "KERIS PRABU SILIWANGI" tersebut diperoleh Penulis dari ABAH AGUS, seorang sesepuh di Ciomas – Bogor yang usianya sekitar 160 tahun. Yakni ketika Penulis berkunjung ke rumah beliau pada hari Minggu, tgl. 21 Januari 2007, TAHUN BARU HIJRIYAH, 1 Muharram 1428 H. PRABU SILIWANGI "berkata" kepadanya melalui Penulis bahwa di rumahnya ada sebuah keris yang merupakan hak Penulis.
Pernyataan PRABU SILIWANGI tersebut sehari sebelumnya telah Penulis kepada istri Abah Agus, namun pada waktu itu Abah Agus sedang tidak ada di rumahnya. Menurut Abah Agus bahwa keris pusaka PRABU SILIWANGI tersebut datang sendiri kepadanya beberapa waltu sebelumnya, tetapi ia tidak mengetahui harus diberikan kepada siapa keris pusaka tersebut. Itulah sebabnya ketika PRABU SILIWANGI melalui Penulis menyatakan bahwa keris pusaka tersebut merupakan hak Penulis maka tanpa ragu-ragu Abah Agus menyerahkan keris pusaka tersebut kepada Penulis.
19. Sejak Penulis "mewarisi keris pusaka" PRABU SILIWANGI banyak leluhur ORANG SUNDA – antara lain AKI TIREM, PRABU JAYASINGHAWARMAN, PRABU PURNAWARMAN, MAHARAJA NISKALA WASTU KANCANA (Prabu Wangisutah), bahkan SUNAN GUNUNGJATI – "NGALANGLANG" (datang/menyambangi) Penulis hanya untuk mengucapkan BAGEA BAGJA (SELAMAT) kepada Penulis. Bahkan dalam suatu kesempatan "kehadirannya" PRABU JAYASINGHAWARMAN sambil memegang keris PRABU SILIWANGI melalui Penulis berulang-ulang berkata "Nagara-nagara ngahiji! Nagara-nagara ngahiji! Nagara-nagara ngahiji!" yakni sekan-akan memerintahkan agar Kerajaan-kerajaan yang pernah ada di wilayah PASUNDAN (Jawa Barat) BERGABUNG ke dalam NAGARA PEJAJARAN ANYAR" yang dipimpin oleh RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S. yakni JEMAAT AHMADIYAH.

Berziarah Ke Situs Kerajaan Majapahit

Satu peristiwa menarik sehubungan dengan keris pusaka PRABU SILIWANGI tersebut adalah ketika secara spiritual MAHARAJA LINGGA BUANA atau PRABU WANGI meminta Penulis untuk pergi ke BUBAT di Trowulan di Mojokerto dan menancapkan keris pusaka PRABU SILIWANGI di bekas arena PERANG BUBAT.
Dalam peristiwa PERANG BUBAT itulah Prabu Linggabuana GUGUR sebagai Pahlawan, membela KEHORMATAN "URANG SUNDA" dan KERAJAAN PASUNDA, dari taktik POLITIK sangat TIDAK TERPUJI yang dilakukan Mahapatih Gajahmada, yaitu dalam rangka memenuhi SUMPAH PALAPA yang pernah diucapkannya, bahwa ia bersumpah tidak akan memakan buah kelapa sebelum KERAJAAN MAJAPAHIT dapat menguasai seluruh kerajaan yang ada NUSANTARA.
Sampai dengan terjadinya TRAGEDI PERANG BUBAT tersebut -- yang bukan saja sangat melukai HARGA DIRI dan KEHORMATAN "URANG SUNDA", tetapi juga membuat sedih dan sangat kecewa PRABU HAYAMWURUK terhadap ulah tidak terpuji Mahapatih Gajahmada – hanya KERAJAAN PASUNDAN yang belum dapat ditaklukkan oleh Kerajaan Majapahit.
Itulah sebabnya ketika Prabu Linggabuana melakukan kunjungan persaudaraan ke kerajaan Majapahit -- dalam rangka pernikahan putrinya, Dyah Pitaloka (Citraresmi) dengan Prabu Hayamwuruk yang telah melakukan lamaran secara resmi – maka Mahapatih Gajahmada telah melakukan taktik POLITIK yang sangat tidak terpuji, sehingga akhirnya terjadilah PERANG BUBAT yang tidak seimbang dan menyebabkan semua PUTRA SUNDA yang ikut dalam rombongan Prabu Linggabuana – termasuk Dyah Pitaloka – gugur.
Rombongan dari Kerajaan Sunda (Kawali) memilih gugur sebagai PAHLAWAN daripada menyerah terhadap taktik POLITIK yang tidak terpuji dari Mahapatih Gajahmada, yang sangat berambisi untuk memenuhi SUMPAH PALAPA yang telah diikrarkannya.
Jadi, sungguh unik, PRABU LINGGABUANA (Prabu Wangi) meminta Penulis untuk menancapkan keris pusaka PRABU SILIWANGI di arena bekas PERANG BUBAT, sedangkan RADEN WIJAYA memerintahkan Penulis menancapkan keris pusaka PRABU SILIWANGI tersebut di situs RADEN WIJAYA memperoleh WAHYU KEPRABON dan mahapatih GAJAHMADA mengucapkan SUMPAH PALAPA yang kemudian mendatangkan TRAGEDI YANG SANGAT MENYEDIHKAN bagi URANG SUNDA.
Satu peristiwa spiritual lainnya yang sangat menarik mengenai pribadi "URANG SUNDA" yang umumnya SANGAT PEMAAF, yaitu ketika "PRABU LINGGABUANA" ditanya oleh Penulis tentang peristiwa PERANG BUBAT, beliau menyatakan bahwa dalam diri beliau TIDAK ADA RASA DENDAM terhadap semua "ORANG MAJAPAHIT" yang terlibat dalam PERANG BUBAT tersebut.

Raden Wijaya & Wahyu Keprabon

Salah satu alasan yang sangat mungkin kenapa PRABU HAYAMWURUK tidak menyetujui AMBISI POLITIK MAHAPATIH GAJAHMADA melakukan PENYERBUAN untuk menaklukan KERAJAAN PASUNDAN adalah karena Prabu Hayamwuruk mengetahui bahwa Pendiri Kerajaan Majapahit, yaitu RADEN WIJAYA (1293-1227) -- yang dikenal dengan nama Nararya Sanggramawijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardhana, yang merupakan keturunan langsung dari wangsa Rajasa – ayahnya adalah "URANG SUNDA".
Raden Wijaya adalah anak dari Rakeyan Jayadarma, raja ke 26 dari Kerajaan Sunda Galuh, yang menikah dengan Dyah Lembu Tal (Dyah Singhamurti) seorang putri Kerajaan Singhasari. Ken Arok, raja pertama Singhasari (1222-1227) menikahi Ken Dedes, dan memiliki anak, Mahesa Wong Ateleng. Lalu ia memiliki anak, Mahesa Cempaka, yang bergelar Narasinghamurti. Kemudian memiliki putrid, Dyah Lembu Tal, yang diberi gelar Dyah Singhamurti.
Rakeyan Jayadarma adalah raja ke-26 Kerajaan Sunda Galuh, anak dari Prabu Guru Dharmasiksa, raja ke-25 dari Kerajaan Sunda Galuh. Setelah Rakeyan Jayadarma diracun oleh salah seorang bawahannya, dan tewas, Dyah Lembu Tal (Dyah Singhamurti) kembali ke kerajaan Singhasari bersama Raden Wijaya.
Raden Wijaya seharusnya menjadi raja ke 27 Kerajaan Sunda Galuh. Sebaliknya, ia mendirikan Kerajaan Majapahit di tahun 1293, setelah tewasnya raja Kertanegara, raja Singhasari terakhir, yang merupakan mertuanya, dan juga sepupu ibunya. Dalam Babad Tanah Jawi, Raden Wijaya disebut sebagai Jaka Susuruh dari PAJAJARAN. Ia dibesarkan di lingkungan kerajaan Singhasari.
Ketika Penulis sedang berbincang-bincang dengan penjaga (juru kunci) situs Kerajaan Majapahit di Trowulan, secara spiritual Raden Wijaya "hadir" kepada Penulis, "Pendiri Kerajaan Majapahit" tersebut merasa gembira dengan kedatangan Penulis di sana, lalu "ia memerintahkan" kepada Penulis untuk menancapkan keris pusaka PRABU SILIWANGI di tempat (petilasan) beliau (Raden Wijaya) bertapa dan mendapatkan WAHYU KEPRABON. Menurut juru kunci, konon di tempat itu pulalah MAHAPATIH GAJAHMADA mengucapkan SUMPAH PALAPA.

Makna "Urang Sunda Disarambat"

Kembali kepada perkataan Prabu Siliwangi sebelumnya: Geura ieu darengekeun, JAMAN BAKAL GANTI DEUI, nyaeta GANTINA JAMAN, tapi engke mun kasaksi GUNUNG GEDE ENGGEUS BITU, disusul ku TUJUH GUNUNG, genjlong deui SAJAGAT, URANG SUNDA DISARAMBAT. ("DENGARKANLAH ini oleh kalian, JAMAN AKAN BERUBAH LAGI, yaitu BERGANTINYA JAMAN, tetapi nanti kalau menyaksikan GUNUNG GEDE telah meletus, disusul oleh TUJUH GUNUNG, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diingat dan diharapkan peran-sertanya).
Salah satu makna "URANG SUNDA DISARAMBAT" (diingat dan diharapkan peran-sertanya) bahwa para PENENTANG JEMAAT AHMADIYAH – berkat karunia Allah Ta'ala – pada akhirnya akan MENGAKUI KEKELIRUAN MEREKA SELAMA INI terhadap "URANG SUNDA" WARGA "NAGARA PEJAJARAN ANYAR" dan MEREKA AKAN MEMOHON AMPUN KEPADA ALLAH TA'ALA ATAS KEKELIRUAN MEREKA SELAMA ITU.
Mensikapi KENYATAAN tersebut pasti "URANG SUNDA" WARGA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" (WARGA JEMAAT AHMADIYAH) akan mengikuti SIKAP TERPUJI NABI BESAR MUHAMMAD SAW., yang telah memperagakan kembali SIKAP NABI YUSUF A.S. yang telah memaafkan saudara-saudaranya dengan mengatakan: LAA TATSRIIBA 'ALAYKUMUL-YAWMA – TIDAK ADA CELAAN ATAS KAMU PADA HARI INI (Qs.12: 93).
Sesuai dengan sikap terpuji Nabi Yusuf a.s. dan Nabi Besar Muhammad saw. tersebut mendiang KHALIFATUL MASIH IV ATBA., MIRZA TAHIR AHMAD R.A., dalam masa Kekhalifahannya telah mencanangkan semboyan: LOVE FOR ALL HEATRED FOR NONE – CINTA UNTUK SEMUA, KEBENCIAN TIDAK UNTUK SEORANG PUN.

Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata:

70. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA NGAHAMPURA, HADE DEUI SAKABEHNA, NAGARA NGAHIJI DEUI, NUSA JADI DEUI, sabab NGADEG RATU ADIL.
71. RATU ADIL NU SAJATI, Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU ADIL, engke dia nyaraho, KIWARI SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU TANGTU.
72. Tah sakitu kami WAWANGSIT ka daria sakabeh, eta WANGSIT KUDU PUHIT, kiwari GEURA NARINDAK, ULAH NGALIEUK KA TUKANG BISI AYA BALUKARNA."
Terjemahannya:
70. Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal MEMAAFKAN, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL.
71. RATU ADIL YANG SEJATI. Nah, SIAPAKAH WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti..
72. Nah, sekian saja saya menyampaikan WANGSIT (amanat/pesan) kepada kalian semua, WANGSIT tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat."

Kesimpulan yang dapat diambil dari perkataan Prabu Siliwangi tersebut antara lain:
 Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa "URANG SUNDA" WARGA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" (WARGA JEMAAT AHMADIYAH) pasti "BAKAL NGAHAMPURA" (akan memaafkan), sehingga menurut Prabu Siliwangi: "SEMUANYA MENJADI BAIK KEMBALI, NEGARA BERSATU LAGI, NUSA (TANAH AIR) BERWUJUD LAGI, sebab tampil berdiri RATU ADIL yaitu RATU ADIL YANG SEJATI."
 Selanjutnya Prabu Siliwangi berkata: " Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU ADIL, engke DIA NYARAHO, kiwari SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU TANGTU. (Nah, SIAPAKAH WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti").
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa RATU ADIL yang akan memerintah "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" tiada lain adalah RASUL AKHIR ZAMAN yakni IMAM MAHDI A.S. atau AL-MASIH MAU'UD A.S. yang KEDATANGANNYA SANGAT DITUNGGU-TUNGGU DENGAN PENUH HARAP oleh SELURUH PEMELUK AGAMA di AKHIR ZAMAN INI DENGAN NAMA YANG BERBEDA-BEDA, yakni MIRZA GHULAM AHMAD A.S., PENDIRI JEMAAT AHMADIYAH.(Lihat Pengantar).
 Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab I: Hizbullaah Hakiki & Hubungan Kata Shaffan Dengan "Pajajaran", pada saat ini "URANG SUNDA" warga "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" sebagai suatu ''HIZBULLAH" -- yakni JEMAAT AHMADIYAH -- dipimpin oleh KHALIFATUL MASIH V, MIRZA MASROOR AHMAD ATBA, beliau adalah CICIT dari RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S., Pada saat ini JEMAAT AHMADIYAH berada di 185 NEGARA di dunia.

"Budak Angon" (Anak Gembala)

Ada pun yang dimaksud dengan "BUDAK ANGON" (GEMBALA) dapat merujuk kepada:
1. GEMBALA yang hakiki atau DAA'IYAN ILALLAAH (penyeru kepada Allah – Qs.33:46-47) yakni MIRZA GHULAM AHMAD A.S., sebab beliau bukan saja merupakan perwujudan kedatangan kedua kali secara rohani NABI BESAR MUHAMMAD SAW. (Qs. 62:3-4) tetapi juga sebagai AL-MASIH MAU'UD A.S. (Al-Masih yang dijanjikan), yakni MISAL dari AL-MASIH ISA IBNU MARYAM ISRAILI A.S., yang telah mendakwakan diri beliau a.s. sebagai "GEMBALA YANG BAIK" bagi "DOMBA-DOMBA (SUKU-SUKU) ISRAIL" yang tercerai-berai di luar KANAAN atau PALESTINA (Yohanes 10:1-21).
2. PARA KHALIFATUL-MASIH, yakni para IMAM Jemaat Ahmadiyah yang melanjutkan KEIMAMAN dari RASUL AKHIR ZAMAN, yakni Mirza Ghulam Ahmad a.s.
3. Para DA'I ILALLAAH (Penyeru kepada Allah) atau para MUBALLIGH AHMADIYAH, sebab di Akhir Zaman ini mereka itulah yang mewakili Dai'ilallah yang hakiki yaitu RASUL ALLAH (Qs.3:191-195), terutama sekali NABI BESAR MUHAMMAD SAW. (Qs.33:46-48).

Uga Wangsit Prabu Siliwangi tersebut diakhiri dengan pesan berikut ini: "Tah sakitu kami WAWANGSIT ka daria sakabeh, eta WANGSIT KUDU PUHIT, kiwari GEURA NARINDAK, ULAH NGALIEUK KA TUKANG BISI AYA BALUKARNA."(Nah, sekian saja saya menyampaikan WANGSIT (amanat/pesan) kepada kalian semua, WANGSIT tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat.").
Pesan Prabu Siliwangi tersebut sama dengan pesan para "Tamu Terhormat" Nabi Ibahim a.s. yang kemudian pergi menemui Nabi Luth a.s.:
قَالُوا يَالُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ(82)فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ(83)مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ(84)
Mereka berkata, "Hai Luth, sesungguhnya KAMI INI UTUSAN-UTUSAN (rasul-rasul) Tuhan engkau. Mereka itu sekali-kali tidak akan sampai kepada engkau, maka BERANGKATLAH DENGAN KELUARGA ENGKAU PADA BAGIAN MALAM dan JANGANLAH SEORANG PUN DI ANTARA KAMU MENOLEH (BERPALING) KE BELAKANG, kecuali ISTRI ENGKAU. Sesungguhnya APA (AZAB) YANG MENIMPA MEREKA AKAN MENIMPANYA JUGA. Sesungguhnya WAKTU YANG DIJANJIKAN BAGI MEREKA ialah WAKTU SUBUH. Bukankah SUBUH ITU SUDAH DEKAT?" Maka setelah DATANG KEPUTUSAN KAMI, KAMI JADIKAN KOTA ITU JUNGKIR-BALIK, dan KAMI HUJANKAN KE ATASNYA HUJAN BATU DARI TANAH LIAT BERTUBI-TUBI, yang DITANDAI dari SISI TUHAN ENGKAU. Dan AZAB SEPERTI ITU TIDAK JAUH DARI ORANG-ORANG YANG ANIAYA (Huud, 82-84).
Jadi, peran-serta "URANG SUNDA" warga "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" atau KOMUNITAS MUSLIM "BUDAK ANGON" (ANAK GEMBALA) -- yakni JEMAAH MUSLIM AHMADIYAH -- itulah yang pada akhirnya – dengan karunia Allah Ta'ala -- akan menjadi PENYEBAB terwujudnya KEJAYAAN ISLAM YANG KEDUA KALI (Qs.24:56; Qs. 61:10) sehingga dalam kehidupan umumnya UMAT MANUSIA umat manusia akan tercipta "KEHIDUPAN SURGAWI", termasuk di BUMI NUSANTARA khususnya, setelah UMAT MANUSIA berbagai AZAB dan BALA-BENCANA DAHSYAT akibat KEDURHAKAAN UMUMNYA UMAT MANUSIA kepada ALLAH TA'ALA dan RASUL-NYA (Qs.6:132; Qs.11:118; Qs.17:16; Qs.20:135; Qs.26:209; Qs.28:59-60).
70. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA NGAHAMPURA, HADE DEUI SAKABEHNA, NAGARA NGAHIJI DEUI, NUSA JADI DEUI, sabab NGADEG RATU ADIL.
71. RATU ADIL NU SAJATI, Cing SAHA ETA WUJUDNA, jeung TI MANA ASALNA ETA RATU ADIL, engke dia nyaraho, KIWARI SIAR BAE ku daria BUDAK ANGON ANU TANGTU.
72. Tah sakitu kami WAWANGSIT ka daria sakabeh, eta WANGSIT KUDU PUHIT, kiwari GEURA NARINDAK, ULAH NGALIEUK KA TUKANG BISI AYA BALUKARNA."
Terjemahannya:
70. Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal MEMAAFKAN, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL.
71. RATU ADIL YANG SEJATI. Nah, SIAPAKAH WUJUDNYA? Dan DARI MANA ASALNYA RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti..
72. Nah, sekian saja saya menyampaikan WANGSIT (amanat/pesan) kepada kalian semua, WANGSIT tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat."


BAB XVI

Mewarisi Keris Pusaka Milik Prabu Siliwangi

Sebagai penutup uraian ini, penulis menganggap perlu untuk menyampaikan pengalaman pribadi yang berkaitan salah satu ucapan Prabu Siliwangi bahwa beliau akan "ngalanglang" (menyambangi secara gaib) orang-orang yang "rancage hatena", sehingga dengan demikian "penafsiran" penulis tentang Uga Wangsit Prabu Siliwangi -- khususnya tentang "Budak Angon" (Anak Gembala/Penggembala), "Nagara Pajajaran Anyar" (Negara Pajajaran Baru), "Ratu Adil" dan "Urang Sunda" (Orang Sunda) tidak dianggap sebagai "tafsir birra'yi" (pendapat sendiri) karena ditunjang oleh pengalaman spiritual di luar kemampuan penulis untuk merekayasanya.
20. Sakabeh turunan dia KU NGAING BAKAL DILANGLANG, NGALANGLANG dina waktuna DIMANA NGAING PERLU BAKAL DATANG DEUI nulungan NU BARUTUH DITULUNGAN,
21. mantuan NU SARUSAH, ka nu HADE HATE LAKU LAMPAHNA, MOAL KADEULEU MUN NGAING DATANG, MOAL KADENGE MUN NYARITA, memang NGAING BAKAL DATANG KA NU RANCAGE HATENA,
22. nu geus WAWUH DISEMU DINA SEMU, NU SAESTU, nu ngarti KANA WAWANGI SAJATI, nu LANTIP PIKIRNA, nu HADE LAKU LAMPAHNA.
23. MUN NGAING WAKTUNA DATANG TEU NYARITA, TEU NGARUPA, tapi CIRINA KU WAWANGI, mimiti POE IEU ieu pisan LEUNGIT DI ALAM HIRUP, LEUNGIT DAYEUH JEUNG NAGARA.
Terjemahannya:
20. Semua keturunan mereka akan "dilanglang" (dikunjungi secara diam-diam) olehku, mengunjungi pada waktunya dimana aku perlu bakal datang lagi memberikan pertolongan kepada yang membutuhkan pertolongan,
21. memberi pertolongan kepada yang mengalami kesusahan, kepada yang baik perilaku kehidupannya; tidak akan kelihatan kalau aku datang, tidak akan terdengar kalau aku berkata-kata, memang aku bakal datang kepada mereka yang "rancage" (gesit/trampil/cekatan) hatinya,
22. kepada yang sudah "wawuh disemua dina semu" (mengenal roman muka/keadaan alam/tanda-tanda zaman), yang sebenarnya, yang mengerti "wawangi sajati" (keharuman/kebenaran yang sejati), yang pikirannya suci dan cerdas, yang baik peri laku kehidupannya,
23. Kalau pada waktunya aku datang tidak berkata-kata, tidak memperlihatkan rupa (wujud), akan tetapi tandanya oleh "wawangi" (keharuman/kebenaran hakiki), mulai dari hari ini juga hilang lenyap di alam kehidupan, hilang lenyap kota dan negara.

Menemukan Dokumen "Silsilah Leluhur"

Sebelum penulis menemukan silsilah leluhur dari ayah penulis – suatu dokumen yang dibuat oleh "Komite Sejarah Galuh" Kabupaten Ciamis yang ditandatangani oleh Bupati Kabupaten Ciamis – selama itu penulis beranggapan bahwa penulis adalah "Urang Ciamis" (Orang Ciamis) atau "Urang Sunda Galuh" (Orang Sunda Galuh).
Namun ketika penulis bersama sekeluarga pada tahun 2000 secara resmi berdomisili di Kabupaten Bogor - yakni di komplek Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia – penulis merasa heran kenapa penulis sekeluarga menjadi "Urang Bogor" atau "Urang Sunda Pajajaran"? Kenapa Pusat JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA pindah dari Ibukota Republik Indonesia di Jakarta ke Kabupaten Bogor?
Seiring dengan berjalannya waktu dan upaya menulis menelusuri perjalanan "sejarah masa silam" kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di "tanah Pasundan" (Jawa Barat) – terutama setelah memperoleh Uga Wangsit Prabu Siliwangi dari seorang teman -- maka barulah pertanyaan-pertanyaan tersebut terjawab dengan sangat meyakinkan, yakni bahwa keberadaan penulis sekeluarga mau pun keberadaan Pusat JEMAAT AHMADIYAH INDONESIA di Kabupaten Bogor merupakan TAKDIR ALLAH TA'ALA, yakni sebagai penggenapan dari UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI. Dengan demikian benarlah ungkapan yang menyatakan bahwa "Perjalanan sejarah kembali berulang".
Mengenai berulangnya kembali "Prjalanan Sejarah" tersebut penulis telah menulis sebuah naskah dengan judul "Kitab Suci Al-Quran Sejarah Yang Hakiki" – Hubungan Firman Allah Ta'ala, sabda para Nabi dan para Wali dengan Wangsit Uga Prabu Siliwangi.
Berikut adalah beberapa point-point jawaban kenapa Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia berlokasi di Kabupaten Bogor sehingga penulis sekeluarga pun berdomisili di wilayah Bogor, yaitu wilayah yang di dalamnya terdapat lokasi bekas kerajaan Pakuan Pajajaran:
1. Berdasarkan Dokumen Silsilah leluhur dari pihak ayah yang dibuat oleh "Komite Sejarah Galuh" Kabupaten Ciamis (lihat Lampiran) terbukti bahwa penulis adalah keturunan Prabu Siliwangi dari jalur: (1) Putri Lara Santang (Hj. Syarifah Mudaim), (2) Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunungjati), (3) Pangeran Pasarean, (4) Pangeran Adipati Carbon I (Pangeran Seda ing Kemuning/Pangeran Swarga), (5) Panembahan Ratu I (Pangeran Agung/Pangeran Emas), (6) Adipati Carbon II (Pangeran Seda ing Gayam), (7) Penembahan Ratu II (Pangeran Putra/Panembahan Girilaya) -- dari istri beliau yang berasal dari Galuh beliau berputra -- (8) Panembahan Warganala I (Bupati Ciancang -- Kabupaten Ciamis), (9) Panembahan Warganala II (Dalem Abdul), (10) Dalem Ahmad Abad, (11) Panembahan Tekelbalung (Dalem Kyai Ahmad Abas), (12) Rd. Warganala III (Panembahan Damjin), (13) Rd. Warganala IV (Bupati Demang, Lid-volmacht Bupati Ciancang), (14) Rd. Haji Yusuf (Kuwu Desa Utama), (15) Rd. Haji Basar, (16) Rd. Sudjatma, (17) Rd. Wahab Karnasumanta, (18) Rd. Toto Roekmana, (19) Rd. Ruhdiat (Ruhdiyat Ayyubi Ahmad/Ki Langlang Buana Kusumah). Perlu diketahui bahwa Prabu Siliwangi sendiri dilahirkan di Kerajaan Galuh – Kawali. Dengan demikian penulis adalah keturunan ke-19 dari Prabu Siliwangi dari jalur putrinya yang bernama Lara Santang (Sari Kabun/Hj. Syarifah Mudaim).
2. Lara Santang (Sari Kabun/Hj. Syarifah Mudaim) menikah dengan Syarif Abdullah (penguasa Mesir), ia adalah keturunan ke-7 dari Nabi Besar Muhammad saw. melalui jalur (1) Siti Fatimah r.a., (2) Sayyidina Hussain r.a., (3) Zainal Abdidin, (4) Zainul Kabir, (5) Jumadil Kabir (Jumadil Kubra), (6) Ali Nurul Alam (Raja Odara di Mesir), (7) Syarif Abdullah (Sultan Hut/Sultan Banisrail), (8) Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunungjati – Sultan Cirebon). Jadi berdasarkan urutan silsilah pada point 2 penulis – insya Allah - merupakan keturunan ke-25 dari Nabi Besar Muhammad saw. melalui jalur Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunungjati).
3. Mirza Ghulam Ahmad a.s. . -- yakni Al-Masih Mau'ud a.s. dan Imam Mahdi a.s. atau RATU ADIL yang memimpin "Nagara Pajajaran Anyar" (Jemaat Ahmadiyah) -- beliau adalah keturunan (ahli bait) dari Nabi Besar Muhammad saw. melalui jalur Sayyidina Hassan r.a.. Oleh karena itu dengan baiatnya penulis kepada Mirza Ghulam Ahmad a.s. maka dengan karunia Allah Ta'ala dalam diri penulis dari segi kerohanian "bertemu" 2 jalur silsilah kerohanian Nabi Besar Muhammad saw., baik jalur silsilah kerohanian melalui Sayyidina Imam Hussein r.a. maupun jalur silsilah kerohanian melalui Sayyidina Imam Hassan r.a..
4. Pada awalnya keyakinan penulis bahwa yang dimaksud "Nagara Pajajaran Anyar" dan "Urang Sunda yang akan disarambat" dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi adalah JEMAAT AHMADIYAH, hanya berdasarkan analisa semata, yaitu setelah penulis menelaah silsilah leluhur penulis dan menelaah sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa Barat, termasuk kesultanan Cirebon, maupun menelaah sejarah kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, terutama sekali kerajaan Majapahit, Kesultanan Demak, Pajang, dan Mataram. Penulis melihat adanya satu "benang merah" yang saling berhubungan di dalamnya, dan penulis sendiri berada pada jalur "benang merah" tersebut, yakni memiliki "hubungan darah" dengan para raja tersebut.
Keyakinan penulis semakin kuat, ketika tgl. 12 Juni 2003 penulis berziarah ke lokasi bekas kerajaan Galuh yang didirikan oleh raja Wretikandayun (612-702 M) di desa Karang Kamulyan, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, ketika itu penulis kehadiran suatu "energi gaib" yang menuntun penulis menuju suatu tempat tertentu di lokasi tersebut, di pinggir sungai Citanduy.
Setiba di lokasi itu melalui mulut penulis "energi gaib" tersebut berkata yang intinya adalah menyatakan kegembiraannya atas kunjungan (ziarah) yang penulis laksanakan ke lokasi bersejarah tersebut: "Sampurasun.....Syukur anjeun geus datang ka ieu tempat, kaula ngarasa gumbira anjeun inget ka karuhun, sanajan di antara para karuhun aya nu beda agemanana (kepercayaan/agama) jeung anjeun, tapi anjeun teu ngabeda-beda, sabab lamun euweuh karuhun maraneh oge moal aya. Sabenerna kadatangan anjeun geus lila ditunggu-tunggu". (Sampurasun........ Syukur engkau telah datang ke tempat ini, saya merasa gembira engkau ingat kepada para leluhur, walau pun di antara para leluhur ada yang berbeda kepercayaan (agama) dengan engkau, tetapi engkau tidak membeda-bedakan, sebab kalau tidak ada leluhur kalian pun tidak akan ada. Sebenarnya kedatangan engkau sudah lama di tunggu-tunggu).
Ketika penulis dalam batin menanyakan nama "energi gaib" (karuhun/leluhur) yang hadir tersebut ia tidak memberitahukan namanya dan hanya menjawab: "Ngaran mah teu penting, nu penting mah pengakuan ti karuhun, sabab loba jalma nu ngan sakadar apal kana ngaran-ngaran karuhun mah. Tah para karuhun sa-Pasundan ngaridoan ka anjeun" (Nama tidak penting, yang penting adalah pengakuan dari leluhur, sebab banyak orang yang sekedar hafal nama-nama karuhun (leluhur). Para karuhun (leluhur) se-Pasundan merasa ridha kepada engkau). Mungkin "energi gaib" tersebut adalah Prabu Wretikandayun, pendiri kerajaan Galuh.
Sunda artinya "suci", Galuh artinya "gadis" atau "batu permata", sedangkan "Karang Kamulyan" artinya "Tempat Kemuliaan." Penulis sejak masih kanak-kanak telah mendengar ihwal lokasi bersejarah Karang Kamulyan tersebut, sebab kisah legenda "Ciung Wanara" sangat terkenal di wilayah Ciamis – bahkan di wilayah Jawa Barat -- tetapi dalam kenyataannya penulis baru ditakdirkan Allah Ta'ala dapat berziarah ke lokasi bersejarah itu setelah berusia 53 tahun.
5. Sebulan kemudian, tgl 24-26 Juli 2003 penulis melakukan perjalanan ziarah ke berbagai tempat bersejarah yang terdapat di Pulau Jawa – termasuk berziarah ke makam para anggota Wali Sanga dan makam raja-raja Mataram di Yogyakarta (Kota Gede dan Imogiri). Perjalanan ziarah tersebut berawal dari kedatangan "energi gaib" yang mengaku sebagai "Sunan Giri" (Rd. Paku/Syekh 'Ainul-Yaqin) -- salah seorang anggota Wali Songo, yang juga raja di kerajaan Giri Kedaton dengan sebutan Prabu Satmoko atau Sultan Abdul Fakih. Beliau mengundang kedatangan penulis untuk berziarah ke makam beliau di Gresik.
6. "Undangan" dari "Sunan Giri" itulah yang menyebabkan penulis melakukan ziarah yang dimulai dari makam Sunan Ampel (Rd. Rahmat) di kota Surabaya, selanjutnya berturut-turut berziarah ke makam Sunan Giri, Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, dan Syekh Jumadil-Kubra di Gresik, makam Sunan Drajat (Rd.Qosim/Syarifuddin) di Sedayu - Lamongan, makam Sunan Bonang (Maulana Makhdum Ibrahim) di Tuban, makam Sunan Muria dan Sunan Kudus di Kudus, makam Sunan Kalijaga (Rd. Said) dan Sunan Kota (Raden Patah/Sultan Demak) di Demak, selanjutnya berziarah ke makam raja-raja di Yogyakarta, karena berziarah ke makam Sunan Gunungjati di Cirebon telah dilakukan sebelumnya.
7. Hal menarik ketika berziarah ke makam Sunan Drajat di Sedayu – Lamongan, di komplek makam tersebut terdapat silsilah leluhur Sunan Drajat yang ternyata berasal dari "tanah Pasundan" (Jawa Barat). Dalam Silsilah leluhur Sunan Drajat tertulis "Silsilah Pokok Raden Qosim, Sunan Drajat (Sunan Mayang Madu)." Paling atas tertulis:
 "Raja-raja Pajajaran", berputra:
 Prabu Banjaransari, berputra:
 Rd. Haryo Mentahun, berputra:
 Rd. Haryo Randu Kuning, berputra:
 Rd.Haryo Bangah.
Rd. Haryo Bangah (Banga/Hariang Banga/Kamarasa) adalah nama yang tidak dapat dipisahkan dari legenda "Ciung Wanara". Nama sebenarnya "Ciung Wanara" adalah Manarah atau Surotama, generasi ke-5 keturunan Raja Wretikandayun dari jalur Sampak Waja (620 M.), sedangkan Rd. Haryo Bangah (Banga/Hariang Banga/Kamarasa) adalah dari jalur Mandiminyak (624 M.), yang menjadi pengganti Raja Wretikandayun sebagai raja kerajaan Galuh di Karang Kamulyan.
Ciung Wanara (Manarah/Surotama) adalah anak Premana Dikusumah, raja kerajaan Galuh di Karang Kamulyan yang kemudian kedudukannya digantikan oleh Patih Bondan (Tamperan Barmawijaya/Rakeyan Panaraban), anak dari Rakeyan Jamri (Raja Sanjaya/Prabu Harisdarma 683 M). Rakeyan Jamri adalah anak Sena (Bratasenawa 661 M.) dari istrinya, Dewi Sannaha, cucu Maharani Sima dari kerajaan Kalingga yang pada masa pemerintahan Sanjaya namanya menjadi "Bumi Mataram" (732 M). Sanjaya pun menikahi Sudiwara, putri Dewasinga, raja kerajaan Kalingga Selatan atau (Bumi Sambara), mempunyai anaka bernama Rakai Panangkaran – saudara seayah Tamperan Barmawijaya (Rakeyan Panaraban), ayah Rd. Hayo Bangah (Banga/Hariang Banga).
Silsilah keturunan Ciung Wanara (Manarah/Surotama) dan keturunan Rd. Haryo Bangah (Banga/Hariang Banga/Kamarasa) bersatu ketika cicit keduanya menikah, yakni cicit perempuan Ciung Wanara (Manarah/Surotama) menikah dengan Rakeyan Wuwus (Prabu Gajah Kulon, 819-891 M), cicit Rd. Haryo Bangah (Banga/Hariang Banga/Kamarasa). Sejak 852 M. kedua kerajaan pecahan Tarumanagara tersebut (Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh) diperintah oleh keturunan Rd. Haryo Bangah (Banga/Hariang Banga/Kamarasa) akibat perkawinan di antara para kerabat kerajaan: Sunda, Galuh dan Saunggalah (Kuningan).
Kembali kepada silsilah leluhur Sunan Drajat (Rd. Qosim/Syarifuddin) maka jelaslah bahwa yang dimaksud dengan "Raja-raja Pajajaran" adalah para raja kerajaan Sunda dan kerajaan Galuh, baik keturunan dari Raja Tarusbawa maupun keturunan dari Raja Wretikandayun:
 Rd. Haryo Bangah berputra:
 Rd. Haryo Dandang Miring berputra:
 Rd. Haryo Dandang Wacono berputra:
 Nyi Ageng Lanang Boyo berputra:
 Rd. Haryo Ronggolawe berputra:
 Rd. Haryo Surolawe berputra:
 Rd. Haryo Lono berputra:
 Rd. Haryo Dikoro berputra:
 Rd. Haryo Tejo berputra:
 Retna Ayu Manila (Nyi Ageng Manila), menikah dengan Sunan Ampel (Rd. Ali Rahmatullah) berputra:
 (1) Sunan Bonang (Rd. Makhdum Ibrahim), (2) Sunan Drajat (Rd. Qosim/Syarifuddin), (3) Sunan Lamongan (Maulana Ahmad), (4) Siti Muthmainnah, (5) Siti Alwiyah, (6) Siti Asyikah yang diperistri oleh Sultan Demak I (Rd. Patah/Sunan Kota).
Berikut adalah silsilah keturunan Rd. Haryo Bangah (Banga/Haruang Banga/Kamarasa) menurut sumber lain:
 Kamarasa (Banga/Hariang Banga/Rd. Haryo Bangah) berputra:
 Gedeng Mantararasa berputra:
 Gedeng Mesir (Rakeyan Jayadarma – kakak Rakeyan Saunggalah/Prabu Ragasuci -- menikah dengan Dyah Singhamurti atau Dyah Lembu Tal, putri Mahisa Campaka, raja kerajaan Singhasari. Mahisa Campaka adalah anak Mahisa Wong Ateleng, cucu Ken Arok pendiri kerajaan Singhasari, dari istrinya yang bernama Ken Umang), berputra:
 Bra Wijaya atau RD WIJAYA, Pendiri kerajaan Majapahit, berputra:
 Gedeng Jati (Rd.Alit/Angkawijaya), berputra:
 Gedeng Kertasari (Bondan Gejawan/Lembu Peteng) menikah dengan Nawangsari berputra:
 Gedeng Kuncung (Rd. Depok/Ki Getas Pendawa) berputra:
 Gedeng Srawul (Bagus sangan/Ki Ageng Selo) berputra:
 Geden Krapyak (Ki Ageng Enis) berputra:
 Gedeng Kamuning (Ke Ageng Pamanahan) berputra:
 Rd. Sutawijaya (Panembahan Senopati/ Sultan Mataram I) berputra:
 .....................................(Rd. Seda Krapyak/Sultan Mataram II) berputra:
 Sultan Agung Hanyokro Kusumo (.............................)
 Sultan Amangkurat I (Sultan Glagah Wangi).
Salah seorang putri Sultan Amangkurat I menikah dengan Panembahan Girilaya (Panembahan Ratu II, Sultan Cirebon terakhir sebelum dibagi tiga) yakni leluhur penulis.
8. Selain adanya "garis merah" hubungan darah antara penulis dengan para raja kerajaan di Pulau Jawa tersebut berdasarkan silsilah secara tulisan, hal menarik lainnya dalam melakukan ziarah ke makam para anggota Wali Songo dan para raja Majapahit dan Mataram tersebut adalah penulis senantiasa mendapat "respon" (penyambutan) gaib yang "menakjubkan" dari "tokoh-tokoh sejarah" yang penulis kunjungi makamnya, sebagaimana yang penulis alami ketika berziarah ke situs bersejarah Karang Kamulyan, contohnya adalah:
 Ketika penulis berziarah ke makam raja-raja Mataram di Kota Gede (Yogyakarta), begitu penulis dan 2 orang teman penulis (Drs. Abdul-Razaq dan Suhadi BA) berganti pakaian dengan pakaian khusus yang telah disediakan pihak pengurus makam di sana, tiba-tiba penulis dengan gaya (sikap) seperti seorang raja (Sultan) -- sambil membawa tongkat yang biasa dibawa penulis -- berjalan di depan "juru kunci" memasuki lokasi pemakaman yang sangat dikeramatkan oleh para pengurus di sana.
Begitu pula ketika memasuki bangunan utama tempat makam-makam raja-raja Mataram -- seperti Ki Ageng Pamanahan (Ki Gede Mataram - Pendiri kerajaan Mataram Islam) dan putranya yang sangat terkenal Rd. Ngabei Loring Pasar atau Panembahan Senopati -- penulis dengan gaya seakan-akan sebagai "penguasa" di tempat yang sangat dikeramatkan dan sangat dihormati tersebut langsung masuk ke dalam ruangan dan berjalan di antara makam-makam menuju satu makam yang penulis sendiri tidak tahu makam siapa. Lalu penulis berhenti di sana sambil tetap berdiri dengan gaya (sikap) seorang raja (sultan), kemudian berkata kepada salah seorang teman penulis bernama Drs. Abdul-Razaq – tepatnya memerintahkan untuk memimpin doa kepadanya – "Abdul-Razaq, doa!" Lalu teman penulis tersebut memimpin doa. Setelah selesai berdoa di depan makam tersebut lalu penulis menunjuk satu makam lainnya sambil berkata kepada teman penulis yang memimpin doa tadi, "Doa!", setelah berdoa lalu penulis keluar dari ruangan dan menuju ke suatu tempat yang sebelumnya penulis tidak mengetahuinya, yaitu tempat pemandian keluarga raja-raja Mataram, di sana penulis mencelupkan ujung tongkat ke dalam air sumur (sendang).
 Pada bulan November 2005 penulis untuk yang kedua kalinya berziarah ke lokasi bekas kerajaan Galuh di desa Karang Kamulyan – Ciamis. Pada kesempatan tersebut penulis kembali merasakan kehadiran suatu "energi gaib" yang membuat mulut penulis sambil berjalan di lokasi tersebut terus menerus mengucapkan: "Sampurasun......Bagea bagja, bagea bagja, bagea bagja..." yaitu semacam ucapan selamat atas suatu anugerah luar biasa yang diterima penulis. Penulis sendiri tidak mengerti apa yang dimaksud dengan ucapan "selamat" (bagea bagja) yang diucapkan oleh "energi gaib" tersebut.
 Teka-teki ucapan "Bagea bagja, bagea bagja, bagea bagja..." tersebut baru terjawab ketika pada hari Minggu, tgl. 20 Januari 2007, bertepatan dengan TAHUN BARU ISLAM 1428 H., ketika penulis sedang bertamu di rumah seorang kenalan penulis bernama Abah Agus di Ciomas – Bogor, menurut pengakuannya ia berusia sekitar 160 tahun. Pada waktu itu ada "energi gaib" hadir dan melalui mulut penulis memberitahukan kepada istri Abah Agus bahwa di rumah tersebut ada sebuah "barang" (benda pusaka) yang harus diserahkan kepada penulis karena merupakan "milik" penulis.
Namun dikarenakan pada waktu itu Abah Agus tidak ada di rumah sehingga "barang" (benda pusaka) tersebut baru diserahkan oleh Abah Agus kepada penulis keesokan harinya (Minggu, 21 Januari 2007), setelah terlebih dulu terjadi dialog dengan "energi gaib" yang kembali hadir memberitahukan hal yang sama kepada Abah Agus.
Ketika Abah Agus menanyakan tempat asal dari "energi gaib" tersebut ia menjawab melalui mulut penulis, "Ti Kebon Gede" (dari Kebun Raya), ketika ditanya lagi, "Berupa apa barangnya?" Dijawab penulis, "Keris!" Ditanya lagi, "Siapa yang hadir ini?" Lalu dijawab, "Siliwangi!"
Setelah mendengar jawaban-jawaban dari "energi gaib" tersebut lalu Abah Agus masuk ke dalam kamarnya dan tidak lama keluar lagi sambil menyerahkan sebuah keris berwarna hitam, seperti pakaian hitam yang ketika itu dipakai oleh penulis, karena memang sejak tahun 2000 selalu memakai pakaian berwarna hitam, sehingga penulis benar-benar merasa takjub menyaksikan kenyataan seperti itu.
 Perlu diketahui juga bahwa beberapa bulan sebelumnya Abah Agus pun pernah memberikan "hadiah" kepada penulis 2 buah keris kecil, akan tetapi penulis tidak berminat membawa-bawa keris tersebut, terlebih setelah penulis menjadi seorang Ahmadi (anggota Jemaat Ahmadiyah). Sejak tahun 2000 barang yang senantiasa dibawa-bawa oleh penulis adalah tongkat panjang (iteuk) yang dibuat sendiri oleh penulis dan cincin, karena penulis menyukai tongkat dan batu-batu akik.
Tetapi sejak penulis menerima "keris pusaka" milik Prabu Siliwangi tersebut, penulis bukan saja senantiasa membawanya – seakan-akan "keris" tersebut sebagai suatu "tanda pewarisan" atau "tanda pengakuan" -- bahkan sejak saat itu penulis sering mendapat kunjungan banyak sekali "energi gaib" dari para raja di wilayah Pasundan, baik yang beragama Islam maupun yang bukan Muslim.
Ada pun tujuan "kehadiran" mereka semuanya sama, yaitu hanya untuk mengucapkan "Selamat" (Bagja) kepada penulis atas "pewarisan keris pusaka" milik Prabu Siliwangi tersebut langsung dari "Prabu Siliwangi". Di antara "energi gaib" tersebut ada yang berkata, "Loba pisan anu hayang ngawaris eta keris teh, tapi anjeun anu narima eta warisan." (sangat banyak orang yang ingin mewarisi keris tersebut tetapi engkau yang menerima warisan itu) Dengan demikian terjawablah ucapan "Bagea bagja, bagea bagja, bagea bagja"
(Selamat atas anugerah yang diterima) yang senantiasa diucapkan "energi gaib" melalui mulut penulis pada waktu penulis berziarah yang kedua kali ke lokasi bersejarah Karang Kamulyan yang artinya "Tempat Kemuliaan".
 Pada zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk, akibat ambisi politik Mahapatih kerajaan Majapahit, Gajahmada – yaitu ingin menyempurnakan "Sumpah Palapa" yang diikrarkannya untuk menaklukkan seluruh kerajaan di Nusantara di bawah kekuasaan kerajaan Majapahit -- telah terjadi peristiwa tragis yakni terbunuhnya seluruh rombongan calon pengantin perempuan, Dyah Pitaloka (Citraresmi), termasuk Prabu Linggawisesa, maharaja dari kerajaan Kawali dalam Perang Bubat yang sangat tidak seimbang.
Prabu Linggawisesa adalah kakek- buyut Prabu Siliwangi, dan "energi gaib" beliau pernah hadir kepada penulis dan berpesan agar penulis menancapkan "keris pusaka" Prabu Siliwangi di bekas lokasi Perang Bubat, dan pesan tersebut telah dilaksanakan oleh penulis pada bulan Maret tahun 2007. Bahkan atas permintaan "energi gaib" Rd. Wijaya penulis pun telah menancapkan "keris pusaka" Prabu Siliwangi tersebut di lokasi tempat Rd. Wijaya mendapat wahyu Keprabon sebelum mendirikan kerajaan Majapahit. Menurut juru kunci "situs kerajaan Majapahit" di lokasi itu pulalah Mahapatih Gajahmada mengucapkan Sumpah Palapa yang sangat terkenal, namun kemudian berakhir dengan terjadinya musibah besar, sebab selain terbunuhnya rombongan calon pengantin, juga Mahapatih Gajahmada sendiri pun kemudian menjadi buronan kerajaan Majapahit, sehingga tidak diketahui bagaimana keadaan nasibnya.
 Setelah berziarah ke lokasi Perang Bubat dan lokasi bekas Kerajaan Majapahit di kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto - Jawa Timur, penulis memenuhi "undangan gaib" Ki Ageng Pamanahan kembali berziarah ke makam raja-raja Mataram di Kota Gede. Dikarenakan kedatangan penulis ke lokasi pemakaman dilakukan pada hari Jum'at pagi maka penulis tidak dapat memasuki lokasi pemakaman, sebab pada hari Jum'at pintu gerbang makam baru di buka setelah selesai shalat Jum'at. Oleh karena itu penulis hanya berdoa di depan pintu gerbang disertai seorang teman yang mengantar ziarah. Selesai berdoa di depan pintu gerbang ada "energi" yang menuntun penulis menuju suatu lokasi lalu berhenti di sana. Tidak lama kemudian "Ki Ageng Pamanahan" dan "Penembahan Senopati" hadir secara gaib, di antaranya beliau menyatakan kegembiraannya atas kunjungan saya memenuhi "undangan" beliau, dan memohon maaf karena saat itu saya tidak dapat masuk ke lokasi pemakaman seperti sebelumnya.
 Dari lokasi pemakaman raja-raja Mataram penulis melanjutkan berziarah ke makam Penembahan Girilaya, Sultan Cirebon terakhir, sebelum kesultanan Cirebon kemudian dibagi tiga. Ketika penulis akan berangkat ke pemakaman raja-raja Mataram dan keturunannya di Imogiri, tiba-tiba hadir "energi" Sultan Agung Hanyokro Kusumo, kehadirannya hanya untuk menyatakan kegembiraannya atas kedatangan saya. Dan ketika penulis bertanya kepadanya apakah penulis perlu pergi berziarah ke pemakaman raja-raja di Imogiri? Beliau menjawab, "Tidak perlu, aku kan sudah datang ke sini menjumpai engkau."
Nampaknya "kunjungan gaib" Sultan Agung Hanyokro Kusumo tersebut tidak luput dari pemantauan para leluhur penulis dari Jawa Barat, di antara yaitu Prabu Borosngora, raja pertama kerajaan Panjalu yang beragama Islam. Ketika penulis sedang berziarah di makam Rd. Adipati Aria Panji Jayanagara, salah seorang raja Gara Tengah yang menggantikan kedudukan ayahnya Rd. Imbanagara, yang dihukum mati atas perintah Sultan Agung Hanyokro Kusumo akibat fitnah yang dilakukan oleh seorang utusan Mataram yang menghianati amanat yang persembahkan Rd. Imbanagara, raja Gara Tengah, berupa 7 orang putri Galuh, tetapi salah seorang di antaranya diperkosa oleh utusan Sultan Mataram tersebut, sehingga akibatnya Sultan Agung menjatuhkan hukuman mati (hukum pancung), status negara Gara Tengah pun menjadi kabupaten dan status raja (prabu) menjadi bupati atau adipati.
Akhirnya kasus pengkhianatan dan fitnah tersebut terbongkar, dan untuk menebus kesalahannya maka Sultan Agung Hanyokro Kusumo kemudian mengangkat putra Rd. Imbanagara yang bernama sebagai penggantinya menjadi Bupati Gara Tengah serta menganugerahkan gelar Raden Adipati Aria Panji Jayanagara, sedangkan nama ayahnya Rd. Imbanagara diperintahkan oleh Sultan Agung untuk diabadikan sebagai nama pusat pemerintahan yang dikehendaki oleh Raden Adipati Aria Jayanagara, tempat tersebut adalah Desa Imbanagara – Ciamis yaitu tempat tinggal penulis.
Sehubungan dengan "kehadiran" Sultan Agung Hanyokro Kusumo menyambangi penulis ketika berziarah di makam Panembahan Girilaya di bukit Girilaya (Giriloyo) – Imogiri tersebut, Prabu Borosngora berkomentar, "Baheula manehnya ngawasaan Galuh, tapi kamari mah manehna datang ka anjeun nya..." (Dahulu ia menguasai wilayah Galuh, tetapi kemarin ia datang menjumpai engkau ya.."
9. Istri keempat Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) yakni Rara Tapasan, putri Ki Gede (Ki Ageng) Tapasan, berasal dari kerajaan Majapahit. Dari Rara Tepasan ini lahir Ratu Ayu Wanguran (diperistri oleh Pangeran Sabrang Lor, Sultan Demak II) dan Pangeran Pasarean (yang menikah dengan Ratu Nyawa, putri Pangeran Tranggono – Sultan Demak III), yang kemudian menurunkan Panembahan Girilaya, sultan Cirebon terakhir.
10. Penulis berkeyakinan bahwa respons (penyambutan) positif berupa "penghormatan" yang dilakukan oleh para raja di Pulau Jawa tersebut – termasuk para raja kerajaan Mataram seperti Ki Ageng Pamanahan, Penembahan Senopati, dan Sultan Agung Hanyokro Kusomo – adalah merupakan pengakuan bahwa penulis benar-benar mempunyai hubungan kekerabatan, bukan saja dengan para anggota Wali Songo dan para raja kerajaan Demak, Pajang, dan Mataram, bahkkan juga memiliki hubungan kekerabatan dengan para leluhur kerajaan Salakanagara, Tarumanagara, Galuh, Pajajaran bahkan dengan Majapahit, karena ayah Raden Wijaya -- Rakeyan Jayadarma --adalah Raja Kerajaan Sunda Pakuan yang berasal dari Kerajaan Sunda Galuh. (Lihat BAB XIII: KERAJAAN-KERAJAAN DI JAWA BARAT & UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI).
11. Dari penjelasan dalam point-point sebelumnya tersebut jelas sekali "benang merah" hubungan darah antara penulis dengan para leluhur yang makam-makamnya telah diziarahi penulis. Ada pun doa-doa yang senantiasa penulis panjatkan kepada Allah Ta'ala pada saat berziarah adalah:
 Memohon kepada Allah Ta'ala agar Dia mengampuni kesalahan yang telah dilakukan oleh para leluhur tersebut.
 Memohon kepada Allah Ta'ala agar Dia memberikan ganjaran atas semua kebaikan yang pernah para leluhur lakukan semasa hidupnya.
 Memohon kepada Allah Ta'ala agar Dia berkenan memberi petunjuk kepada semua keturunan mereka untuk bergabung ke dalam Jemaat (Jama'ah) Muslim yang didirikan oleh Al-Masih Mau'ud a.s. atau Imam Mahdi a.s. yakni Jemaat Ahmadiyah bersama-sama dengan penulis.
Pada setiap melakukan ziarah ke makam leluhur, penulis tidak pernah berdoa selain dari ketiga hal tersebut.
12. Peristiwa lainnya yang semakin memperkuat keyakinan penulis – setelah penulis menerima "keris pusaka" milik Maharaja Kerajaan Pajajaran tersebut – Prabu Siliwangi menyatakan bahwa yang dimaksud dengan "Nagara Pajajaran Anyar" adalah Pusat Jemaat Ahmadiyah di Bogor, tempat penulis bekerja dan berdomisili. Oleh karena itu ketika Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia -- yakni "Nagara Pajajaran Anyar" pada tgl 15 Juli 2005 mendapat penyerbuan brutal dari pihak yang menamakan Front Persatuan Umat Islam yang umumnya berpakaian putih, keadaannya memiliki persamaan seperti ketika AL-AHZAB (Golongan Persekutuan) ketika mengepung Nabi Besar Muhammad saw. dan umat Islam di kota Madinah, kemudian "Golongan Persekutuan" tersebut diporak-porandakan secara hina oleh Allah Ta'ala (Qs.33:10-28.
13. Akibat tindakan pihak aparat pemerintah Kabupaten Bogor secara paksa mengevakuasi "Urang Sunda" yang saat itu berada di lokasi "Nagara Pajajaran Anyar" tersebut maka tidak berapa kemudian untaian berbagai peristiwa yang sangat tragis dan hina bukan saja telah terjadi di wilayah kabupaten Bogor dan di Jawa Barat saja, melainkan juga di seluruh wilayah NKRI.
Bencana demi bencana terus menerus datang silih berganti memakan korban harta yang sangat besar jumlahnya serta memakan korban jiwa yang ratusan ribu jumlahnya, suatu peristiwa sangat mengerikan yang tidak pernah terjadi pada masa pemerintahan sebelumnya mulai dari zaman pemerintahan Presiden Soekarno sampai dengan zaman pemerintah putrinya, Presiden Megawati Soekarnoputri.
14. Sejak awal pergantian pemerintahan dari pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri kepada pemerintahan Presiden DR. Susilo Bambang Yudhoyono, penulis sendiri telah mengirimkan "surat khusus" sebanyak 6 buah, termasuk setelah terjadinya "penyerbuan brutal" ke Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia atau "Nagara Pajajaran Anyar" di Kemang – Bogor, sehingga dengan demikian tidak ada alasan bagi siapa pun dan pihak mana yang menentang JEMAAT AHMADIYAH atau "NAGARA PAJAJARAN ANYAR" yang didirikan dan dipimpin oleh RATU ADIL - IMAM MAHDI A.S. atau ALMASIH MAU'UD A.S. pun untuk mempersalahkan ALLAH TA'ALA apabila dalam kenyataannya ALLAH TA'ALA terus menerus menimpakan bala bencana, bukan saja di wilayah NKRI tetapi juga di seluruh dunia. Sehubungan dengan hal tersebut Prabu Siliwangi sebelumnya telah memperingatkan:
5. Saur eyang Prabu pokna ka sadaya balad Pajajaran anu parantos malundur, satueuacanna ngahiyang:"Lalakon orang teh ngan nepi ka poe ieu pisan ugana.
6. Sanajan dia kabehan ka ngaing pada satia, tapi ngaing hanteu meunang mawa dia pipilueun ngilu hirup balangsak, ngilu rudin bari lapar.
7. Daria kudu marilih, supaya engke jagana pikeun hirup ka hareupna, sangkan jembar sugih-mukti bisana ngadegna deui nya nagara Pajajaran.
8. Tapi lain Pajajaran, Pajajaran nu kiwari, pasti PAJAJARAN ANYAR, anyar diadegkeunana, nu ngadegna digeuingkeun, pasti ku obahna jaman."
..........................................................................
65. Laju neangan BUDAK ANGON, nu saungna di birit leuwi, dihateup ku handeuleum, pantona batu satangtung, ditihangan ku hanjuang, budak angonna geus euweuh.
66. Ari inyana dek menta tumbal nya ka BUDAK ANGON tea, geus narindak babarengan jeung budak janggotan mariang pindah babakan, pindah ka lebak cawene.
67. Nu kasampak kari gagak, nyata gagakna keur ngelak, ngelakna dina tutunggul. eyang Prabu pok ngadawuh: "Geura ieu darengekeun, jaman bakal ganti deui,"
68. "nyaeta gantina jaman, tapi engke mun kasaksi gunung Gede enggeus bitu, disusul ku tujuh gunung, genjlong deui sajagat, URANG SUNDA disarambat.
69. Pasti kanyataanana PUTRA SUNDA ngahampura, hade deui sakabehna, Nagara ngahiji deui, nusa jadi deui, sabab ngadeg RATU ADIL.
70. RATU ADIL nu sajati. cing saha eta wujudna, jeung ti mana asalnya eta RATU ADIL, engke dia nyaraho, kiwari siar bae ku daria BUDAK ANGON anu tangtu.
71. Tah sakitu kami wawangsit ka daria sakabeh, eta wangsit kudu puhit, kiwari geura narindak, ulah ngalieuk ka tukang, bisi aya balukarna."

Terjemahannya secara bebas:

5. Kata eyang Prabu kepada rakyat (pasukan) Pajajaran yang sudah mengundurkan diri sebelum "ngahiyang" (menghilang/meninggal): "Kisah kita semua hanya sampai hari ini saja "ugana" (perjalanan sejarahnya yang telah ditakdirkan).
6. Walau pun kalian semua berlaku setiap kepadaku akan tetapi aku tidak boleh membawa kalian ikut-serta mengalami hidup susah, berpakaian compang-camping dan kelaparan.
7. Kalian harus memilih supaya nanti di masa depan untuk kehidupan ke depannya, supaya "jembar sugih-mukti" (meraih kejayaan dan tidak kekurangan sesuatu apapun) dalam rangka berdirinya kembali negara Pajajaran.
8. Akan tetapi bukan Pajajaran, Pajajaran yang sekarang, pasti Pajajaran yang baru, baru didirikannya, yang berdirinya diperingatkan pasti oleh berubahnya jaman."
..........................................................................................................
66. Kemudian mereka mencari BUDAK ANGON (anak gembala), yang gubuknya di "birit leuwi" (di pinggir lubuk/palung sungai), "dihateup ku handeuleum" (bagian atas gubuknya ditutup oleh handeuleum), "pantona batu satangtung" (pintunya berupa batu), bertiangkan pohon hanjuang tetapi anak gembalanya sudah tidak ada.
67. Ada pun tujuannya hendak meminta "tumbal" (obat/sarana penyembuh) kepada anak gembala) tersebut, tetapi ia sudah berangkat bersama-sama dengan "budak janggotan" (anak/remaja berjanggut) pergi berpindah tempat, pindah ke "lebak cawene" (lembah perawan).
68. Yang ditemukan hanya burung gagak yang sedang berbunyi terus menerus di atas tunggul pohon. Eyang Prabu [Siliwangi] selanjutnya berkata: "Dengarkanlah ini oleh kalian, jaman akan berubah lagi,"
69. Yaitu bergantinya jaman, tetapi nanti kalau menyaksikan gunung Gede telah meletus, disusul oleh tujuh gunung, gempar seantero dunia, ORANG SUNDA bakal "disarambat" (diharapkan kedatangannya dan peran-sertanya).
70. Pasti kenyataan PUTRA SUNDA bakal memaafkan, baik lagi semuanya, NEGARA bersatu lagi, NUSA (tanah air) berwujud lagi, sebab tampil berdiri RATU ADIL.
71. RATU ADIL YANG SEJATI. Coba, siapakah wujudnya? Dan dari mana asalnya RATU [ADIL] itu? Nanti kalian bakal mengetahui, sekarang cari (selidiki) saja oleh kalian ANAK GEMBALA yang sudah pasti [kebenarannya].
72. Nah, sekian saja saya menyampaikan wangsit (amanat/pesan) kepada kalian semua, wangsit tersebut harus ditelaah, sekarang segera bertindak, jangan menengok ke belakang supaya jangan sampai timbul mudharat."
BAB XVII

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat disarikan dari uraian mulai BAB I sampai dengan
BAB XVI adalah:
1. Semua umat beragama sepakat mempercayai tentang kedatangan kedua kali para Rasul Allah – dengan nama yang berlainan -- yang mereka yakini akan mengunggulkan agama mereka atas agama-agama lainnya.
2. Semua umat beragama sepakat mempercayai bahwa kedatangan kedua kali para Rasul Allah tersebut terjadi di Akhir Zaman.
3. Kedatangan Rasul Akhir Zaman tersebut terjadi pada waktu perpecahan dan pertentangan yang sangat parah sedang berkecamuk baik di antara umat beragama yang berbeda mau pun di kalangan intern umat beragama.
4. Kabar (berita) mengenai kedatangan Rasul Akhir Zaman tersebut selain didukung oleh kesaksian Kitab-kitab Suci, Hadits (sabda) para Nabi Allah, perkataan para Wali Allah, juga didukung oleh kesaksian "pesan-pesan leluhur" di berbagai daerah, di antaranya adalah Uga Wangit Prabu Siliwangi.
5. Tujuan pengutusan Rasul Akhir Zaman tersebut – sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw. tentang Imam Mahdi a.s. sebagai Hakaman 'Adalan (Hakim yang adil) -- adalah untuk melakukan "Penghakiman" atas perselisihan dan pertentangan parah yang terjadi di kalangan umat beragama, yakni untuk memisahkan pihak mana yang agamanya dan pemahaman keagamaannya benar dan pihak mana yang tidak benar (Qs.3:180).
6. Menurut Prabu Siliwangi dalam Uga Wangsitnya bahwa sebelum terwujudnya kembali "Nagara Pajajaran Anyar" manusia akan mengalami berbagai macam bala-bencana yang dahsyat, termasuk terjadinya Perang Dunia I dan II, bahkan kemungkinan terjadinya Perang Nuklir pun bukan hal yang mustahil, sebab umat manusia – termasuk umumnya umat beragama – tetap bersikap takabbur terhadap Rasul Akhir Zaman (Qs.6:132; Qs.11:118; Qs.17:16; Qs.20:135; Qs.26:209; Qs.28:60).
7. Dalam Uga Wangsit Prabu Siliwangi sebutan Rasul Akhir Zaman adalah Ratu Adil sedangkan "Kerajaan Rohani" yang dipimpin oleh RATU ADIL – IMAM MAHDI A.S. disebut "Nagara Pajajaran Anyar".
8. Prabu Siliwangi dalam Uga Wangsitnya menamakan utusan-utusan Ratu Adil – Imam Mahdi a.s. yang tersebar di seluruh dunia – termasuk di Indonesia -- dengan sebutan "Budak Angon", sedangkan "Masyarakat Muslim" dari "Nagara Pajajaran Anyar" yang dipimpin oleh "Ratu Adil" disebut "Urang Sunda" yang akan "disarambat" atau HIZBULLAAH yang hakiki (Qs.55:55-57; Qs.58:23) yaitu JEMAAT AHMADIYAH, sebab "Hizbullah" yang hakiki senantiasa didirikan oleh para Rasul Allah.
9. Menurut Prabu Siliwangi berkat peran-serta aktif dari "Urang Sunda" yang merupakan "Masyarakat Muslim" dari "Nagara Pajajaran Anyar" itulah maka "Kehidupan Surgawi" yang diidam-idamkan oleh semua umat beragama – bahkan oleh seluruh umat manusia -- bukan hanya akan terjadi di wilayah Nusantara saja tetapi juga akan terwujud di seluruh kawasan dunia yang mengakui eksistensi (keberadaan) "Nagara Pajajaran Anyar" atau HIZBULLAAH yang hakiki yakni JEMAAT AHMADIYAH.
10. Penyebaran ajaran Islam (Al-Quran) yang dilakukan oleh "Urang Sunda" -- yang merupakan "'Masyarakat Muslim" dari "Nagara Pajajaran Anyar" -- tersebut dilakukan dengan cara-cara yang indah serta dengan penuh kasih-sayang dan doa, walau pun mereka dalam melaksanakan tugas mulianya tersebut senantiasa mendapat perlakuan yang "sangat tidak manusiawi" dari pihak-pihak yang menentangnya, sebagaimana halnya yang dialami oleh para Rasul Allah dan para pengikutnya yang hakiki dari zaman ke zaman, termasuk perlakuan aniaya yang dialami oleh Nabi Isa Ibnu Maryam Israili a.s. dan para pengikutnya dari para pemuka agama Yahudi, salah seorang di antaranya adalah Paulus (Kis 8:3; 22:4-5, 26:9-11; Gal 1:11-14).
11. Namun demikian "Urang Sunda" -- yakni "masyarakat Muslim" -- "Nagara Pajajaran Anyar", sesuai dengan fitrat umumnya "Urang Sunda" yang sangat "pemaaf" serta sesuai dengan sifat "AHMAD" yang terkandung dalam "ismuhu Ahmad (namanya Ahmad – Qs.61:7), mereka akan memperagakan kembali "pemaafan" yang dilakukan oleh Nabi Yusuf a.s. dan Nabi Besar Muhammad saw. terhadap seluruh "perbuatan aniaya" yang dilakukan oleh "saudara-saudaranya": لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ – "Tiada celaan bagi kamu pada hari ini", firman-Nya:
قَالَ هَلْ عَلِمْتُمْ مَا فَعَلْتُمْ بِيُوسُفَ وَأَخِيهِ إِذْ أَنْتُمْ جَاهِلُونَ(90)قَالُوا أَئِنَّكَ لَأَنْتَ يُوسُفُ قَالَ أَنَا يُوسُفُ وَهَذَا أَخِي قَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا إِنَّهُ مَنْ يَتَّقِ وَيَصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ(91)قَالُوا تَاللَّهِ لَقَدْ ءَاثَرَكَ اللَّهُ عَلَيْنَا وَإِنْ كُنَّا لَخَاطِئِينَ(92)قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللَّهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ(93)
Ia (Yusuf) berkata, "Apakah kamu tahu apa yang telah kamu lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya, ketika kamu berbuat jahil (bodoh)?" Mereka berkata, "Apakah sesungguhnya engkau Yusuf?" Ia berkata, "Ya, akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sungguh Allah telah melimpahkan karunia atas kami. Sesungguhnya barangsiapa bertakwa dan bersabar maka sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan ganjaran bagi orang-orang yang berbuat ihsan (baik)." Mereka berkata, "Demi Allah. Sungguh Allah benar-benar telah melebihkan engkau di atas kami dan bahwasanya kami adalah orang-orang yang bersalah". Ia (Yusuf) berkata, "Tiada celaan bagi kamu pada hari ini. Semoga Allah mengampuni kamu. Dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang" (Yusuf, 90-93).


ooo0ooo

"Nagara Pajajaran Anyar", 15 Juli 2007 Ki Langlang Buana Kusuma

HAKIKAT
"MESIANISME" (KE-ALMASIH-AN)
DALAM AL-QURAN
&
MAKNA "NAGARA PAJAJARAN ANYAR"
DAN "URANG SUNDA" DALAM
UGA WANGSITPRABU SILIWANGI

Oleh
Ki Langlang Buana Kusumah




"Pakuan Pajajaran Anyar"
Jalan Raya Parung No.27
Kemang - Bogor


DAFTAR ISI


Kata Pengantar

Biodata & Silsilah Leluhur Penulis

BAB I

PENGANTAR UMUM
 Kontroversi Mengenai "Ruh" & Hilangnya "Ruh" Islam (Al-Quran)
 Para Mujaddid & Tantangan Allah Ta'ala
 Kemunduran Parah Umat Islam Di Akhir Zaman
 Pemeliharaan Al-Quran Sepenuhnya Wewenang Allah Ta'ala &
Pengutusan Kedua Kali" Para Rasul Allah
 Hakikat 4 Ekor Burung Nabi Ibrahim a.s.
 Maghdhub dan Dhallin & Makna Akhir Zaman
 Seperti Persamaan Sepasang Sepatu
 Menghina Kemuliaan Nabi Besar Muhammad saw. dan
Kesempurnaan Al-Quran
 Khitan Sebagai Tanda Perjanjian Allah Ta'ala Dengan Nabi Ibrahim a.s.
 Untaian Nikmat Allah Ta'ala & Azab Allah Ta'ala
 Peringatan Allah Ta'ala Kepada Umat Islam & Menyebarnya Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj)
 Kebangkitan "Fir'aun" Di Akhir Zaman
 Kedatangan Kedua Kali Para Rasul Allah
 Uga Wangsit Prabu Siliwangi Tentang Merajalelanya
 "Kerbau Bule" dan "Kera" Di Indonesia

BAB II

HIZBULLAH HAKIKI & HUBUNGAN KATA SHAFFAN
DENGAN PAJAJARAN
 Hubungan Kata Shaffan Dengan Kata Pajajaran & Makna Bertasbih
 Hakikat "Sayap" Malaikat
 Berbagai Pendapat Tentang Makna Kata Pajajaran
 Hakikat Berpegang Teguh Pada Tali Allah
 Kesatuan Dan Persatuan Umat & Tauhid Ilahi
 Perpecahan Umat & Kemusyrikan
 Akibat Semakin Kerasnya Hati Manusia
 Hakikat Ahli Bait & Tadsir Surah Al-Jumu'ah
 Hakikat Perintah Untuk Melaksanakan Shalat Jum'at &
Terbentuknya Kembali Silsilah Khilafat Kenabian
 Al-Masih Mau'ud a.s. & Para Khalifatul Masih


BAB III

UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI TENTANG "NAGARA PAJAJARAN ANYAR"

BAB IV

HAKIKAT MESIANISME (KE-ALMASIH-AN) MENURUT ALLAH TA'ALA DALAM AL-QURAN
 Kemunculan Antikristus dan Dajjal
 Kemisteriusan Kelahiran dan Kewafatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
 Tiga Tingkat Suluk (Perjalanan Rohani) & Keadaan Nafs Ammarah
 Keadaan Nafs Lawwamah & Hari Kiamat
 Khabar Suka & Banjir Dahsyat Di zaman Nabi Nuh a.s.
 Tingkat Kerohanian Maryam Binti 'Imran & Nafs Muthmainnah
 Munculnya Pikiran-pikiran Sesat
 Kenabian Ummati Di Kalangan Umat Islam &
Perjalanan terakhir Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Sebagai Al-Masih
 Peniupan "Ruh" Allah Ta'ala & Proses Pewahyuan
 Penciptaan Langit Baru & Bumi baru

BAB V

AL-QURAN TENTANG MESIANISME HIKMAH WAFATNYA SEMUA PUTRA NABI BESAR MUHAMMAD SAW. DI MASA KECIL
 Misal Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. & Makna Khaataman-Nabiyyiin
 Tanda Saat (Tanda Kiamat) Bagi Bani Ismail (Bangsa Arab)
 Perumpamaan Gadis-gadis Yang Bijaksana & Gadis-gadis Yang Bodoh
 Misal Istri Fir'aun Yang Shalihah & Misal Maryam Binti 'Imran
Yang Menjaga Kesucian Dirinya
 Penyelamatan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. dan Ibundanya
Ke Sebuah "Tempat Yang Tinggi"
 Kenabian Ummati & Tanda Penghinaan Dari Allah Ta'ala

BAB VI

AJAL (BATAS) WAKTU SETIAP UMAT
 Kutukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
 Wasiyat Allah Ta'ala Kepada Nabi Adam a.s.
 Mengkhianati Kesaksian dan Perjanjian

BAB VII

"BATU SANDUNGAN" KELAHIRAN & PENYALIBAN NABI ISA IBNU MARYAM A.S.
 Paulus & Bahaya Faham Trinitas
 Nasib Tragis Yang Menimpa Bangsa-bangsa Barat Penganut Ajaran Paulus
 "Batu Sandungan" Kelahiran dan Penyaliban Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
 Pernyataan Allah Ta'ala Tentang Gagalnya Makar-buruk Upaya Pembunuhan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.
 Kenistaan Yang Senantiasa Mengejar-ngejar Orang-orang Yahudi & Generasi Penerus Pemeluk Ajaran Paulus

BAB VIII

ANTIKRISTUS NAMA LAIN DARI DAJJAL
 Dajjal Si Pendusta Besar Yang Matanya Buta Sebelah & Para Penghuni Gua
 Peringatan Allah Ta'ala Kepada Umat Islam & Fitnah Dajjal
 Ketidak-berdayaan Dajjal Menghadapi Imam Mahdi a.s.
 Penghancuran Yerusalem Oleh Penyerbuan Panglima Titus
 Penjelasan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Tentang Kedatangannya Yang Kedua Kali
 Hakikat kelahiran Nabi Yahya a.s. dan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. Yang Unik
 Isyarat Pencabutan Nikmat Kenabian Dari Bani Israil

BAB IX

MISI RASUL AKHIR ZAMAN
 Cara Allah Ta'ala Melakukan Penghakiman Di Dunia
 Khalifah Allah & Nikmat Allah Ta'ala

BAB X

PROSES TERBENTUKNYA KERAJAAN BANI ISRAIL
 Proses Kejayaan Bani Israil Yang Pertama
 Perbedaan Siasat Yang Dilaksanakan Oleh Nabi Daud a.s. dan
Nabi Sulaiman a.s.
 Makna Ditundukkan-Nya Gunung-gunung dan Burung-burung
 Makar Buruk Di Masa Pemerintahan Nabi Sulaiman a.s.

BAB XI

MAKNA GUNUNG-GUNUNG DAN BURUNG-BURUNG
 Makna Dilunakkannya Besi Untuk Nabi Daud a.s.
 Bersyukur & Tidak Bersyukur
 Masa Kemunduran Kerajaan Bani Israil
 Peringatan Allah Ta'ala Kepada Umat Islam

BAB XII

KHALIFAH ALLAH & KHALIFAH RASUL ALLAH
 Kebangkitan Kembali Kaum-kaum Purbakala & Kedatangan Para Rasul Allah
 Khilafat 'Alaa Minhajin-Nubuwwah & Khalifah Allah dan Khalifah Rasul Allah
 Hubungan Penumpahan Darah Dengan Ketakaburan Iblis
 Hakikat Iblis, Satan atau Naga Si Ular Tua & Lautan Api dan Belerang
 Petrus & Hari Tuhan
 Langit Baru & Bumi Baru

BAB XIII

KERAJAAN-KERAJAAN DI JAWA BARAT & UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI
 Uga Wangsit Prabu Siliwangi

BAB XIV

PRABU SILIWANGI
 Prabu Siliwangi
 Perang Bubat & Kebijaksanaan Sri Baduga dan Kehidupan Sosial
 Peristiwa-peristiwa Di Masa Pemerintahan Prabu Siliwangi

BAB XV

TAFSIR UGA WANGSIT PRABU SILIWANGI
 Kebebasan Beragama
 Penghancuran Istana Surasowan Merupakan Bahan Renungan
 "Nagara Pajajaran Anyar" dan Ismuhu Ahmad & Sifat "Urang Sunda"
 Perbedaan Makna Muhammad dan Ahmad
 Perjalanan Sejarah "Urang Sunda"
 Urang Sunda Pakidulan & Uga Kedaerahan
 Urang Sunda Pakaleran & Pawetanan
 Bangkitnya Kerajaan Islam & Penguasa Muslim
 Urang Sunda Pakulonan
 Hakikat "Lacak Ki Santang & Mazhab Hanafi
 "Budak Angon" (Anak Gembala)
 Meminta Syafaat (Rekomendasi) Dari "Budak Angon"
 Mazhab Imam Abu Hanifah r.a. & Perang Dunia
 Khabar Suka & Khabar Duka Untuk Mereka Yang Memisahkan Diri Ke Sebelah Selatan
 Upaya Melacak Sejarah Masa Silam Guna Mengetahui Perjalanan Sejarah Masa Depan
 Makna Kata "Pajajaran"
 "Raja Panyelang"
 "Budak Angon" (Anak Gembala) Dan Gembalaannya
 Makna Kalakay dan Tutunggul
 Menghidupkan Kembali Pohon Islam Yang Telah Layu
 Munculnya Kerajaan-kerajaan Islam & Kedatangan Bangsa Belanda dan Bangsa Jepang
 Penderitaan Di Masa Penjajahan Jepang
 Pemboman Kota Hiroshima dan Nagasaki
 Presiden Soekarno
 Presiden Suharta & Orde Baru
 Presiden K.H.Abdurahman Wahid
 Jaman Sato (Jaman Kebinatangan)
 Pesan 2 Orang Leluhur "Urang Sunda" Kepada Presiden Megawati Soekarnoputri
 Berebut "Warisan"
 Mencari "Budak Angon" (Anak Gembala)
 Makna "Urang Sunda"
 Berziarah Ke Situs Kerajaan Majapahit
 Raden Wijaya & Wahyu Keprabon
 Makna "Urang Sunda Disarambat"
 "Budak Angon" (Anak Gembala)

BAB XVI

MEWARISI KERIS PUSAKA MILIK PRABU SILIWANGI.

 Menemukan Dokumen "Silsilah Leluhur"

BAB XVII

KESIMPULAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

 Syair Karya Khalifatul Masih IV, Mirza Tahir Ahmad rta.,
Tentang Indonesia
 Gambar "Perjalanan" Penulis Menelusuri "Sejarah Masa Lalu"

Kata Pengantar

Assalamu 'alaykum wr. wb.

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sebelum kedatangan bangsa Eropa atau "kerbau bule" atau Gog (Yajuj) dan Magog (Majuj) ke wilayah Nusantara -- yang kemudian menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia – di wilayah Nusantara banyak terdapat kerajaan yang datang dan pergi silih berganti, yaitu seiring dengan kedatangan agama-agama yang menyebar di wilayah Nusantara, yakni agama Hindu, agama Buddha dan agama Islam.
Satu hal yang sangat menakjubkan dari bangsa Indonesia adalah bahwa walau pun bangsa Belanda (VOC) yang beragama Kristen berhasil menjajah bumi Nusantara selama 350 tahun, akan tetapi mayoritas bangsa Indonesia tetap memeluk agama Islam, dan hanya di wilayah-wilayah tertentu saja yang penduduknya memeluk agama Kristen.
Salah satu wilayah di Nusantara yang di dalamnya terdapat kerajaan-kerajaan Hindu, Buddha dan Islam tersebut adalah Jawa Barat atau Pasundan. Ada pun kerajaan-kerajaan di wilayah Pasundan yang tercatat dalam sejarah di antaranya adalah:
8. Kerajaan Salakanagara. Pemerintahannya berlangsung dari th. 130 M s/d th. 343 M.. Para rajanya disebut Dewawarman, mulai dari Raja Dewawarman I sampai dengan Raja Dewawarman VII.
9. Kerajaan Tarumanagara yang didirikan oleh Raja Jayasinghawarman, menantu dari Raja Dewawarman VII, kekuasaannya berlangsung dari th. 358 s/d th. 669 M. Tercatat ada sebanyak 11 orang raja yang menggantikan Raja Jayasinghawarman secara berturut-turut, dan yang paling terkenal di antaranya adalah Raja Purnawarman yang memerintah th. 395 s/d 434 M.
10. Kerajaan Kendan/Galuh (th. 536 s/d. th. 852 M) didirikan oleh Raja Manikmaya dan dilanjutkan oleh 13 orang raja pengganti berturut-turut.
11. Kerajaan Sunda Pakuan (th.669 s/d 1333 M) didirikan oleh Raja Tarusbawa, dilanjutkan oleh 27 orang raja pengganti berturut-turut.
12. Kerajaan Galuh/Kawali (th. 1333 s/d 1482 M) didirikan oleh Prabu Ajiguna Linggawisesa, dilanjutnya oleh 5 orang raja pengganti berturut-turut. Pewaris kerajaan raja yang ke-5, Niskala Wastu Kancana, adalah 2 orang putranya, yakni Prabu Susuktunggal (Sang Haliwungan) memerintah kerajaan Sunda Pakuan atau Pakuan Pajajaran, sedangkan Sunda Galuh diperintah oleh Prabu Dewa Niskala.
13. Kerajaan Pajajaran (1482 s/d 1579 M) diperintah oleh Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi, cucu Raja Niskala Wastu Kencana dan putra dari Dewa Niskala. Setelah Prabu Siliwangi meninggal dunia pemerintahan Kerajaan Pajajaran dilanjutkan oleh 5 orang raja berturut-turut dari silsilah keturunan Prabu Susuktunggal melalui putrinya, Kentring Manik Mayang Sunda.
14. Pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi di kawasan wilayah Kerajaan Pajajaran berdiri 2 pemerintahan kerajaan Islam, yaitu (1) Kesultanan Cirebon yang didirikan oleh Pangeran Walangsungsang (Kian Santang), putra Prabu Siliwangi dari istri beliau yang bernama Ratu Subang Larang (Subang Karancang) -- yang dilanjutkan oleh keponakannya, Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) -- dan (2) Kesultanan Banten yang dipimpin oleh Maulana Hasanuddin, putra Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) -- dari Ratu Winaon, putri Bupati Banten. -- setelah berhasil mengalahkan Raja Kerajaan Pajajaran yang terakhir, Prabu Suryakancana yang berkedudukan di Banten Girang, di kaki gunung Pulasari.
Prabu Siliwangi dalam Uga Wangsitnya telah meramalkan perjalanan sejarah yang akan dialami oleh "Kerajaan Pajajaran" dan "penduduknya", yaitu mengenai kehancurannya dan kebangkitannya kembali berupa "Nagara Pajajaran Anyar" yang akan dipimpin oleh "RATU ADIL".
Banyak di antara tokoh "Urang Sunda" yang berusaha menafsirkan Uga Wangsit Siliwangi sesuai dengan pemahamannya masing-masing, sehingga di antara mereka pun yang mempersiapkan diri untuk menyongsong terwujudnya kembali "Nagara Pajajaran Anyar" dalam berbagai macam kegiatan, antara lain mendirikan berbagai paguyuban "Kasundaan" yang bergerak dalam bidang sosial dan kebudayaan.
Namun dalam seiring dengan berjalannya waktu, banyak di antara mereka kemudian mengalami "kekecewaan" demi "kekecewaan" terhadap sikap umumnya "Urang Sunda" sendiri, termasuk terhadap "tokoh-tokoh" Sunda, karena terbukti mereka bukan saja tidak mampu mempertahankan berbagai situs bersejarah peninggalan kerajaan-kerajaan yang pernah ada di wilayah Pasundan (Jawa Barat), bahkan di antara mereka pun ada yang ikut-serta (terlibat) dalam proses penghancuran situs-situs yang bersejarah tersebut. Contohnya adalah penghancuran situs bersejarah "Bukit Badigul" di desa Rancamaya – Bogor, yang dihancurkan demi untuk kepentingan para pengusaha Real Estate, yang didukung oleh pihak penguasa di masa itu.
Demikian pula ketika situs bersejarah "Batutulis" di kelurahan Batu Tulis – Bogor digali oleh oleh salah seorang Menteri Agama RI pada masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, reaksi yang dilakukan oleh kebanyakan "Urang Sunda" hanya sekedar melakukan protes belaka, dan akhirnya "kasus" tersebut mereda dengan sendirinya.
Walau pun benar bahwa penghancuran kedua situs yang sangat bersejarah tersebut telah menelan "korban", akan tetapi tidak mustahil penyebabnya karena mereka yang menjadi korban tersebut karena "katulah" oleh "supata" (kutukan) dari para "leluhur urang Sunda" -- yang telah bersusah-payah mendirikan berbagai kerajaan di Jawa Barat, termasuk kerajaan Pakuan Pajajaran -- bukan karena adanya upaya dari "Putra Sunda".
Penulis sempat bertemu dengan 2 orang "tokoh" Sunda yang juga mempercayai Uga Wangsit Prabu Siliwangi, bahkan salah seorang di antaranya yang dikenal dengan sebutan Ki Cepy Rancamaya, yang akibat menentang penghancuran situs bersejarah "Bukit Badigul" di Rancamaya -- ia harus mendekam 2 kali di dalam penjara Paledang – Bogor.
Dalam perbincangan dengan panulis pada bulan Juli 2007 di rumahnya ia mengemukakan kekesalan dan kekecewaan hatinya kepada para "inohong Sunda" bahwa, "Masa iya, beberapa juta orang Sunda di Jawa Barat tidak mampu menyelamatkan Situs Bersejarah "Bukit Badigul", yaitu membeli lokasi situs bersejarah tersebut seluas 1000 meter saja? Oleh karena itu Kang, sekarang mah saya "nyumput di nu caang" (bersembunyi di tempat terang) saja".
Kedua orang "tokoh" "Urang Sunda" tersebut sempat mengemukakan kekecewaan-berat mereka terhadap "Urang Sunda" yang pernah menempati berbagai posisi penting dalam pemerintahan RI tingkat Nasional maupun tingkat daerah, karena dalam kenyataannya mereka tidak mampu menjadi "panutan" dan tumpuan harapan warga Pasundan sebagaimana yang dikemukakan salah satu poin dari Uga Wangsit Prabu Siliwangi bahwa "Urang Sunda bakal disarambat".
Kekecewaan para tokoh "Urang Sunda" tersebut memang harus terjadi, sebab yang dimaksud oleh Uga Wangsit Prabu Siliwangi tentang "Nagara Pajajaran Anyar" dan "Urang Sunda" yang akan "disarambat", dalam kenyataannya berbeda dengan persepsi yang ada dalam pikiran dan sangkaan mereka tentang yang dimaksud dengan "Urang Sunda" oleh Prabu Siliwangi dalam Uga Wangsitnya..
Persepsi keliru yang ada dalam pikiran dan sangkaan para penafsir Uga Wangsit Siliwangi tersebut persis seperti kekeliruan persepsi umumnya umat beragama tentang kedatangan kedua kali para Rasul Allah -- misalnya Nabi Elia a.s., Yesus Kristus a.s. – demikian juga tentang kedatangan Rasul Akhir Zaman serta misi suci yang diembannya, sehingga akibatnya ketika Rasul Allah yang kedatangannya dijanjikan Allah Ta'ala tersebut benar-benar telah datang, mereka bukannya menyambutnya dengan penuh antusias disertai ucapan "AHLAN SAHLAN WA MARHABAN" melainkan dengan pendustaan dan berbagai bentuk penentangan dan penganiayaan keji, sebagaimana yang sangat disesalkan oleh Allah Ta'ala (Qs.36:31).
Penulis, dalam naskah buku ini berusaha menjelaskan makna-makna mendalam yang terkandung dalam Uga Wangit Prabu Siliwangi, khususnya mengenai makna "Nagara Pajajaran Anyar" yang akan dipimpin oleh RATU ADIL dan makna "Budak Angon" dan "Urang Sunda" yang akan "disarambat", sebab dengan peran-serta mereka itulah "Kehidupan Surgawi" di seluruh dunia akan terwujud, yakni terciptanya "bumi baru" dan "langit baru" atau "Yerusalem yang baru yang akan turun dari Surga", sebagaimana yang diharapkan oleh para penanti kedatangan RASUL AKHIR ZAMAN seperti yang telah diisyaratkan dalam Bible mau pun dalam Al-Quran.
Semoga Allah Ta'ala memberikan keberkatan kepada tulisan (makalah) yang sangat sederhana ini, dan semoga banyak orang yang memperoleh pencerahan jiwa, sehingga mereka benar-benar bukan saja akan mengenal RATU ADIL yang hakiki tetapi juga mereka akan bergabung menjadi warga masyarakat Muslim "Nagara Pajajaran Anyar" untuk bersama-sama mewujudkan terciptanya "Kehidupan Surgawi" di dunia ini berupa Kejayaan Islam yang kedua kali (Qs.61:10). Amin.

Wassalam

Ki Langlang Buana Kusumah

Biodata Ringkas Penulis


Nama Kelahiran : Rd. Ruhdiyat (Ruhdiyat Ayyubi Ahmad) alias
"Ki Langlang Buana Kusumah"

Tempat & Tgl. Lahir : Ciamis, 12 Juni 1950

Agama : Islam

Pendidikan Terakhir : Sekolah Teknik Menengah Negeri Ciamis (1969)
Jurusan Mesin Umum

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Pengalaman Kerja :
 Redaktur Pelaksana Majalah Bulanan SINAR ISLAM (1982-1986)
 Anggota Dewan Redaksi Majalah Bulanan NUR ISLAM (1999-2001)
 Pemimpin Redaksi Majalah Bulanan NUR ISLAM (2001 – 2003)

Nama Ayah : Rd. Toto Roekmana bin Rd. Wahab Karnasaputra

Nama Ibu : Mardiyah binti Wiratma

Istri : Ny. Rd. Mahdiyati binti Rd. Goemiwa Partakoesoema



Silsilah Leluhur Penulis
Dari Pihak Ayah

(Lihat Halaman Berikutnya)